JOOAFKA | Reason for Matchmaking

14.3K 1.4K 10
                                    

Joo mencengkram pergelangan tangan Jia saat perempuan itu keluar dari ruang BK, dia berjalan cepat menyeret Jia yang terus-terusan mengeluh karena sakit.

Setelah sampai dibelakang sekolah Joo melepas cengkramannya. "Gua udah bilang sama lu buat jangan pernah ganggu Afka!" Ucap Joo menatap Jia dengan tajam.

Dia berjalan mendekat kearah Jia yang sudah menangis lagi menatap kecewa kearah Joo. "Gua cinta sama lu Joo! Gua ga mau putus, kita pacaran aja gapapa ya?" Mohon Jia meremat satu tangan Joo.

"Gua ga bisa."

"Kenapa? Lu sama Afka ga saling cinta kan? Kenapa ga bisa?" Tanya Jia dengan suara isak tangisnya.

"Gua emang belum cinta sama Afka, tapi gua ga mau ngecewain bokap sama nyokap gua." Jawab Joo sambil melepaskan tangan Jia yang menggandeng tangannya.

Jia diam menundukan kepalanya. "Gua boleh minta sesuatu buat terakhir kalinya, Joo?"

Joo menaikan satu alisnya menatap Jia yang mendongak menatap kearahnya dengan mata merah. "Apa?"

"Gua boleh cium lu, terakhir aja." Mohon Jia yang mulai mengeluarkan air matanya lagi dan maju mendekat kearah Joo.

Joo sempat diam beberapa detik sebelum dia berdehem mengiyakan. Jia mendekat lalu berjinjit dan menutup matanya, perempuan itu menempelkan bibirnya dengan bibir Joo sedikit lama lalu Joo yang pertama mengakhirinya.

"Udah kan? Maaf." Joo berjalan meninggalkan Jia yang menunduk sambil menangis.

Pemuda itu sedikit terkejut saat melihat Afka yang sedang menyender ditembok dengan kedua tangan yang masuk ke saku celananya. Afka menatap Joo dan Jia bergantian.

"Seru banget dramanya, kira-kira judul yang cocok apa ya?" Tanya Afka menatap kearah Joo yang menatapnya juga.

"Gimana kalo...Pacarku nikah dengan laki-laki? Atau ga Mantan pacar gua otw homo?" Ucap Afka sambil memiringkan kepalanya sedikit menatap kearah Joo.

"Gausah sok tau, kalo lu juga senasib sama gua." Sarkas Joo lalu dia menarik kerah baju Afka dan membawanya ke gudang.

Joo mendorong Afka masuk ke dalam gudang yang berada dipojok belakang sekolah lalu dia menutup pintu gudang. Afka merapikan kerah baju seragamnya dan menatap bingung kearah Joo.

"Pukul," ucap Joo sambil menunjuk pipi kanannya yang ditatap Afka bingung.

"Hah? Ngapain gua mukul lu? Walaupun emang gua pengen mukul muka lu banget." Jawab Afka memasukan satu tangannya kesaku celana.

"Yaudah pukul, sebagai tanda maaf Jia karena udah pukul lu."

"Heh, bisa sweet juga ternyata lu walaupun udah jadi mantan." Ledek Afka kearah Joo.

"Tapi karena lu udah nawarin ya mana bisa gua tolak ye kan," ucap Afka sambil memperlihatkan tangan kanannya yang terkepal erat.

Joo berdiri menatap Afka dengan santai yang sedang berjalan mendekat kearahnya. "Lu ga takut mau gua pukul? Asal lu tau, pukulan gua bikin orang gada yang pernah ga masuk rumah sakit, jadi mending lu baik-baik aja deh." Ucap Afka lagi sebelum dia mengangkat tangan kanannya yang terkepal erat dengan cepat kearah wajah Joo.

Belum sempat kepalan Afka mendarat diwajah Joo, Afka melebarkan kedua matanya terkejut saat Joo dengan cepat menahan tinjunya didepan wajahnya. Pikiran dia tiba-tiba kosong dan bingung sekaligus. Joo melintir pergelangan tangan Afka sampai membuat sang empu menggeram lalu dengan cepat Joo memukul wajah Afka sampai mundur beberapa langkah.

"Lu mau tau ngga? Apa alasan lu sama gua dijodohin?" Tanya Joo berjalan mendekat kearah Afka yang mengecek sudut bibirnya yang lecet dengan ringisan, dia menatap Joo dengan wajah kesalnya.

"Bangsat, katanya gua yang puk-

BRUK!

Afka meringis dan reflek memegang kaki Joo dengan posisi berlutut didepannya saat pemuda itu menendang tulang kering kaki kanannya.

"Karena Bunda pengen gua bikin anak bandelnya nurut." Ucap Joo dengan nada beratnya sambil memegang dagu Afka supaya mendongak menatap kearahnya dan dia menekan sudut bibir Afka yang lecet membuat sang empu meringis.

"Brengsek!" Umpat Afka menepis kasar tangan Joo yang memegang dagunya, dia berdiri sedikit sempoyongan karena merasakan nyeri dibagian kaki kanannya.

Afka berjalan dua langkah dengan kaki sedikit pincang kearah Joo. "Mimpi aja kalo gua mau nurut sama lu." Ucap Afka menatap tajam kearah Joo lalu dia berjalan keluar dari gudang.

💐

BRAK!

Afka membuka pintu kelas dengan keras membuat murid lainnya menatap terkejut kearah pintu, dia berjalan kearah mejanya dengan keadaan baju berantakan dan lebam dibibirnya yang ditatap teman-temannya bingung.

"Muka lu kenapa babak belur gitu? Abis gelud?" Tanya Ipan kearah Afka.

"Ga, gua pulang." Pamit Afka menenteng tasnya lalu berjalan keluar dari kelas.

"Lah? Pelajaran Bu Una woy!" Teriak Irsa yang ga digubris oleh Afka.

Afka memakai helmnya dan naik keatas motor miliknya, dia berniat menghidupkan motornya sebelum ada yang menahan pergelangan tangannya.

"Gua yang bawa," ucap Aban yang sudah sebelah Afka.

"Gua bisa sendiri, lu ga usah bolos." Jawab Afka dibalik helm yang sudah melekat dikepalanya.

"Kaki lu pincang, nanti makin parah gua aja yang bawa." Afka sempat diam beberapa detik lalu dia nurut dan turun dari motornya.

Aban naik keatas motor milik Afka, dia memakai helm miliknya dan menyalakan motor milik Afka lalu Afka naik ke jok belakang yang dibantu oleh Aban, setelah siap Aban menarik gas motor dengan kecepatan sedang menuju kerumah Afka.

Joo menatap kepergian Afka dan Aban dari jauh, dia melanjutkan jalannya kearah kelas tanpa mengatakan sepatah katapun.










💐

see u Jooafka.

Jangan lupa votmen.

JOOAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang