teruntuk langkah-langkah yang
tak ingin kembali.
I
telah kugantungkan baju putih
dasi, dan celana pendek serupa darah
pada gagang pintu lemari baju
bekas jajahan belanda sebelum proklamasi
bunyi senjata api telah redam
di kedua mata ibu malam itu
tidak ada asap, tidak ada sekam
cahaya telah meninggalkan ibu
sementara ayah memendam
derita yang sukar padam
"bu, besok kita bangun jamberapa?"
II
pagi menutup langit yang gelap
mata ayah pelan-pelan
menadah embun dalam dekap
: kecemasan, kesedihan, atau harapan
pada suatu pagi, ayah menunggu
di halaman rumah kayu
kecemasan menghampiri
membawa berita dari seorang
tetangga. ia bersedih, menyeduh
air mata yang telah mendidih
"ayah, hari ini kita pulangjam berapa?"
III
aku dan ayah berangkat
sekolah. ibu menanti dirumah
orang-orang menunggu di depan sekolah:
kebahagiaan datang beraramai-ramai
kubawakan mereka suatu
titipan dari ibu:
sebuah buku tulis, pensil,
dan aku
ayah berhenti. melepaskan
harapan pada kesepian
yang berlarut-larut datang
menghampiri surga
"ayah,ibu. aku tidak mengenal siapa-siapa di sekolah."
ayah tidak mengantarku
tiba pada gerbang sekolah,
ibu tidak mengecup keningku
sebelum pergi dari teras rumah
aku pulang ke rumah:
ibu lupa memasak; dan ayah
telah menyalakan kompor.
aku kehilangan telapak kaki ibu,
kehilangan telapak tangan ayah.
dan diriku
sendiri.
"benarkah ini adalah hari pertama sekolah?"
Tarakan, Juli 2022.
Alif A. Putra
YOU ARE READING
hari pertama sekolah
Short StoryHari ini, tepatnya 18 Juli 2022. Seluruh siswa sudah memasuki hari pertama sekolah. Namun, tidak semua siswa sekolah dapat merasakan kehangatan dan kegembiraan hari pertama sekolah. Terlebih untuk kedua orang tua yang seakan lupa rasa bahagia saat m...