6

254 22 0
                                    

Peringatan!!!
Bijaklah dalam membaca, ada beberapa kata kasar yang mungkin tidak berkenan di hati pembaca dan bagian sensitif bagi pembaca.

Sekian, terima kasih

Happy reading guys ~~~



°°





Malam Minggu telah tiba, seperti malam Minggu biasanya Dream and the Genk akan berkumpul di Cafe & Restauran milik Jeri. Iya, Cafe & Restauran milik Jeri. kafe ini hadiah ulang tahun Jeri ke 15 tahun yang diberikan oleh ayahnya. Kafe ini juga sebagai awal pembelajaran untuk Jeri dari ayahnya bagiamana cara mengelola bisnis dengan baik dan benar.

Bisa dilihat seberapa kaya dan terpenuhinya kebutuhan hidup seorang Jeri dengan ini.

.

Sebelumnya untuk acara turnamen basket, tim sekolah basket mereka memenangkan juara ke dua. Sangat bagus, dan akan lebih bagus lagi jika juara satu. Seharusnya begitu, tapi ini saja juga sudah sangat membanggakan.

.

" Widih bawa buntut nih." Ucap Haikal baru saja datang dan melihat Joen bersama adik perempuannya yang berusia 4 tahun bernama Sabrina yang juga baru saja datang.

Sabrina mengenakan pakaian simpel bewarna pink dipadukan dengan ikatan rambut kepang dua yang menambah kesan lucu dan menggemaskan.

" Mau gimana lagi, nangis kalau nggak di ajak." Jawab Joen lalu mengangkat adiknya untuk duduk di salah satu kursi.

" Koko duduk." Ucap Sabrina terdengar jelas menyuruh sang Kakak agar segera duduk di sebelahnya.

" Iya, Koko duduk." Joen lalu duduk di sebelah sang adik.

Haikal yang duduk tepat di depan keduanya mengeluarkan handphonenya. " Udah cocok lu punya anak." Ucap Haikal mengambil potret Joen bersama adiknya. 

" Cocok palak loe!" Saut Joen tidak senang, karena dirinya masih terlalu muda untuk itu dan ucapan Haikal terkesan mengatakan dirinya terlihat lebih tua dari umurnya.

" Hei... mulutnya dijaga! Ada anak kecil disini." Tegur Mahen, geleng kepala melihat kelakuan Joen.

" Tuh dengerin Joe." Sahut Haikal, Joen buang muka mendengarnya.

" Eh, ngga malem mingguan?" Tanya Haikal pada Mahen.

" Enggak, kan kemarin udah jalan." Jawab Mahen.

" Kak Jeri mana nggak datang-datang?" Tanya Jibran akhirnya bersuara.

" Sabar Ji, lagi di jalan pasti." Jawab Chandra.

" Iya, sabar dong Ji." Saut Mahen.

Jibran dan Chandra memiliki sifat yang cukup sama, keduanya kadang memilih diam dan hanya memperhatikan ketika diantara kakak kelas mereka ini sedang berdebat. Keduanya menyukai setiap perdebatan yang ada, karena selama perdebatan kadang sedikit di tambah candaan seperti tongkrongan pada umumnya.

" Lucu banget sih kamu, yakin adik Joen?" Renza memulai kembali mengolok Joen agar emosi.

" Mulai mulutnya nyari masalah!" Joen menatap tajam Renza.

" Sabrina yang sabar ya punya koko kayak Joen." Ucap Renza lagi pada Sabrina, Ia tidak memperdulikan Joen yang kesal padanya.

" Nggak Haikal, loe, sama aja. Sana luh, jangan deket-deket sama adek gue ketularan juga nanti." Joen menggeser tubuh Renza yang duduk di sebelah Sabrina agar menjauh.

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang