04. Sky With His Life

28 8 0
                                    

Happy Reading Raaders ✨🦋💙


***

04. Sky With His Life

Motor Sky memasuki perkarangan rumah Leva yang terang karena beberapa lampu yang di pasang di taman rumah Leva.

"Rasanya masih pengen lama-lama sama lo," ucap Sky tersenyum kecil.

Leva tidak bisa menahan senyumnya lagi. Kencan mereka hari ini memang tampak singkat, tapi keduanya sangat menikmati setiap detik dari malam yang manis ini.

"Kenapa, hmm?" Leva bertanya sembari memandang wajah Sky yang tampak berubah muram.

Sky menggeleng pelan. "Gue nginep di rumah lo boleh nggak si?" Tanyanya terkekeh.

"Di omelin Papah iya kamu Kak." Lagi, Sky hanya terkekeh mendengar nada Leva yang lucu.

"Kakak kenapa? Kakak lagi ada masalah di rumah? Sini cerita sama aku."

"Nanti aja deh, bukan waktu yang tepat juga buat cerita sama lo." Sky tersenyum kecil sembari mengusap pelan surai Leva.

"Kenapa Kak?" Leva bertanya lagi, kali ini dengan iris yang serius. "Kalo kaya gitu berarti kakak nggak percaya sama aku?" tuturnya pelan.

Sky menggeleng cepat dengan tutur kata Leva barusan. "Nggak ko. Gue percaya sama lo, tapi kayanya ini bukan waktu yang tepat buat cerita sama lo, bukan berarti, gue nggak percaya sama lo, hmm."

"Tapi kalo kakak butuh teman cerita jangan sungkan cerita sama aku. Terus kalo gitu gunanya aku apa Kak? Masa Kakak mau dengerin keluh kesah aku terus sedangkan Kakak nggak pernah cerita sama aku? Jangan gitu ya Kak?"

"Iya bawel." Sky menjawil hidung Leva dengan tawa lebarnya.

Sedangkan si empu yang diperlakukan seperti itu mendengkus pelan. "Aku serius lho, Kak ..."

"Gue juga serius kok." Sky tersenyum, "apalagi kalo mengenai lo, gue paling serius."

"Berkedok gombal ya, hmm?"

Sky mengurai tawanya yang lebar lagi. "Nggak apa-apa 'kan di gombalin terus sama gue?"

"Ya janganlah Kak, nanti jantung akunya nggak aman."

Sky sontak tertawa, kali ini tawanya tampak tidak ingin berhenti karena mendengar tutur kata gadisnya yang lucu.

Tawanya yang lebar dan tampak tidak ingin berhenti itu dalam sekejap berhenti tanpa di suruh. Sky mengerjap pelan. Hal itu membuat Leva menatap Kakak kelasnya yang notabenenya pacarnya itu dengan bingung.

"Kenapa Kak?"

Sky mengerjap pelan sekali lagi, pandangannya yang tadi lurus kembali menatap Leva "Ada yang ngintip."

"Hah? Siapa?" Leva sungguh terkejut mendengar perkataan Sky barusan. "Siapa Kak?" Tuntut Leva ketika Sky tak menjawab pertanyaannya.

Leva yang terkejut sedetik kemudian mendapatkan Sky tersenyum kecil. "Adik lo."

Sontak pandangan Leva mengarah ke jendela rumahnya. "Rifki ngintip?"

Sky mengangguk. "Yaudah gih, lo masuk, kasian kalo adik lo nunggu." Sky pun mulai memakai helm-nya lagi setelah helm yang Leva pakai ia biarkan menggantung dipergelangan tangannya.

Leva melangkah mundur sembari melihat Sky yang tengah memundurkan motornya. "Hati-hati ya, Kak, jangan ngebut-ngebut!"

Pesan Leva itu dengan cepat dibalas dengan kerlingan oleh Sky. Sehingga Leva yang melihatnya tampak bersemu setelah Sky benar-benar meninggalkan perkarangan rumahnya itu.

***

Pukul 21:30 WIB.

Sky Alzeevo Hez's, panggil saja ia Sky. Cowok itu terduduk diam di anak tangga depan rumahnya, rambutnya yang ia biarkan menutupi alisnya yang tebal, matanya yang tidak pernah memancarkan sikap datar atau pun dingin satu tahun ini tampak menyembunyikan sesuatu di balik netranya.

Sehingga panggilan seorang gadis berumur tujuh tahun yang berasal dari belakangnya membuat Sky merubah pancaran di netranya. Cowok yang masih di baluti jaket dengan tanda Daledra di bagian kanan dadanya menoleh ketika ekor matanya mendapati sang adik ikut duduk di sampingnya.

"Udah makan belum?" tanya Sky dengan lembut pada sang adik.

Gadis yang baru memasuki kelas satu sekolah dasar itu tampak membalas pertanyaan sang Kakak dengan anggukan kepala. "Udah Kak tadi bareng Bibi."

"Kenapa bareng Bibi? Papah sama Bunda emang nggak ikut makan malam sama Reiy?" Gadis bernama Reiya itu menggelengkan kepala.

"Kak Sky."

"Hmm?" Sky memandang sang Adik sejenak.

"Reiy mau cerita."

"Mau cerita apa Reiy? Nggak ada yang gangguin Reiy 'kan di sekolah? Kalo ada cerita sama Kak Sky, jangan pernah sembunyiin apa pun dari Kak Sky, Kak Sky mau Reiy cerita apa pun itu sama Kak Sky." Tutur Sky memandang sang Adik yang hanya menggelengkan kepalanya. Pertanda gadis itu bukan ingin menceritakan dari salah satu tutur kata Sky yang beruntun tadi.

"Reiy baik ko sama temen-temen Reiy di sekolah." Sky masih memandang sang adik untuk melanjutkan ucapannya. Sky percaya jika pertemanan adiknya baik-baik saja, adiknya gadis yang sangat rendah hati dan ramah pada siapa pun, sangat tidak mungkin jika adiknya memiliki problem dengan teman-temannya sendiri. Sky percaya itu.

"Ini masalah Papah sama Bunda, Kak Sky," tutur Reiya menatap Sky yang tampak langsung menunduk dengan sendu.

Sky mengangkat kembali pandangannya yang kini terfokus lagi pada Reiya yang juga menatapnya. Sky tersenyum kecil tapi sedikit lirih. "Kak Sky 'kan udah bilang sama Reiy, Reiy fokus aja sama sekolah, jangan urusin masalah orang dewasa kaya Papah dan Bunda."

Reiy menunduk dengan pandangan sendu. "Reiy tau Kak, tapi tadi Reiy liat Papah sama Bunda berantem lagi, bahkan kencang banget, dan itu buat Reiy bener-bener ketakutan ..."

Sky meremat sebelah tangannya dengan sangat kencang di balik jaket yang ia kenakan tanpa sepengetahun adiknya. Bibir Sky terkatup rapat, ia tidak bisa berucap setelah adiknya bercerita seperti ini kepadanya. 

"Terus Rezra ..." Air mata Reiya tumpah detik itu juga. Sky langsung membawa Reiya dalam pelukannya, mengusap dengan sayang rambutnya hingga tangisan sang adik reda.

"Rezra kenapa Reiy?" tanya Sky di balik dekapannya pada Reiya yang masih enggan melepas pelukannya walaupun tangisnya sudah reda.

"Sampai sekarang Rezra masih nangis kencang banget di dalam kamarnya, Bibi udah coba tenangin Rezra, tapi Rezra tetap nggak berhenti nangis, Bunda nggak mau gendong Rezra Kak Sky."

Sky tersentak mendengar ucapan Reiya, hatinya berdenyut dan terasa seperti di gores tak kasat mata saat ini.

"Kak Sky mau samperin Rezra." Reiya mengangguk pelan sembari mengurai pelukannya dengan sang Kakak.

Ia pun mencekal sebelah tangan sang kakak untuk masuk ke dalam rumah mereka. Baru saja langkah Sky tiba di dalam rumah dan belum melangkah luas menuju ke arah tangga berada, ia dan Reiya disuguhkan dengan beberapa deret kalimat yang tak seharusnya ia dan Reiya dengar.

"Yang benar saja kamu! Terus, Sky, Reiya, dan Rezra bagaimana nantinya mereka jika kita memutuskan cerai?"

―to be continued!―

SKYLEVA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang