Everything Has Changed

1.2K 120 4
                                    

Kelas 3 ini, gue janji bila Tuhan menyatukan kelas gue dan Jessica, gue bakal berani nanya nama dia.

Kala itu, Mario langsung ngakak pas denger doa pengecut gue itu. Dia langsung noyor gue dan ngetawain gue tepat di muka.

"NAJONG LU!"

Iya, PK, gue emang najong. Tapi seengaknya gue gak pernah nyolong hadiah dari fans lu yang kelas 10, yang isinya album X-nya Ed Sheeran yang ori dan bertandatangan lalu jadiin hak milik gue dan gue kasih ke cewek dari sekolah lain yang lagi gue modusin KAYAK YANG LO LAKUIN KEMARIN!

Gue cemberut dan mendengus ke Mario. "Cuma itu yang bisa gue lakuin. Lo gak ngerti betapa gugupnya gue sama cewek yang bener-bener gue suka. Terserah lo mau katain gue cupu atau apa," jelas gue.

Mario ngangguk-ngangguk. "Iye, gue paham." Mario memutar pensil di jarinya. "Emang jalan buat orang cemen kayak lo cuman sekelas doang. Itu juga belum tentu lu berani ngajak dia ngomong, iya kan?" ejek Mario.

Sayangnya, dia salah.

Kelas 3 ini gue sekelas sama Jessica. Langsung. XII IPS 4.

Dan hari pertama, gue langsung datengin meja dia dan senyum ke dia.

"Jess, boleh minjem pulpen gak?"

"Eh, Daniel, kan? Boleh, boleh. Nih!" Jessica langsung ngasih pulpen Faster bertutup merah punya dia.

Cewek-cewek di kelas langsung mandang Jessica dengan pandangan memicing yang gak ngenakin. Jelas lah, karena Jessica adalah satu dari sepuluh cewek yang gue sapa duluan selama gue sekolah di SMA ini.

Setelah pulpen itu ada di tangan gue dan gue duduk kembali ke meja gue, Mario nepuk bahu gue dan tersenyum. "Mantap, bro. A way to go!" pujinya.

Sambil menatap pulpen di tangan gue dan pemiliknya dari kejauhan, gue tersenyum sendiri. A way to go. Gue yakin gue bisa lebih dari ini. Lebih berani dari ini dan suatu hari gue bisa bilang sama cewek ini kalau gue mengagumi dia.

Perasaan sayang? Belum ada. But in my eyes, she's bright and beautiful. Bagi gue dia adalah perempuan cantik yang luar biasa. Dan gue lebih kagum lagi saat gue mengenal dia yang sesungguhnya.

Bagaimana seorang Daniel Adiwijaya bisa mengenal Jessica Aurelia sementara duduk di deketnya aja udah bikin seorang Daniel pengen kencing?

Karena Mario PK sialan itu suka sama Rerey dan ngedeketin Rerey.

Setiap jalan-jalan, Mario dan Rerey selalu ngajak kami berdua. Si Mario malu luar biasa karena Rerey gak mau dianggep murah kayak cewek-cewek yang pernah dia deketin sebelumnya. Dan akhirnya, supaya bisa tetep jalan sama cewek itu, Mario ngajak gue dan Rerey ngajak Jessica.

Awalnya jelas awkward. Gue dan Jessica selalu cuma sebatas pinjem-pinjeman alat tulis dan ber-"lo tau dimana Mario gak?"-an. Tapi semakin sering kami berdua jalan dan diacuhkan oleh dua pasangan kasmaran itu, kami berdua semakin mengenal.

Contohnya kayak malam itu, pas jalan-jalan keempat kalinya kami ke Senayan. Dua orang itu lagi liat-liat baju sambil ketawa-ketawa. Gue dan Jessica cuma berdiri di teralis lantai dua sambil ngeliat ke lantai bawah dan diem-dieman dengan minuman di tangan kami.

"Lo tahu gak, bedanya kucing sama Mario?"

Jessica nengok. Mukanya kaget karena sebaris kalimat aneh keluar dari cowok pendiam seperti gue. Matanya menyelidik bingung. Kemudian, dia menggeleng bingung. "Gak. Apaan?"

Gue tersenyum. "Jawabannya, gak ada."

"Hah?"

"Iya. Sama-sama gak kuat liat ikan asin, dan sama-sama ngintai dari jauh, baru... HAP! Dilahap sama si PK satu itu!" canda gue.

Jessica tertawa kecil. "Emang segitu berbahayanya ya, sahabat lo itu?" tanya Jessica. "Kok, lo masih mau main sama dia, sih?"

Gue melirik ke atas dan berpikir kombinasi kata yang tepat. "Gak tau!" gue tertawa.

"Laaah?"

"Iya. Gak tahu! Gak tahu kenapa masih mau aja main sama orang yang merugikan gue. Contohnya aja, gue harus nemenin dia ngedeketin cewek malem-malem, sementara gue bisa di rumah dengan tenang nonton NBA atau nonton turnamen golf yang baru mulai di FOX Sports. Kenapa gue harus disini nemenin dia ngincer ikan asinnya, ya?" celoteh gue panjang lebar.

Jessica tersenyum dan manggut-manggut mendengar penjelasan gue. "Make sense, kok. Gue juga berpikir begitu!" jawab Jessica. Kami berdua menghela napas, dan terjadilah keheningan. Suara orang lalu-lalang terdengar di belakang punggung kami.

Setelah 2 menit keheningan terjadi, Jessica menatap gue dengan kilatan mata amazed dan berkata "lo ternyata gak sekaku yang orang bilang ya, Dan?"

Blush.

I'm blushed.

Jessica masih melempar senyum hangatnya yang berbinar dengan mata yang berkilau manis pada gue. Selang beberapa detik, mata itu kembali menatap ke lantai bawah. Masih dengan senyum yang sama.

If I can be a professional photographer in a second, I want to take this moment as my eternal masterpiece. Inilah senyum tercantik Jessica selama gue pernah mengenalnya. Mungkin karena senyum itu ditujukan atau gue, atau waktunya terasa tepat.

"Mungkin... karena gue gak seperti yang lo pikir?" gue buka suara setelah sekian lama. "Dan gue cuma nunjukkin diri gue yang sebenarnya ke orang-orang yang gue percaya aja." Mata gue menatap ke arah Jessica. So you can understand that I want you to be one of my trusted person.

Jessica menatap gue balik. Bingung. "Kenapa lo milih gue?" Sepertinya dia menangkap sinyal dari gue.

Kemudian gue tersenyum pada Jessica dan berkata "I dont know. Mungkin karena... gue percaya lo?" jawab gue.

"Cewek yang selalu lo pinjem pulpen dan pensilnya? Yang cuma lo tanyain dimana Mario dan PR besok apaan? Kenapa lo bisa percaya sama gue?"

Because I like you... gue menjawab dalam hati.

"Karena gue tahu. Hati gue tau. Itu aja. Gue pengen lo jadi temen gue, dan jadi orang yang gue percaya." Akhirnya kalimat itu yang gue keluarkan.

Dan pipi Jessica bersemburat merah. Dia tersenyum lembut, manis, dan tenang. "Makasih kalau lo menganggap gue begitu."

Dan kami berdua kembali hening sambil menunggu kucing dan ikan asin itu selesai membeli baju-baju mereka.

Tapi yang gue tahu pasti, keesokan harinya, semua udah beda. Gak ada lagi peminjaman basa-basi dan nanya PR basa-basi. Hari esok udah beda dari hari sebelumnya.

Gue duduk di bangku panjang di depan kelas sambil membaca Percy Jackson. Sekolah masih agak sepi karena hari masih agak terlalu pagi.

"Daniel!" sapa Jessica.

"Hai!"

"Baca apa?"

"Percy Jackson."

"Dasar kutubuku! Gue taruh tas dulu, ya! Nanti gue kesini lagi!"

Dan kemudian semua berubah.

Man On A Wire  (Breakeven Side Story)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant