8. Persiapan

407 54 24
                                    

Hai!

Apa ada yang nungguin Aiden update?

Absen sini dulu dari asal mana aja?

Jangan lupa vote komen ya gaiss

"Tinggal beberapa hari lagi, dan dia telah menjadi tanggung jawab orang lain lagi, bukan aku ataupun Ayah."
-Garel Alvino Regantara-

*****

Seperti perkataan Viola tadi, kini keduanya --Viola dan Aiden-- tengah menuju ke butik Bunda Hani.

Butuh waktu 25 menit untuk mereka sampai di Agatha Boutique. Keduanya pun turun dari motor. Viola merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Gadis itu mengaca di spion.

Aiden yang melihat itu jengah. Laki-laki itu menarik tangan Viola. "Udah gak usah rapi-rapi. Lagian ini cuma fitting baju, bukan mau kondangan elah. Ribet amat."

Viola menatap tak percaya. Gadis itu mendengus sebal. "Bagi lo mah ribet, tapi bagi gue gak! Karena gue harus cantik di mana pun," Aiden memutar bola matanya malas.

"Yain aja dah," Lelaki itu menyender di motornya dengan tangan bersidekap dada sambil menatap Viola yang masih asik merapikan rambutnya.

Beberapa menit kemudian, Viola telah selesai. Gadis itu menatap Aiden dengan senyumannya.

"Udah. Yuk masuk!" Gadis itu langsung berjalan terlebih dahulu meninggalkan Aiden yang masih menyender di tangki motornya.

Aiden geleng-geleng kepala. "Gini amat punya calon istri."

Laki-laki itu langsung berjalan masuk. Saat masuk, dia melihat wanita paruh baya dan Viola yang seperti mengobrol. Entahlah, Aiden tak tahu apa yang mereka obrolkan. Dia pun mulai mendekati keduanya.

"Assalamualaikum Bunda," Aiden menyalimi punggung tangan Bunda Hani.

"Waalaikumsalam. Kenapa baru masuk nak?" tanya Bunda Hani kepada calon menantunya.

Aiden melirik Viola sekilas kemudian kembali menatap Bunda Hani, sang calon mertua. "Ada urusan sebentar Bun," Bunda Hani mengangguk. Kemudian beliau mengajak anak dan menantunya untuk melihat-lihat baju pernikahannya dan mencoba nya.

Beberapa menit kemudian, Viola dan Aiden keluar dari fitting room setelah mencoba baju pernikahannya.

"Gimana? Kalian suka yang mana?" tanya Bunda Hani kepada keduanya.

Sepasang manusia muda itu saling tatap kemudian kembali menatap wanita paruh baya yang memakai gamis dan hijab syar'i.

"Aku suka yang ini sih Bun. Rada tertutup gitu terus simpel. Gak berat-berat amat pas di pake tadi," jawab Viola kepada Ibunda nya. Bunda Hani mengangguk. Kemudian matanya melirik ke arah Aiden.

"Kalo kamu gimana nak?" Kini Bunda Hani bertanya kepada Aiden.

"Bagus sih Bun. Cuma rada kekecilan aja. Jadi nya tadi pas aku pake rada sesek," Bunda Hani manggut-manggut.

"Ya udah nanti Bunda benerin lagi. Yang penting baju-baju nya udah pas dan bagus tinggal ngukur baju kamu aja," ujar Bunda Hani di angguki Viola dan Aiden.

"Ya udah Bun, kalo gitu Vio pulang ya? Udah sore. Lagian Vio juga udah ngerada gerah,"

Bunda Hani tersenyum lalu mengangguk. "Iya. Jangan lupa nanti kamu bilangin abang kamu pulang nya jangan malem-malem,"

"Siap!" Viola memperagakan ala hormat membuat Bunda Hani terkekeh geli.

"Nanti kalo udah sampe langsung makan ya? Tadi Bunda udah siapain makan kamu sama abang kamu di meja makan," Viola mengangguk.

VILDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang