//Kenhina (2)

183 11 4
                                    

Kre: @marmoris_lw
[Fanfic telah diotorisasi oleh penulis, dilarang untuk melepas halaman.]
___________________________________________

"Selamat tinggal Kenma sayang"

Secarik kertas kecil dengan beberapa kata berlekuk-lekuk yang belum selesai kusut di tanganku. Aku berdiri diam, menatapnya dengan mata abu-abu seperti badai di kejauhan. Dia telah pergi, di sore hari, matahari bersinar di seluruh kota. Aku tidak bisa menghentikan air yang mengalir dari rongga mataku, jeritan serak keluar dari tenggorokanku seperti binatang kesakitan karena terjebak oleh perangkap berduri pemburu. Meskipun aku telah mempersiapkan hari ini untuk waktu yang sangat lama, aku pikir aku akan baik-baik saja ketika suatu hari kau akan pergi ke tempat keabadian. Tapi tidak, Hinata Shouyo, kau terlalu egois dan kejam untuk meninggalkanku sendirian di dunia ini.

Aku masih ingin menceritakan kisah anak-anak yang aku temui di jalan hari ini, kisah pohon sakura yang mekar terlambat di sebelah toko kue yang sering kau dan aku kunjungi. Dia akan tersenyum dan mendengarkan ceritaku dengan penuh perhatian, bahkan yang paling sepele sekalipun. Tapi sekarang kau tidak bisa mendengarku lagi. Aku bahkan tidak punya waktu untuk mengatakan "Aku mencintaimu" yang terakhir padamu. Aku bertanya-tanya apa di saat-saat terakhir hidupku, sebelum batuk-batuk keras itu begitu mendarah daging dalam pikiranku sehingga setiap kali aku berbaring, batuk-batuk itu terdengar di telingaku, apa yang kau rindukan? Apa kau merasa kesepian ketika kau harus pergi tidak ada orang di sekitar, apa kau akan menyalahkanku karena tidak datang untuk melihatmu untuk terakhir kalinya, atau apa kau ingin keajaiban peri muncul untuk menyelamatkanmu? Mengubah semuanya menjadi abu, sehingga kau dan aku dapat menjalani hari-hari yang bahagia dan damai lagi?

Di ruangan yang dipenuhi dengan aroma antiseptik dan obat-obatan rumah sakit, matahari terbenam yang lembut menutupi wajahnya dengan lembut, dia tampak damai seolah-olah dia sedang tidur, tidur abadi yang tidak akan pernah bangun.

"Aku mencintaimu, Shouyo"

Aku tahu, dia tidak bisa membalasku lagi, potongan merah cinta yang mengikuti noda darah gelap di kelopak putih halus, jatuh dan jatuh sampai layu dan mati.

~ End

Hinata Shoyo × AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang