Beautiful Layla - Bagian 5

602 134 6
                                    

'Tuk!'

Layla menatap se-cup boba yang tersimpan diatas mejanya, kepalanya kontan mendongak dan mendapati sosok Julian yang sedang tersenyum manis kearahnya, hingga menunjukan deretan giginya yang rapih.

"Ngapain?" Tanyanya, disertai sebelah alis terangkat.

"Boba, buat lo. Emh ... sebenernya juga gue mau minta maaf soal sikap gue kemarin. Tapi sumpah, La! Gue gak ada niatan buat ledek lo, kok. Kita temenan, 'kan? Mana mungkin gue ejek lo dengan sengaja." Julian memasang wajah semelas mungkin, menunjukan raut bersalah karena kemarin telah membuat Layla merasa marah ---dan mungkin malu didepan Donny serta Rebecca.

Julian sadar jika dia sudah kelewatan.

Layla terdiam sebentar, berdehem pelan sebelum akhirnya bersedekap dada. "Gue gak marah, kok. Cuman kesel aja," jawabnya masih dengan nada dingin.

"Ya, sama aja, Le-Layla ...." senyuman Julian merekah manis ketika mata Layla melotot ke arahnya. "Gue gak enak karena kemarin lo pergi padahal makan lo belum beres," lanjutnya masih mempertahankan raut penuh bersalahnya.

Layla mengangguk-anggukan kepala seolah memahami perkataan si lelaki berkulit sawo matang itu. "Oke, gue maafin tapi jangan kayak gitu lagi! Jangan gunain fisik ataupun kebiasaan orang untuk lo jadiin bahan bercanda karena itu sama sekali gak lucu, Bang. Masih mending yang ngalamin itu gue karena gue temen lo, kalo misalnya orang lain pasti gak akan terima." Julian menatap Layla yang memberi tiba-tiba petuah padanya, sesekali kepalanya mengangguk mengerti lalu seutas senyuman tersungging dibibirnya.

"Sorry, deh. Janji gak akan kayak gitu. Sebagai tanda permintaan maaf gue, istirahat nanti gue yang bayar makan siang lo."

"Beneran?" Kedua mata Layla berbinar.

"Asli! Suer! Gue yang bayarin!"

Layla tersenyum lebar dan langsung mencubit gemas kedua pipi Julian sampai lelaki itu memekik kesakitan. "Baik banget, siih, anaknya Bapak Romli." Perempuan itu tertawa pelan, sebelum akhirnya mengusir Julian untuk pergi agar dia bisa kembali fokus pada kerjaan.

"Abis ngapain Bang Julian?" Layla nyaris menjerit ketika suara Aurin tiba-tiba terdengar dari sampingnya.

Perempuan lantas melayangkan cubitan di lengan Aurin hingga sang empu meringis kesakitan. "Reuwas atuh, ih!" Omelnya.

Aurin terkikik lalu mendekatkan wajahnya ke hadapan Layla. "Kalo diliat-liat ternyata Bang Jul ganteng, ya, La?" Alis Layla saling bertaut ketika mendengar ucapan Aurin.

Sahabat Layla itu menoleh pada Julian yang kubikelnya berada dibelakang mereka, dimana lelaki itu tengah serius dengan pekerjaannya juga. Aurin bertopang dagu seraya menatap pria berusia 27 tahun itu, disertai senyuman manis.

"Kenapa gue baru sadar sekarang? Dia itu manis banget, idungnya mancung, matanya gede kayak lo, La. Gue kalo cowok sunda modelannya kayak Bang Jul, ikhlas lahir batin jadi bininya. Gakpapa dibawa kesini juga."

Layla merotasikan bola matanya, dengan cepat mengusak wajah Aurin, berusaha untuk menyadarkan sang teman. "Eling, maneh. Bang Jul udah ada pacar, masa mau jadi PHO?!" Aurin berdecih pelan, moodnya yang semula bagus dalam sedetik berhasil Layla hancurkan.

"Ya, 'kan gak ada salahnya ngarep, La. Siapa tau pacarnya yang sekarang bukan jodoh dia."

"Gak boleh ngomong kayak gitu! Omongan adalah do'a."

"Emang gue ngedo'ain mereka putus, kok." Layla meringis pelan, mengambil ancang-ancang untuk memukul Aurin, tapi tidak jadi karena perempuan itu dengan cepat bangkit dengan flashdisk ditangan.

Beautiful Layla | Apa Itu Cantik Yang Sesungguhnya? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang