54°C: Error

23 6 0
                                    

Satu minggu berlalu secepat angin berembus. Sudah beberapa hari kebelakang ini Ravn tidak bisa dihubungi. Baik itu oleh teman-temannya maupun Yesoo. Hal tersebut jelas membuat teman-teman Ravn itu khawatir. Apalagi tidak ada 1 pun dari kelima teman-teman Ravn yang kini 1 universitas dengan Ravn.

Sepulang kuliah siang hari itu, Seoho berencana untuk mengunjungi kampus tempat Ravn menempuh pendidikannya. Laki-laki itu hanya mau memastikan Ravn baik-baik saja, mungkin hanya ponselnya yang tengah bermasalah sehingga Ravn seolah menghilang bak ditelan bumi.

Seoho keluar dari mobilnya setelah ia memarkirkan kendaraannya itu di halaman parkiran kampus Ravn. Terlihat segerombol mahasiswa keluar dari gedung kampus dengan beberapa buku dan map di tangan mereka, ada juga yang menenteng tas tenteng berisikan buku-buku tebal.

Seoho menarik nafas dalam-dalam. Ia belum pernah mengunjungi kampus Ravn sebelumnya. Kampus tempat Ravn melanjutkan studinya itu termasuk salah satu kampus elit di kota tempat laki-laki itu tinggal. Bukan hanya mahal, kampus tersebut juga dikenal baik oleh masyarakat karena mutu pendidikannya yang sangat baik dan berskala internasional. Tak jarang mahasiswa-mahasiswi yang keluar dari gedung kampus menenteng barang-barang branded. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki sudah tercium sekali aroma barang mewah.

Gue penasaran orang tua Ravn kerja apaan sampe ni bocah bisa sekolah di sekolah bau duit kayak begini, pikir Seoho.

Seoho berjalan masuk menuju meja informasi untuk menanyakan dimana letak fakultas yang Ravn pilih.

"Hai," panggil seseorang.

Seoho berhenti berjalan dan menoleh ke arah kanan. Seorang perempuan dengan rambut dikuncir ala ekor kuda tersenyum manis di samping Seoho sambil sedikit melambaikan tangannya.

"Are you new here?" tanya perempuan itu.

Seoho menggaruk tengkuknya gugup.

"Oh... Gue bukan anak sini," jawab Seoho.

"Ah, pantas. Gue enggak pernah lihat wajah lo," sahut perempuan itu.

Gadis itu mengulurkan tangannya dan Seoho dengan cepat menjabatnya.

"Lim Yoora dari fakultas kedokteran," ucap perempuan itu.

"Gue Lee Seoho, dari univ sebelah, anak HI," balas Seoho.

"Wow... hubungan internasional. Lo pasti tertarik politik, ya?" tanya Yoora ramah.

"Kinda," jawab Seoho.

"Anak PTN rupanya. Lo keren juga bisa masuk PTN sebelah, jurusan favorit pula," puji Yoora.

"Ah, enggak, biasa aja," elak Seoho malu. 

"Kalau gue emang enggak pengen PTN. Dari awal masuk SMA udah nargetin PTS, so here I am," ujar Yoora.

"Lo pasti juga pintar karena untuk diterima di kampus ini enggak mudah," sahut Seoho.

Yoora tertawa kecil. "Bisa aja lo."

"Oh, ya, jadi melenceng, kan. Lo kesini mau apa?" tanya Yoora.

"Gue nyari temen gue," jawab Seoho.

"Oh teman lo anak sini? Siapa namanya?" tanya Yoora antusias.

"Kim Youngjo, biasa dipanggil Ravn, sih. Lo kenal?" jawab Seoho kemudian bertanya.

Raut wajah Yoora seketika berubah datar dan terlihat tidak tertarik. Perempuan itu memutar kedua bola matanya seolah nama Ravn terdengar menyebalkan di telinganya.

"Anak fasilkom itu," gumam Yoora.

"Eum... Lo tahu, Yoo?" tanya Seoho hati-hati.

"Jelas tahu. Dia maba yang belum 5 hari kuliah udah dicap playboy sama anak-anak kampus," jawab Yoora.

Ice Cube Gone Bad || ONEUS RAVN [17+]Where stories live. Discover now