Beautiful Layla - Prolog

1.8K 167 5
                                    

Guys, aku tau banget ini nyebelin dimana aku pub-unpub terus2an yang mana hal itu sungguh mengganggu dan juga aku sebagai authornya gak konsisten.  Tapi, aku juga bingung kenapa bisa gitu😂. Kayak disaat aku mau fokus ke cerita ini mendadak langsung blank dan alur cerita baru bermunculan makanya banyak cerita aku yg terbengkalai sebelum tamat. Aku aja sebagai pembaca gitu ya kalo cerita yg aku suka gantung suka kesel tapi aku sendiri ngelakuin hal yang sama. Aku minta maaf banget dan aku akan coba untuk bener2 fokus sama cerita Layla sampai bener2 tamat🙏.

-Beautiful Layla-

"Ini gimana, sih? Kan saya udah bilang supaya di editnya jangan sampai menghilangkan isi pesan dalam cerita si penulis. Ini mah apaan kamu hampir rombak semua ceritanya, yang bener aja Lela!"

Layla tersentak ketika atasannya menggebrak meja dengan keras hingga menimbulkan bumi bedebum yang berhasil menarik perhatian semua orang di kubikel. Masing-masing memandanginya dengan berbeda-beda, ada yang iba, miris, mengejek dan lain sebagainya. Benar-benar menjengkelkan.

"Tapi 'kan, Mas. Itu emang ceritanya banyak yang emang kurang tepat dan aku pikir itu udah cukup baik-"

"Apa? Cukup baik kamu bilang? Yang ada ceritanya jadi beda dari pas pertama kita pinang. Heh, kamu bisa kerja gak sih?!"

Kedua bola mata Layla berkaca-kaca, bentakan barusan berhasil menggores hatinya. Kepalanya sontak menunduk, berusaha untuk menyembunyikan air matanya dari sang atasan. Harusnya sudah biasa dia diperlakukan seperti ini.

"Benerin lagi. Tugas kamu cuman benerin yang gak kurang tepat atau mengubah kata-kata yang sekiranya ambigu, bukan mengubah isi dari cerita tersebut. Mau kamu tempat cetak kita di kritik abis-abisan sama penggemar penulis ceritanya? Lain tanya dulu kalo gak ngerti," desis lelaki berusia pertengahan 30 itu lalu berbalik badan meninggalkan kubikel Layla.

"Wah, keren, Bec. Emang kamu yang paling bisa diandelin!"

Air mata Layla semakin terjun dengan bebas saat suara yang beberapa detik lalu membentaknya sekarang tengah memuji-muji editor senior lain yang jarak kubikelnya hanya terhalang tiga kubikel.
Benar-benar menyedihkan, padahal dia sudah berusaha sangat keras dan sebelumnya juga sudah meminta pendapat editor seniornya dan mereka bilang sudah tepat. Tapi ternyata pria menjengkelkan itu malah mengomel dan mempermalukannya di depan semua karyawan.

Ditatapnya dengan nyalang sepasang insan berbeda gender di depan sana, dimana atasannya yang biasa disebut Pak Robi, masih memuji-muji sosok Rebecca. Satu-satunya editor perempuan tercantik disini. Apakah Robi memujinya karena kecantikan yang Rebecca punya?

Jika iya, bukankah Robi sangat tidak professional dan Layla adalah korban standard ganda?

Sebuah usapan di bahunya membuat Layla menoleh ke samping dan menatap sendu Aurin-teman dekatnya-yang kini melempar senyuman ke arahnya.

"Gakpapa, nanti kita cek sama-sama, ya? Kebetulan kerjaan gue udah beres. Dia emang kayak gitu, gak usah di masukin hati. Kita semua disini tau gimana kerja kerasnya lo selama bekerja disini. Semangat, Layla!"

Setiap sudut bibir Layla tertarik, mengangguk sekali sebelum memfokuskan pandangannya pada layar komputer.

Bagaimana mungkin dia akan baik-baik saja ketika orang lain tidak menghargai usahanya?

♡♡

Layla Sundari, perempuan kelahiran 23 tahun lalu yang bekerja sebagai editor disebuah perusahaan penerbit indie dikota kelahirannya. Baru setahun dia bekerja disana tapi rasanya dia sudah sangat lelah.
Bukan hanya perihal fisik, tetapi lebih ke mentalnya yang ditekan jauh keras dibanding tenaganya.

Kepalanya mendongak, menatap sebuah poster raksasa yang ditempel disamping halte tempatnya berdiri saat ini. Dimana disana dia mendapati wajah seorang aktris cantik memegang produk bedak.
Layla begitu terfokus pada wajah artis tersebut, terlihat putih, bersih, mulus. Nyaris tidak ada satupun pori-pori yang mengganggu pandangannya. Sangat cantik.

Layla sekarang berpikir, apakah jika wajahnya secantik artis itu dia akan dihargai ditempatnya bekerja? Akankah orang-orang berhenti mengejeknya?
Perempuan itu lantas menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menghantamkan bokongnya keatas kursi, menunggu bus yang akan mengantarnya pulang. Jika motornya sudah keluar dari bengkel mungkin dia tidak perlu menunggu seperti ini.

"Eh, gue kemarin liat mukanya selebgram itu, lho! Sumpah cantik banget!"

"Kan, bener kaan? Mulus banget anjir, gue pikir difoto karena cuman editan atau cahaya doang, tapi emang mukanya sebagus itu. Gue yakin skincarenya bukan ecek-ecek, sih!"

Rasanya terlinganya sangat panas. Diliriknya kedua perempuan yang berdiri ditempat sama dengan Layla. Mereka terlihat begitu asyik membicarakan selebgram yang Layla tidak tahu siapa namanya, tapi perkataan mereka benar-benar membuatnya merasa terganggu.

Tidak bisakah sehari saja dia tidak mendengar sesuatu berbau fisik?

Seperti apa sih, cantik itu? Yang wajahnya putih? Atau yang tubuhnya tinggi? Atau yang mulus? Apakah perempuan sepertinya tidak layak dikatakan cantik?

"Ish, nyebelin banget! Sabar, Layla. Kata Ayah lo itu cantik. Gak penting kulit lo warnanya apa, atau tinggi lo berapa cm. Yang terpenting lo punya adab dan etika yang baik. Itu cukup untuk membuat lo terlihat cantik!" Gumamnya, mengkepalkan kedua tangan seolah tengah menyemangati dirinya sendiri.

Ya, dia cantik!

♡♡♡

To be continue


Ditulis;
Sukabumi, 7 Juni 2022
Dipublish;
Sukabumi, 7 Juni 2022

Beautiful Layla | Apa Itu Cantik Yang Sesungguhnya? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang