Happy Reading
***
Di dalam mobil yang hening hanya terdapat Ranna, Leo, dan supir. Ranna menyadarkan kepalanya pada kaca mobil yang tertutup.
Malam itu jalanan nampak tenang, cahaya dari kendaraan lain begitu cerah.
"Ranna, mau vitamin?" tanya Leo pada anak perempuannya itu. Rana menoleh dan menggeleng.
"Ini bagus lo buat kesehatan. Papa sering minum," ujar Leo.
"Nanti aja pas pulang dari klink teman papa," tolaknya.
"Nanti kamu ngantuk malah gak sempet."
"Enggak deh," tolak gadis itu lagi.
"Hmm, ya udah." Ranna menatap Leo, rasanya tidak nyaman dengan jawaban sang ayah.
Seperti orang yang merasa tertolak.
"Emm, mana vitaminnya?"
"Buat apa?" tanya Leo.
"Ranna mau minum. Biar sehat," ujar gadis itu sembari mengulas senyum. Leo kemudian membaringkan sebutir pil berwarna putih, dan sebotol air mineral pada Ranna.
Gadis itu menerima dan meminumnya. "Makasih pa," ucapnya sembari menyerahkan botol air minum itu.
Leo mengangguk dan tersenyum, ia kembali fokus menatap kedepan.
Biasanya jam segini gadis itu akan tertidur di temani Satya, kakaknya. Namun hari ini, ia harus terjaga demi untuk melakukan chek kandungan bersama ayahnya.
Beberapa kali gadis itu menguap, rasa kantuk yang mulai menanjaknya untuk terpejam.
Leo yang menyadari hal itu menarik pelan putri cantiknya itu kedalam pelukannya. "Sini tidur," kata Leo. Ranna menurut Ia memejamkan matanya dengan posisi bersandar pada dada bidang sang ayah.
Tak butuh waktu lama Ranna mulai terlelap, menuju dunia mimpi.
"Maafin papa ya sayang ...." lirih Leo seraya mengecup kepala Ranna lembut.
"Kamu pasti marah banget sama papa." Leo menahan air matanya, agar tidak jatuh. Entah apa yang membuatnya berkata demikian.
10 menit berlalu mobil silver milik Leo kini sudah berada di sebuah klinik. Tempat yang terlihat cukup sepi, tanpa membangunkan Ranna. Laki-laki itu membopong tubuh mungil itu masuk.
Di sana sudah ada beberapa perawat yang menyambut dengan Brankar. Mereka segera membawa Ranna yang tengah tertidur menuju ruangan klink yang berada di bawah.
Di sebuah ruangan telah tersedia alat-alat medis. Seperti gunting, pisau, dan sebuah tabung. Entah untuk apa benda tersebut.
Kaki Ranna di letakan pada besi penyangga, besi yang kerap digunakan untuk menahan kaki kala orang akan melahirkan. Sudah tercium bukan? Hal apa yang akan terjadi.
Seorang dokter memasukkan sebuah besi panjang yang di sebut dilators. Alat tersebut di gunakan untuk memeriksa servic atau bibir rahim, guannya untuk mereka dapat melihat lokasi janin berada.
Benda ini digunakan untuk mempermudah untuk mengeluarkan janin. Semua di lakukan tanpa sepengetahuan Ranna, dan tanpa Ranna sadari. Sebelumnya dokter sudah menyuntikan anastesi sebelum melakukan itu.
Beberapa saat kemudian, entah bagaimana gadis bertubuh mungil itu mulai sadar. Seharusnya ia masih tertidur dengan efek obat dan bius yang diberikan padanya.
Ranna merasakan sesuatu yang mengusiknya. Ia merasa sakit pada bagian bawah, perlahan gadis itu membuka mata melihat langit-langit bernuansa putih dengan bau khas obat-obatan.
YOU ARE READING
RANNA • END • TELAH TERBIT
Teen Fiction"Gue kotor, Van. Gak papa kan gue peluk elo? Nanti gue cuciin baju lo, tapi kalo gak bersih-bersih maaf ya ...." #1 pelecehan #1 luka #2Kekerasa #2 pelecehan #3 pelecehan
