1.

96 4 14
                                    

Setelah memasuki kamar yang cukup tidak asing ini, terakhir aku masuk ke kamar ini saat SMP. Saat menjenguk Arga yang sakit saat hendak Ujian Nasional, kamar ini tak terlalu banyak perubahan, didominasi oleh warna abu dan juga putih. Aku duduk di sisi ranjang. Setelah akad nikah tadi pagi, siangnya langsung dilanjut ke acara resepsi. Acaranya memang diadakan di kediaman Arga, halaman rumah om Bagus yang sangat luas kiranya bisa menampung tamu-tamu yang memang banyak. Tak heran jika malam ini aku merasa kakiku sangat pegal sekali karena berdiri menyalami tamu tadi.

Klik. Suara pintu terbuka, menampilkan sosok pria yang tadi pagi resmi menjadikan aku sebagai istri.

"Ai"

"Namaku Aira" jawabku sinis.

"Ya karena nama kamu Aira, makanya ku panggil Ai. Kalo nama kamu Aryo baru ku panggil Ar." Ucapnya tersenyum mengejek.

Melihat aku cemberut, dia menormalkan wajahnya "kamu cium bau sesuatu gak si Ai?" Tanyanya.

"Bau apa? Gak ada bau yang aneh ko"

"Kamu udah mandi?" Aku langsung menggeleng. "Tuhkan itu pasti sumber bau asemnya, karena kamu belum mandi" lanjutnya, tertawa.

"Argaaaaaaa, sini kamu, enak aja bilang aku bau" ucapku sambil mengejar Arga. Arga yang sudah bersiap dengan amarahku langsung berlari keluar.

Sebal. Itulah keadaanku sekarang. Arga yang sejak dulu memang terkenal jahil, tak pernah bosan menjadikan aku sebagai sasaran kejahilannya.

Kami memang tumbuh besar bersama, tak jarang Arga yang selalu membuatku menangis saat kecil dulu. Usia kami yang hanyak berjarak dua tahun, menjadikannya sosok teman bermainku, ya walaupun tak bisa dikatakan bermain. Karena dia yang lebih banyak mengusiliku.

Kepindahanku dan papa ke rumah yang persis berada di sebelah rumah Arga, membuat keluarga kami semakin dekat. Keburukan-keburukan Arga yang sudah aku ketahui yang membuatku sekarang agak sedikit tak menyangka sudah menjadi istrinya.

"Siapa yang mau mandi duluan Aku atau kamu?" tanyaku, saat Arga sudah kembali ke kamar.

"Kalo berdua kayaknya lebih bagus deh Ai" ucapnya sambil menggodaku.

"Udah deh Ga, gak usah macem-macem. Sekarang mending kamu yang mandi duluan"

"Yakin gak mau mandi bareng Ai, sunah lho" ucap Arga tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.

"Argaaaaaaa!!!" dengan satu teriakan, Arga yang langsung berlari ke kamar mandi.

Baru sehari jadi istri Arga saya sudah membuatku hampir gila, membayangkan aku akan menghabiskan sisa hidupku bersama Arga adalah sebuah kengerian. Semoga Allah akan selalu menjaga kewarasanku untuk menghadapi Arga, semoga.

******

30 menit sudah aku habiskan untuk menunggu Arga di kamar mandi. Entah apa yang dia lakukan di dalam, aku bahkan sudah selesai melepas semua pernak-pernik yang menghiasi gaun pengantinku tadi. Kini hanya tersisa baju pengantin dan pasmina yang aku ambil dari koper.

"Ga, kamu ngapain aja si di dalem. Cepet, aku kebelet pipis nih" teriakku dari luar pintu kamar mandi. Tak lama Arga keluar dengan hanya menggunakan handuk yang ia lilit dipinggang.

"Astaghfirullahalazim Argaa!! Kenapa gak sekalian pake baju di dalem si"

"Lupa Ai, kebiasaan anak bujang. Lupa kalo udah punya istri" ujarnya dengan cengiran tanpa dosa. Memang tidak dosa si, toh Arga suamiku sekarang. Tapi tetap saja kaget melihat Arga seperti itu.

"Awas!!" Ucapku galak.

"Biasa aja kan bisa Ai, kenapa harus galak gitu si"

"Gak bisa biasa aja kalo sama kamu" ucapku masih sewot, perkara yang berhubungan dengan Arga selalu berhasil membuatku naik darah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Stay With MeWhere stories live. Discover now