Catatan 1: Karina

3 0 0
                                    

Namaku Karina Lucy, panggilan akrabku Rina.

Aku memiliki sebuah buku catatan yang aku beli di sebuah pameran enam tahun yang lalu. Dengan model yang agak kuno, isinya cukup banyak, makannya aku senang membawa buku ini ke mana pun aku pergi. Dalam buku inilah semua perjalanan hidupku ditulis. Kelak, jika aku sudah tidak diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini, setiap orang dapat membaca kisahku.

Usiaku baru saja 20 tahun, tapi aku merasa usiaku tidak akan lama lagi. Ntah mengapa, apakah semua orang kerap memiliki perasaan seperti ini? Setiap aku memiliki "firasat" terkait akhir hidupku, banyak orang berpikir bahwa pikiranku ini berlebihan, katanya itu paranoid.

Tapi ya sudahlah, sekarang yang aku yakini adalah, selama aku masih bisa menghirup udara di pagi hari, mengapa tidak untuk bersenang-senang?

Hmm sebenarnya aku bukan perempuan yang aktif, tetapi bukan tipe mahasiswa "kupu-kupu" juga. Aku cenderung ingin menikmati hidup, itu saja. Oh ya, selain membuat diari dan memenuhi buku catatanku, aku sangat suka menonton film. Makannya, kalau punya pasangan, aku, selama dia suka ke pameran buku dan menonton film, pasti dia akan cocok denganku.

Orangtuaku termasuk ke dalam kategori "strict parents" karena mereka mudah khawatir. Katanya, selama sekolah dasar, aku anak yang "hyperactive" tapi mudah sakit. Aku juga heran sih, selama ini, banyak jenis makanan yang tidak boleh aku makan karena katanya tidak baik untuk tubuh. Ah, tapi sudahlah, sepertinya itu tidak begitu penting.

Oh ya, aku punya satu kisah yang menarik. Biasalah anak muda, siapa sih yang tidak berdebar soal cinta? Sepertinya, beberapa bulan terakhir, catatanku penuh dengan sketsa wajah seorang lelaki, obrolan kami, serta momen-momen apa saja yang kami lewatkan. Aku senang, aku bertemu orang yang akhirnya bisa memahamiku.

Namanya Hafidz, eh apa Ka Hafidz ya panggilannya? Intinya, itu namanya, Hafidz El Fatih, dia lebih tua dariku 2 tahun, alias dia sudah jadi mahasiswa tingkat akhir, hihihi.

---

*Karina berjalan memakai headphone*

"Heh, Karina! Biarpun kamu pakai headphone, coba perhatiin jalanannya. Kamu hampir masuk selokan tuh. Dasar." kata Hafidz yang tiba-tiba menepuk pundakku.

Ah, matanya sangat indah, dia juga tinggi, katanya sih hampir 180 cm. Badannya cukup berisi dan lengannya terlihat kuat. Aku pernah berdoa seperti apa ya bisa kenal dengannya.

"Oi, Karina! Kalau kamu masih ngelamun, aku tinggalin nih ya, jatah onigirinya aku kasih ke orang lain. Bye." ucap Hafidz sembari meninggalkanku menuju kantin kampus.

Aku pun tersontak dan kaget sendiri setelah "terpesona" dengan rupanya. "Eh eh tunggu, aku kan udah pesan onigiri tuna pedasnya dari 2 hari yang lalu. Heh, Hafidz! Jahat!"

Aku pun berlari mengejar Hafidz dan hari kami pun berlanjut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 30, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gores Pena KarinaWhere stories live. Discover now