JOOAFKA | Start the Journey

13.6K 1.3K 27
                                    

Suara motor yang nyaring terdengar mendekat membuat Irsa dan yang lain menatap kearah Joo dan Afka yang baru sampai ditempat mereka berkumpul. Afka turun dari motor Joo lalu melepas helmnya begitu pun dengan Joo, mereka berdua berjalan mendekat kearah teman-temannya yang sudah standby dengan ransel yang mereka gendong sendiri-sendiri.

"Udah disini semua kan?" Tanya Irsa menatap semua teman-temannya.

"Udah. Gua, Nuno, Irsa, Aban, Afka dan Joo, udah segitu kan?" Ucap Ipan.

"Untung ga ganjil," celetuk Irsa membuat semua temannya menatap kearahnya.

"Aelah mitos-mitos, kalaupun beneran paling lu yang ilang." Cibir Afka.

"Asu! Jan gitu lah, belum kawin gua." Sarkas Irsa memukul belakang kepala Afka lirih.

"Udah woy, keburu malem ntar." Lerai Aban membuat teman-temannya diam.

"Motornya aman kan?" Celetuk Joo yang sedari tadi diam disamping Afka.

"Aman, tenang aja." Jawab Irsa yang hanya dianggukin Joo.

Mereka berenam mulai berjalan menulusuri hutan yang menjadi arah naik ke puncak gunung A yang terletak lumayan jauh dari tempat mereka tinggal, jujur ini pertama kalinya mereka naik gunung kecuali Ipan. Dia pernah naik sekali tetapi beda tempat, karena dipaksa dulu saat mengikuti organisasi pramuka.

Gunung A terletak dikota yang berbeda. Gunung itu bisa dibilang gunung tertinggi didaerah kota tersebut dan banyak rumor anger yang menyebar, tetapi karena kebanyakan dari pendaki yang berniat uji nyali atau mencari pengalaman, banyak yang sering mendaki gunung tersebut.

"Yang pegang peta siapa aja?" Tanya Afka kearah teman-temannya yang berjalan saling membuntuti karena jalanannya yang sempit.

"Gua sama Ipan," jawab Aban yang berada dibarisan paling depan.

Afka berada dibarisan ke lima dan Joo di belakangnya karena Joo harus di belakang Afka, dia takut pemuda di depannya hilang dari penglihatannya.

"Pan, gua pegang petanya satu." Ucap Afka yang langsung Ipan berikan peta yang dia pegang.

Peta itu hanya bergambar garisan dan 3 pos yang akan mereka lewati nanti. Sekarang menunjukan pukul 6 lebih membuat hawa dingin mulai dirasa sampai menusuk kulit mereka dan langit yang mulai gelap, mereka berenam memegang senter sendiri-sendiri untuk menerangi jalanan yang lumayan licin karena gerimis tadi sebelum mereka berangkat.

Afka selalu menengok kearah belakang dimana Joo berada, hanya memastikan bahwa pemuda itu masih dibelakangnya. Joo yang melihat Afka selalu menengok kearahnya tidak bisa menahan senyumannya, dia berjalan sedikit dekat dengan Afka.

"Gua disini, tenang aja." Bisik Joo mendekatkan bibirnya ditelinga Afka.

Afka hanya diam berjalan membuntuti teman-temannya. Sunyi, mereka semua diam fokus ke jalanan dengan senter yang menerangi jalanan sesekali mengarahkannya ke pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Kabut tipis mulai terlihat membuat pandangan mereka sedikit minim. Aban yang berjalan paling depan harus melambatkan langkahnya karena kabut, dia terus menyenter sekeliling hutan yang sepi dan gelap berusaha mencari pos 1.

Sudah sejam lebih mereka berenam berjalan, pandangan Aban menangkap pos 1 yang terang karena lampu. Dia bergegas berjalan kearah pos diikuti teman-temannya yang ternyata ada 2 kelompok pendaki yang sedang istirahat.

Mereka berenam duduk dibebatuan yang tidak jauh dari pos 1, berniat istirahat.

"Gimana? Mau lanjut atau buat tenda disini?" Tanya Aban kearah teman-temannya.

"Kalo menurut gua si lanjut aja," celetuk Afka yang dianggukin Ipan dan Irsa.

"Gua juga setuju," ucap Nuno.

"Ini masih jam 8, kalo kira-kira kita pasti bisa sampai pos 2 pukul 10 kurang. Pos 2 juga jaraknya ga jauh dari pos 1, so let's just keep going." Jelas Afka yang dianggukin teman-temannya kecuali Joo.

Pemuda tinggi itu hanya diam mendengar pembicaraan mereka dengan pandangan yang terus menatap kearah Afka. Sejujurnya didalam hatinya dia menolak ucapan Afka tadi, dia takut terjadi sesuatu nanti jika berjalan malam-malam, tetapi dia tidak ingin merusak kesenangan Afka.

"Gimana?" Tanya Afka kearah Joo, membuat Joo tersadar dari lamunannya.

"Oke, gua ikut." Balas Joo dengan senyumannya, dia akan menjaga Afka jika terjadi sesuatu yang buruk nanti.

Mereka beristirahat sekitar 15 menit lalu mulai melanjutkan perjalanannya menuju ke pos 2 dengan barisan yang masih sama seperti sebelumnya. Aban pertama, kedua Irsa, ketiga Nuno, keempat Ipan, kelima Afka dan keenam Joo.

Joo menggenggam pergelangan tangan Afka satu lalu mengikat kain ditangan pemuda itu dan tangannya. Afka menatap kearah Joo bingung dan menatap kain yang Joo ikat ditangannya dan tangan pemuda dibelakangnya.

"Buat jaga-jaga, jangan jauh-jauh dari gua." Bisik Joo membuat detakan jantung Afka berdetak cepat. Afka hanya diam.

Dia menarik pergelangan tangan Joo dan menggandengnya yang diikat dengan kain lalu berjalan membuntuti teman-temannya dengan suasana sunyi, hanya ditemani suara-suara jangkrik dan burung hantu yang sesekali terdengar.

Joo merasakan ada seseorang yang membuntuti dirinya dibelakang yang sedari tadi dia hiraukan, dia tidak kaget karena dia tau mereka sekarang berada dihutan malam-malam yang otomatis dia sadar ditempat ini tidak hanya manusia yang hidup melainkan makhluk lain.

"Jangan nengok ke belakang." Bisik Joo mendekatkan bibirnya ditelinga Afka sampai menempel membuat tubuh pemuda didepannya meremang karena hembusan nafas Joo, tetapi Afka hanya mengangguk patuh.

Afka mengeratkan gandengannya dengan Joo, pandangannya fokus ke depan dimana teman-temannya berada. Sebenernya Irsa dan Ipan sedari tadi terus berbicara ringan berniat sedikit tidak membuat suasana sunyi dan mencengkam, tidak ada yang tau juga apa yang mereka lihat, hanya mereka yang tau tanpa berniat berbicara.









💐

see u Jooafka.

Jangan lupa votmen.

JOOAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang