Empat

142 33 28
                                    







Usai kelas siang hari, Luna yang biasa akan pergi bersama dengan Eri entah kemana, kali ini tidak, karena Eri bilang dia sudah janji untuk menemani mamanya menjenguk sanak keluarga di rumah sakit. Luna membereskan alat tulisnya ke dalam totebag kesayangannya. Totebag berwarna beige dengan motif kucing hitam, hadiah dari Bayu, makanya sering dipakai dan disebut tas kesayangan.

"Eri kemana, buru-buru amat?" tanya seorang pemuda bermata sipit, namanya Aji, salah satu teman sekelas yang cukup akrab dengan Luna.

"Kok tadi gak nanya sendiri?" Luna balik bertanya.

Aji mendengus pelan. "Ya kalau sempet, sekarang gak usah nanya lo," katanya.

"Bercanda, Ajii.." kekeh Luna. "Eri mau pergi jenguk keluarga, sama mamanya."

"Oh."

"Luna."

Tidak hanya Luna, namun Aji juga menengok ke sumber suara yang memanggil Luna barusan. Nampak Bayu memasuki kelas Luna dengan senyum merekah.

"Jiakh, dijemput sang kekasih nih ye," goda Aji.

"Ji, apa kabar?" sapa Bayu.

"Puji Tuhan, baik. Lo gimana?"

"Sama, haha. Ikut tanding gak lo?"

"Gak dulu deh, kaki gue belom pulih bener. Jadi penonton aja lah gue," kata Aji.

"Gue juga, supporter aja kita mah."

"Yoi, hahaha. Gue duluan," pamit Aji meninggalkan kelas.

Bayu lantas beralih ke Luna. "Mau kemana ini?" tanyanya.

"Aku mah bebas. Kamu emang gak ada kegiatan lain?" Luna bangkit dari bangkunya dan pergi.

Bayu pun mengekori, menyelaraskan langkahnya dengan Luna. "Karna gak ada kegiatan, makanya aku samperin kamu. Mau makan gak? Aku laper nih."

"Boleh. Geprek yuk?"

"Geprek muluu.. Kamu jangan kebanyakan makan pedes deh, Luna. Ntar sakit," omel Bayu.

Luna berdecak. "Kan ada level pedesnya, Bayu."

"Nggak, nggak. Selain geprek. Sushi mau?"

"Ya udah deh, terserah kamu. Kamu yang pengen makan. Aku ngikut aja deh," ucap Luna.

"Ngambek?"

"Enggak, Bayuuu.. Yuk ah! Ntar kamu tiba-tiba dapet telepon, sibuk lagi, gak sempet makan. Bukannya aku, ntar malah kamu yang sakit." Luna menarik Bayu agar mereka segera pergi. Sebenarnya dalam ucapannya barusan, terbesit sindiran untuk Bayu yang beberapa kali mendapat panggilan dadakan dari kegiatan-kegiatan di kampus saat ia sedang bersama Luna.

Entah peka atau tidak, tapi Bayu tidak menanggapi.

Sebuah gerai Sushi yang tak jauh dari kampus menjadi pilihan Bayu. Gerai kecil dari kontainer, bangku dan meja pelanggan yang disusun sedemikian rapi dengan berpayungkan sebuah tenda kokoh. Tempat yang terbuka seperti ini memang menjadi favorit Bayu, katanya lebih adem ketimbang pendingin ruangan.

"Aku mendingan dalem ruangan deh, Bay. Kalau panas atau hujan, kan aman. Emang sih yang outdoor sejuknya langsung dari alam. Tapi kalau alam tiba-tiba berkata lain, hujan disertai angin misalnya, yakin masih bisa makan di tempat yang terbuka banget begini?" oceh Luna.

"Ssshuttt... Jangan overthinking. Yang penting sekarang lagi cerah, tuh."

"Iya kan aku bilang misalnya—"

"Iya, sayang. Yuk makan dulu yuk."

Luna menghela nafas. Dengan sumpitnya ia mencapit sepotong sushi. Sambil makan, sambil juga ia was-was apabila pemuda di hadapannya ini, lagi dan lagi harus diculik oleh kegiatan kampusnya. Tetapi untungnya, sampai mereka selesai makan dan kembali lagi ke kampus, tidak ada yang menelepon Bayu, bahkan memegang ponsel pun Bayu tidak.

NOT BARBIE AND KEN [ ❌️ ]Where stories live. Discover now