1. Omong Kosong

1.3K 110 0
                                    

Semoga suka









Transmigrasi, kata itu kini marak di kalangan remaja pencinta novel. Berbagai novel—cerita-cerita bertemakan transmigrasi kini begitu populer. Cerita klise di mana seseorang bertransmigrasi ke tubuh seorang antagonis dalam novel ataukah transmigrasi seseorang ke tubuh seorang nerd.

Ada yang percaya bahwa transmigrasi itu benar adanya, bukan hanya sekedar cerita belaka. Mereka yakin bahwa seseorang dari banyaknya orang di dunia pernah mengalami kejadian unik itu.

Lalu adapun yang sama sekali tak percaya. Transmigrasi bagi mereka hanyalah mitos belaka. Tak mungkin kejadian unik itu benar-benar nyata. Berfikir logis saja, mana mungkin seseorang bisa menempati raga orang lain yang telah meninggal.

Seperti dua orang remaja yang kini sedang berdebat, tepatnya hanya seseorang yang sedari tadi mengutarakan argumennya, sedangkan seseorang yang lain hanya diam—menelungkupkan wajahnya di atas meja dan hanya bersuara sesekali.

Sebut saja Nia si gadis berambut panjang dan El si remaja berambut pendek yang menelungkupkan wajahnya.

Nia adalah seseorang yang percaya akan transmigrasi. Gadis itu kekeuh mengatakan argumennya, membantah ucapan El yang mengatakan transmigrasi hanyalah mitos belaka.

"Bacot!" Satu kata itu terucap dari mulut El. Ia sudah jengah mendengar ucapan tak jelas dari Nia. Ia heran kenapa ada manusia yang pola pikirnya seperti Nia.

El hanya ingin tidur, tapi suara Nia bak kaset rusak yang begitu mengganggu. Inginnya menyumpal mulut sang teman, tapi ia terlalu malas untuk sekedar mengubah posisinya.

"Ck, nyebelin," gerutu Nia kesal.

"Lagian pikiran lo kayak bocil."

"Terserah. Tapi, awas aja kalau lo sampai transmigrasi, ketawa kenceng gue," ujar Nia. Otaknya memang sudah koslet.

"Sebahagia lo aja."

Setelahnya kedua remaja yang masih duduk di bangku SMA kelas sebelas itu memilih diam. El yang tampaknya sudah tertidur dan Nia yang kini hanyut dalam bacaannya.

"Nia, Elnya tidur?" Seseorang datang dan bertanya.

Nia tersenyum kepada cowok itu, senyum yang terlihat menjengkelkan.

"Barusan. Kenapa? Kangen lo?" Senyum anehnya masih merekah, bahkan wajahnya terlihat mengejek.

Cowok bersurai hitam dengan headband itu tersenyum kikuk. Nia memang selalu saja mengejeknya jika ia bertanya tentang El.

"Kasih ini ke dia kalau udah bangun." Cowok itu menyerahkan sebuah paper bag dan setelahnya melenggangkan pergi.

Nia geleng-geleng kepala. Cowok kalau salting lucu juga ternyata.

.
.
.

Seorang wanita paruh baya tampak mondar mandir di depan kamar sang anak. Ia khawatir sekaligus jengkel terhadap anak tengahnya yang sedari pulang sekolah hanya berdiam diri di dalam kamarnya, bahkan sekedar keluar untuk makan pun tidak.

Bocah bandel itu lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar dengan tidur.

"El, keluar Bunda bilang!" Wanita itu mengetuk-ngetuk pintu di depannya.

"Jangan tidur terus, ingat apa kata dokter," lanjutnya.

"Ngantuk, Bunda~ El mau bobo aja."

Wanita itu menghela napas pelan, bocah keras kepala itu tidak akan menurut jika tidak dipaksa. Ia masuk ke dalam dan terlihat si tengah yang kini bergelung dengan selimutnya, tak lupa sebuah novel yang tergeletak di samping bantalnya.

Lazy Girl Where stories live. Discover now