Chapter 6

227 35 0
                                    

•••


Mendapat informasi bahwa pria yang dicarinya berada di rooftop gedung Departement tersebut dari Yoshi yang ternyata adalah teman Park Jihoon, Giselle bergegas menaiki tangga menuju rooftop.

Sampai di depan pintu keluar-masuk rooftop Giselle segera membukanya. Pemandangan pertama yang menyapa netranya adalah presensi seorang pria yang tengah duduk bersandar pada dinding di belakang tubuhnya sambil memegang sebuah buku di tangan kanannya.

Giselle berjalan menghampiri pria tersebut kemudian duduk di sampingnya tanpa permisi.

"Apa yang kau baca?"

Pertanyaan yang diajukan secara tiba-tiba itu sukses membuat Jihoon, si pria, terkejut ditambah lagi dengan kehadiran Giselle yang sudah berada di sampingnya mengingat dirinya hanya seorang diri tadi.

"Sedang apa kau di sini?"

"Menemuimu. Apa lagi?"

"Menyingkirlah."

"Oh ayolah aku sudah berkeliling mencarimu sedari tadi, setelah menemukanmu bukannya menyambutku kau malah bicara seperti itu?"

Jihoon tak lagi menjawab melainkan berdiri dari duduknya kemudian melangkah pergi yang segera dihentikan oleh Giselle dengan mencekal tangannya.

"Begitu caramu bersikap pada seseorang? Tidak sopan."

"Lebih tidak sopan mana denganmu yang tiba-tiba muncul dan duduk di sampingku tanpa izin dariku?"

"Apa duduk di sini aku masih memerlukan izin darimu? Lagipula kita kan teman untuk apa meminta izin segala."

"Aku tidak akan pernah berteman dengan gadis sepertimu. Satu lagi, kita tak saling kenal jadi jangan bersikap seolah kau mengenalku." Ujar Jihoon sinis.

"Baiklah kita tidak akan berteman karena aku akan menjadikanmu the next Giselle's boyfriend."

"Dalam mimpimu!"

"Kau bisa bicara seperti itu sekarang, tapi lihat saja nanti ku pastikan kau akan berlutut di hadapanku memohon padaku untuk menerimamu sebagai kekasihku."

"Tak akan."

"Kalau kau lupa aku bisa mengingatkanmu, aku masih memegang kendali atas dirimu." Ujar Giselle membuat Jihoon mengernyitkan alisnya.

"Kau tak bisa lolos semudah itu dariku, Park Jihoon."

Giselle dapat melihat bagaimana tangan Jihoon mengepal hingga buku-buku jarinya memutih, tanda bahwa pria itu berusaha keras menahan amarahnya sekarang.

Giselle harus bersyukur atas statusnya sebagai seorang perempuan, jika saja Giselle seorang pria mungkin dia sudah berakhir babak-belur di tangan Jihoon.

Mengingat Jihoon pernah membuat Jeno patah tulang saat kejadian di club, lagi Jihoon seorang petarung yang handal. Membayangkannya saja sudah cukup membuatnya begidik ngeri.

Jihoon yang kesal berakhir pergi meninggalkan Giselle yang tersenyum miring memandangnya remeh.

"Jika bukan karena taruhan bodoh itu, aku juga tak akan mau berurusan dengan pria batu sepertinya." Gumam Giselle.

Flashback on

Hari sebelumnya saat Giselle, Karina, dan Yeji tengah makan siang di kantin.

"Seperti apa pria itu? Apakah dia tampan?" Tanya Karina antusias.

"Hmmm... Lumayan."

Happy In Sin Where stories live. Discover now