22.PERSONA / TOPENG (1) (tentang kritik Sosial / mindset)

159 33 20
                                    

*22.

Pov.  Arini Pradita Diningrum

Oue twin peaks - Singapura

❤️

"Honey..." bisik kak Arkha sambil mengayunkan ayunan rotan yang aku duduki, aku tersenyum sambil menyahuti, pipi kami sering bersentuhan saat kak Arkha kembali mengayunkan ayunan rotan gantung.

"Hmmm." sahutku kalem.

"Berani gak andai ini adalah ayunan Swing at the end of the world?"

Aku tertawa manis, kak Arkha menyebut ayunan bernama ayunan di akhir dunia. Ayunan paling ekstrim dan mengerikan karena berada di tepi salah satu pegunungan Ekuador. Salah satu negara di Amerika Serikat.

"Trus kita mendaki di jalur Bellavista, dari kota Bonas. Dan di sana kita akan menemukan La Casa del Arbol, dan bisa main ayunan yang memicu adrenalin."

Lagi, aku tertawa manis, menepuk lembut pipi suamiku yang halu itu dengan tangan kiri. La Casa del Atbol adalah rumah pohon. Sesuai dengan namanya rumah ini berada tepat di atas pohon yang tepat di berada di tepi jurang. Dengan sebuah ayunan di sana. Pake daun buat ke Ekuador? Gak pake duit? Halu banget.

"Kalau aku jatuh?" bisikku dengan senyum, menatap iris mata coklat terangnya. Karena setahuku ayunan itu tanpa dilengkapi pengaman, hanya dengan tali biasa dan bangku kayu. Jadi tak heran jika di sebut ayunan paling ekstrim di dunia. Bayangkan saat tubuh kita terayun dari daratan menuju pinggir jurang dan akhirnya mengambang di atas jurang.

"Saya pegang erat agar tidak jatuh." bisik kak Arkha sambil mendekapku dari belakang. Pipi kami bersatu.

"Kalau tetap jatuh?" Tantangku dengan senyum, mata kamu bertemu.

"Saya akan menyusulmu, kita jatuh bersama." jawab kak Arkha gombal. Membuatku ngakak keras. Menepuki pipinya gemas.

"Itu namanya bunuh diri, Kak. Dosa!"

Kak Arkha hanya tertawa, mengelus-elus pergelangan tanganku yang di perban coklat. Kemarin aku terjatuh dan keseleo.

"Masih sakit?" tanyanya entah untuk yang ke berapa puluh kali sejak aku jatuh. Aku menggeleng.Kak Arkha itu over protektif. Masih teringat dengan baik kejadian kemarin di Indonesia saat aku terjatuh di kamar mandi. Dua asisten rumah tangga mertua jadi pelampiasan habis-habisan kak Arkha. Padahal aku yang gak hati-hati dan mereka tidak salah.

"Saya kan sudah bilang!Pasang karpet anti slip,trus keset microfibernya kemana? Itu bukan sekedar pajangan! Itu ada gunanya!"

Menggelegar suara kak Arkha, mengagetkan mama dan ayah mertua. Karena kak Arkha hampir tak pernah bersuara keras. Apalagi itu di atas pukul sembilan malam. Mereka masih beberes karena habis ada tamu dari keluarga Jogja.

"Eh,anu..itu..itu, Mas. Saya jemur. Lupa ngangkat."

Kinan jelas sekali tampak gemetaran. Dia memang dekat dengan Satriyo adik iparku tapi dengan kak Arkha?

"Udahlah, Kak..aku yang salah. Gak ati-ati."

Leraiku tak sampai hati jika mereka jadi sasaran amarah suamiku.

"Stop selalu melindungi kesalahan, Dek!"

Bantah kak Arkha dengan sorot tajam. Menatap nanar Kinan dan Bik Marni. Bik Marni yang biasa bersihkan kamar mandi tadi absen karena full meladeni tamu.

"Bik Marni yang salah, Mas Arkha."

Sesal asisten rumah tangga itu dengan tertunduk. Aku ingin berkata-kata tapi mama mertua memberi isyarat agar diam.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang