Blooms in Our Hearts ch 23

1.3K 156 1
                                    

Sungguh malam yang canggung untuk kedua orang yang berada dalam satu unit apartement. Entah apa maksud Sunghoon datang malam -malam seperti ini ke rumah Sunoo. Si pemilik rumah sedang sibuk di dapur menyiapkan minum dan makan malam untuk ia dan tamunya. "Kak, mau spageti?"

Sunoo menawarkan menu untuk makan malam mereka hari ini, "Kebetulan tadi aku berniat masak spageti buat makan malam." Hal itu langsung disetujui oleh Sunghoon.

"Sini aku bantuin, kalau masak pasta aku jagonya." Namun Sunoo melarangnya untuk pergi kedapur, dan meminta Sunghoon untuk menunggu saja di ruang tengah.

"Malam ini aku yang masak buat kakak, nggak ada penolakan."

"Yakin enak nggak masakan kamu?"

"Enak dong, kakak belum nyobain aja, makanya sekarang aku aja yang masak ya." Sunghoon hanya pasrah diminta menunggu oleh kekasihnya itu. Sunoo sibuk di dapur untuk memasak pasta yang dibelinya tadi.

Mereka makan di ruang tengah sambil menonton acara ragam di TV. "Gimana, enakan masakan aku?"

Sunghoon yang ditanya tampak berpikir, dan ingin menggoda kekasihnya itu. "Hmmm... gimana ya? Enak sih, tapiii."

"Tapi?"

"Tapi masih enakan masakan akulah, hahaha." Sunoo terkejut mendengar penuuturan kekasihnya itu. "Hehe, enggak deh, enakan masakan dek Sunoo kok."

'Dek!' Lagi -lagi panggilan itu membuat jantung Sunoo berdetak lebih cepat. Wajahnya memerah dan dia salah tingkah. Sunghoon menyadari reaksi Sunoo itu kemudian ia meraih tangan Sunoo. Diusapnya punggung tangan Sunoo dimainkannya jari -jari cantik milik Sunoo.

"Suka aku panggil dek ya?"

Reflek Sunoo menggangguk, namun ketika sadar ia menggeleng, kemudian mengangguk lagi. Cute!. Dibawanya tangan Sunoo mendekat kebibirnya, kemudian dikecupnya punggung tangan Sunoo itu.

"Kak, aku cuci piring dulu ya!" Karena gugup Sunoo kemudian mencari alasan untuk bisa menghindar dari suasana seperti ini. Buru -buru Sunoo merapikan bekas makan malam mereka dan pergi ke dapur.

Baru saja selesai mencuci piring dan hendak mencuci tangannya, Sunoo dikagetkan oleh Sunghoon yang mengampirinya. Laki -laki itu berbisik di daun telinga Sunoo, membuat aliran darahnya seperti dipompa puluhan kali lipar dari biasanya. "Aku bantuin nyuci piringnya."

Entah sengaja atau tidak, sepertinya Sunghoon menghembuskan napasnya di perpotongan leher Sunoo, "Kak!" Refleks Sunoo menggeser kepalanya.

"Aku cium kamu boleh?" Sunghoon menunggu jawaban Sunoo tanpa menjauhkan wajahnya dari Sunoo. Justru Sunoo yang refleks mencondongkan tubuhnya ke belakang meski terhimpit diantara Sunghoon dan wastafel.

"Noo!" Suara berat Sunghoon memenuhi gendang telinga Sunoo, membuatnya sulit berpikir. Sunoo menangkup wajah Sunghoon dan langsung mencium kakak tingkatnya itu. Hanya sebuah kecupan kupu -kupu yang diberikan Sunoo.

Semburat merah tampak diwajah hingga kedaun telinga Sunoo, Sunghoon tersenyum melihat respon Sunoo barusan. Namun bukan ciuman kupu -kupu seperti barusan yang ia inginkan.

Seperti mendapat lampu hijau kali ini Sunghoon yang mencium Sunoo, dilumatnya bibir kenyal lelaki mungil didepannya. Sunghoon mulai menggigit bibir bawah Sunoo membuatnya refleks membuka mulutnya dan menerima hujaman ciuman yang lebih panas dari yang ia berikan pada Sunghoon.

Pagutan Sunghoon tidak berhenti sampai Sunoo yang merasa kehabisan napas mendorong tubuh Sunghoon. Ia kemudian melumat daun telinga Sunoo, membuat pemilik marga Kim itu melenguh. "Eeeeunnggghhh!"

Merasa tidak ada penolakan dari Sunoo, Sunghoon mulai menciumi ceruk leher Sunoo. Dijilatnya setiap jengkal kulit halus Sunoo, beberapa kali dengan sengaja dia menghisap leher kekasihnya itu hingga muncul bekas kemerahan.

Dirasakannya jemari Sunoo menelisip kesela -sela rambutnya yang mulai panjang. "Kenapa sayang?"

Wajah memerah Sunoo adalah satu -satunya pemandangan yang tampak di kedua matanya. Lelaki mungil itu menggeleng lucu, Sunghoon mencium bibir Sunoo lagi. Dirasakannya lidah Sunoo menerobos masuk ke mulutnya. Lidah mereka saling berpagut dan saling menghisap.

"Sudah mengerti artinya ciuman sayang?" goda Sunghoon.

"Euunggghh, mau cium kakak lagi." Suara nakal Sunoo menggoda pendengaran Sunghoon. Sunghoon mengangkat tubuh kecil Sunoo dan ia dudukan di meja granit yang ada di dapur. Tangan kanannya mulai menyentuh pinggang Sunoo mengusapnya hingga keperut bagian tengah.

Sunghoon mendorong tubuh Sunoo kebelakang, membuat yang lebih muda tertidur diatas meja kokoh itu. Dengan baju bagian atas sedikit tersibak menampakan perut langsing Sunoo.

Sunoo merasakan degub jantung dan aliran darahnya yang memompa lebih cepat. Ketika tangan Sunghoon menyentuh kulit tubuhnya entah desir apa yang Sunoo rasakan. "Eunggghh, kak." Lenguhan keluar dari mulut Sunoo saat Sunghoon mengusap perutnya.

Rasanya aneh, seperti merasakan ribuan kupu -kupu terbang dari dalam perutnya.

"Hmmmmphh, apa sayang?" Sunghoon bertanya namun seolah tidak membiarkan Sunoo menjawab pertanyaannya, lelaki yang lebih tinggi itu kembali melumat bibir Sunoo. Diraihnya kedua tangan Sunoo dan dikuncinya kedua tangan pemuda Kim itu di atas meja hanya dengan satu cengkraman.

"Hhhaaahhhh!" Lenguhan keluar dari mulut Sunoo, dengan cekatan Sunghoon membuka satu per satu kancing baju yang dikenakan Sunoo.
Dilihatnya setengah telanjang tubuh bagian atas milik Sunoo yang mulus. Sunoo tidak memberontak, namun setetes air mata tampak mengalir dari pelupuk matanya. Hal itu menyadarkan Sunghoon dari nafsunya.

Dilepaskannya cengkraman tangannya dari kedua tangan Sunoo kemudian dengan hati -hati ia dudukan Sunoo dihadapannya. Sunghoon memeluk erat tubuh Sunoo yang gemetaran, dirapikan pakaian Sunoo yang beberapa menit lalu ia buka kancing bajunya.

Tubuh lelaki didepannya bergetar tak karuan, "Maafin aku Noo." Sunghoon berucap tulus.

Air mata Sunoo belum juga berhenti mengalir, dirasakannya degub jantungnya yang tak karuan. Sunoo membalas pelukan Sunghoon, "Aku takut!"
"Ssssttttttjhhhhh, aku salah! aku minta maaf ya." Ujar Sunghoon lagi, kali ini dirasakan Sunoo mengangguk.

Sunghoon menggendong Sunoo keruang tengah, direbahkannya tubuh Sunoo di atas sofa. Sedangkan ia mengambil tempat duduk di bawahnya. Belum ada yang berbicara lagi, hanya tatapan mata mereka yang saling bertemu dan mencoba memahami situasi satu sama lain.

Merasa bersalah Sunghoon mencium lembut tangan Sunoo sekali lagi. "Aku minta maaf karena kelewat batas memperlakukan kamu kayak tadi."

"Aku nggak nanyain concent dari kamu dulu tadi." Ada penyesalan di nada bicara Sunghoon. "Nggak seharusnya aku kayak gitu."

Melihat Sunghoon didepannya menundukkan wajahnya, Sunoo kemudian mulai bicara. "Aku cuma takut, karena ini kali pertama aku ngerasain ciuman yang seperti tadi."

Sunghoon diam.

"Aku nggak bilang, aku nggak suka hal yang kakak lakuin tadi," ada jeda dari kalimat Sunoo. "Tapi buat saat ini segini dulu ya, aku bahkan baru ngerasain ciuman pakai lidah." Nada bicara Sunoo sangat lembut, mengakui dirinya baru meraskan frenchkiss.

Sunghoon masih diam.

Sunoo duduk di sofa dan menepuk tempat kosong di sampingnya meminta Sunghoon untuk duduk disana. Sunghoon berdiri untuk mengikuti permintaan Sunoo duduk disampingnya. Saat Sunghoon berdiri, tiba -tiba Sunoo memeluknya erat.

"Kenapa sayang?"

"Kakak nggak marah kan kita berakhir kayak sekarang?"

"Kok marah? Justru aku yang takut kamu marah karena aku nggak nanyain persetujuan dari kamu dulu tadi."

Sunoo menggeleng ditatapnya mata Sunghoon. "Aku udah kasih kakak concent kok tadi, cuma akunya aja yang masih takut."

"Iya, iya, sekarang tidur aja ya Sunoonya."

"Hmmm, tapi nggak mau kakak pergi."

"Aku disini Sunoo."

"Kalau aku merem, kakak nanti pergi." Sunoo merajuk.

"Sunoo mau aku nginep?" Yang ditanya mengangguk lucu. "Yaudah, aku nginep."

"Mau peluk kakak juga pas tidur." Gemas dengan tingkah Sunoo, Sunghoon hanya bisa tertawa kemudian ia kembali mencium lembut pipi Sunoo.
Malam itu berakhir dengan Sunoo yang tidur dipelukan Sunghoon. Hanya tidur.

Blooms in Our HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang