Bab 4

3.8K 265 12
                                    


Raveen mendapat panggilan sore itu dari Cooper. Ia segera bergabung bersama Ian dan Ferdie-kawan penyelidiknya yang lain di ruang atasannya. Ketika Trent-penyelidik senior masuk dan bergabung, Cooper baru mulai membicarakan maksudnya memanggil empat penyelidik sekaligus.

Beberapa berkas tertumpuk di meja Cooper. Raveen mendapat firasat buruk hanya dengan menantap sekumpulan berkas-berkas yang entah apa isinya. Dan ketika Cooper beranjak untuk mengambil berkas lain, Raveen mual.

"Aku baru saja mendapat telepon dari seorang klien," mulai Cooper. Kepala polisi itu menyesap kopi yang tersaji di meja sebelum melanjutkan, "Diduga akan ada korban pembunuhan lain. Seseorang menerima surat berisi ancaman di apartemennya dan siang ini tiga orang polisi lokal sedang memeriksa tempat kejadian."

Firasat buruk yang melanda Raveen benar-benar terbukti ketika Cooper menyerahkan sebuah dokumen padanya. Tiga orang penyelidik lain di dalam ruangan saling bertukar pandang sementara Raveen menerima dokumen itu. Ia membaca singkat isinya dan Raveen terkejut bukan sekedar terkejut tapi ia benar-benar terkejut.

Ia belum berpengalaman menjamin keamanan seorang klien. Tapi dengan begitu santai Cooper menandatangani surat permintaan keamanan itu atas namanya.

"Apa ini?" tanya Raveen, sengit.

"Kau sudah membacanya."

"Maksudku, kenapa harus aku?"

Cooper maju mendekat. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya pada tepian meja, bersedekap sambil menyilangkan satu kakinya di atas kaki yang lain. Dengan pembawaan santai, Cooper menjawab,

"Klienku menginginkan yang terbaik, Alex. Yang terbaik. Dan aku memberimu kesempatan."

Kenyataan bahwa Cooper berusaha menyenangkan Raveen nampaknya tidak berjalan dengan mulus. Raveen lebih suka terjun langsung dalam penyelidikan, bukannya menjadi seorang pengawal pribadi yang harus menguntit dan menjamin keselamatan kliennya.

"Tapi aku tidak berpengalaman. Ini mungkin tidak akan berjalan dengan baik."

"Itu hanya pendapatmu saja. Kau bisa menyelesaikannya seperti menyelesaikan kasus-kasus lainnya. Lagi pula klienku ini bersedia membayar mahal untuk penjagaan ekstra,"

"Bukan masalah itu," sela Raveen. "Kau bisa meminta yang lain dan mungkin lebih berpengalaman."

"Tentu saja aku bisa," sahut Cooper. "Tapi klienku sendiri yang mengajukanmu untuk menjalankan tugas ini. Dia bilang dia mengenalmu."

"Apa?" Raveen menyipitkan matanya. "Siapa katamu?"

"Keluarga Hampton menginginkanmu bekerja untuk mereka."

Raveen hampir lupa menelan liurnya ketika Cooper menyebutkan nama yang familier itu. Entah bagaimana, rasa gembira sekaligus kecewa melandanya. Tapi kegembiraan itu berhasil menguasai dirinya jauh dari yang bisa ia duga.

Sudah lama sekali Raveen tidak menjalin hubungan dengan keluarga dari sahabat terdekatnya itu. Dan sekarang, entah bagaimana dunia jadi terasa begitu kecil. Tapi kegelisahan mulai melanda pikirannya. Jika memang keluarga Hampton yang menginginkannya, pasti sesuatu yang buruk telah terjadi pada mereka. Tapi siapa? Sam? Ya, Raveen akan segera mengetahui jawabannya nanti.

"Aku menyetujuinya."

Acara seminar berjalan seperti biasanya. Seperti yang diduga Diane dan kedua temannya, terlalu banyak undangan yang datang. Hampir memadati ruangan. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa kampus.

Meski berjalan dengan lancar, kegiatan seminar itu tidak membuat Diane merasa lebih baik. Seminar itu hanya menerangkan materi perihal hidup sehat seperti yang lazim ia dengar di radio dan berbagai media sosial lainnya. Kalau bukan karena Jules dan Regan, Diane akan sangat mengaku bahwa dirinya sudah benar-benar bosan.

MurdererWhere stories live. Discover now