15 - Rooftop

232 24 0
                                    

Bab XV: Rooftop

Rooftop (n) Salah satu spot paling nyaman untuk cari angin sambil overthinking.

Sangat disarankan untuk baca part ini sambil dengerin musiknya juga.

Ini udah aku tambahin mulmed, tapi aku saranin dengernya via spotify aja biar bisa sambil baca.

Selamat membaca^^

🦋

Warning! 3800+ words
Playing: Stay in Memory • Yiruma

Raffa terdiam sesaat setelah ia membuka pintu kamar kakaknya. Netranya kini memandangi punggung Reynand dengan tatapan sendu, diam mendengarkan alunan nada yang tengah dimainkan kakaknya itu.

Pemandangan ini, ia merindukannya. Melihat Reynand kembali ke kamarnya membuat batin Raffa terasa cukup sejuk. Dengan tenang, akhirnya ia melanjutkan langkahnya

"Hai, Kak!" sapanya sambil melangkah menuju tempat tidur di ruangan itu.

Lelaki yang kini tengah duduk membelakangi adiknya itu tak menjawab, tetapi tanpa sadar jemarinya berhenti bergerak. Dalam hati, Reynand jadi kembali merutuki sikap yang ia tunjukkan kepada Raffa beberapa hari yang lalu. Ia masih saja menyesalinya. Dipikir bagaimana pun, ia tak seharusnya menunjukkan kelemahannya seperti itu di depan Raffa. Hanya dengan mengingatnya, Reynand jadi kesal dengan dirinya sendiri.

Jika diberi kesempatan untuk mengulang kejadian itu, Reynand akan meminta Raffa untuk pergi. Ia tak peduli jika harus tersiksa sendirian karena sakit yang ia rasakan dan trauma yang ia hadapi, meski tau kalau Raffa akan berhasil membuat perasaannya cukup tenang saat itu.

Ia seharusnya bisa memikirkan dampak jangka panjang yang akan terjadi kepada Raffa. Anak itu pasti jadi semakin mengkhawatirkan kondisinya. Sampai saat ini Reynand masih menyesal karena telah kalah dengan rasa sakitnya kala itu.

"Kenapa berhenti?" tanya Raffa, sesaat setelah menyadari kalau permainan jemari Reynand di atas tuts piano itu terhenti cukup lama hanya karena sapaannya.

Reynand tak menanggapi pertanyaan Raffa sama sekali, tetapi akhirnya lelaki itu melanjutkan permainannya.

Raffa sendiri hanya bisa tersenyum miris melihat hal itu, melihat betapa Reynand berusaha mengabaikan kehadirannya, dan menyadari betapa dirinya tak pernah berhasil menarik perhatian lelaki itu.

"Lo pulang dari jam berapa, Kak?"

"Sekitar jam 11 tadi," jawab Reynand, setelah cukup lama menggantung pertanyaan itu dengan tetap memainkan pianonya.

"Kenapa nggak bilang? Tau gitu, 'kan, gue bisa bolos latihan basket," protes Raffa. "By the way, gue numpang tidur di sini, ya?" izinnya. Anak itu telah memposisikan tubuhnya untuk memejamkan mata dengan nyaman.

EccedentesiastKde žijí příběhy. Začni objevovat