[2]

2 0 0
                                    

Siang setelah pulang sekolah, Youngjae ke taman untuk bertemu Yoonhee. Ia melihat Yoonhee berjongkok di sekitar pasir. Tangannya memutar-mutarkan membuat lubang.

Ia berjongkok di hadapan Yoonhee "Hari ini cuacanya sangat indah, benar kan,"

Yoonhee diam tanpa suara. Karna aneh Youngjae melihat ke wajahnya. Ia melihat lebam di pinggiran bibir dan pipinya.

"Kau kenapa? Siapa yang melakukan itu kepadamu?"

Yoonhee tidak menjawab, ia berlari. Namun Youngjae tidak dapat mengejar. Ibunya memanggil untuk segera pulang.

─────────────

Youngjae terus datang ke taman, namun orang yang dicari selalu tidak ada. Hari kedua, ketiga, hingga hampir satu minggu tak kunjung datang. Pada hari ketujuh akhirnya Yoonhee kembali ke tamam itu dengan kondisi badan dan muka lebam.

Youngjae tidak mendekati, ia hanya mengawasinya dari jauh. Ia mengikutinya sampai rumah. Dan mendengar apa yang ayahnya lakukan. Tak sengaja Youngjae menabrak tong sampah saat hendak melangkah mundur. Ia berlari sebelum ayah Yoonhee memergokinya.

─────────────

"Ibu bisakah kau menemaniku kerumah temanku, dia tidak pernah muncul lagi selama satu minggu," Pinta Youngjae.

Ibunya mengganguk. Youngjae membawa ibunya kerumah Yoonhee. Diketuknya pintu rumah itu. Dan muncullah seorang lelaki tua berpakaian acak-acakan, ayah Yoonhee.

Youngjae melihat ke arah lengan ayahnya yang berdarah, seperti bekas cakaran kuku. Ayah Yoonhee yang sadar lalu menutupi tangannya.

"Ada perlu apa?"

"Kami ingin bertemu dengan Yoonhee...apa ada dirumah?" tanya ibu Youngjae lembut.

"Tidak ada,"

Youngjae terus melihat kedalam, akan akan dia bisa melihat Yoonhee. Namun hal itu ditegur ayah Yoonhee.

"Hei! Tolong ajari anakmu sopan santun,"

Ibu Youngjae meminta maaf, namun ia tetap melihat kedalam dan berteriak.

"YOONHEE YAAA, APA KAU DIDALAM!"

Yoonhee mendengar dari balik kamarnya. Younjae juga seperti mendengar suara rintihan samar. Ayah Yoonhee menutup pintu dan ibunya pun menyeretnya untuk pergi dari sana.

"Kau tidak boleh seperti itu, ayo,"

"Tapi ibu, Yoonhee ada didalam, aku tadi mendengarnya, cakaran ditangan ayahnya tadi pasti juga karna Yoonhee yang membela dirinya saat ingin dilukai,"

"Youngjae, dengarkan ibu, kau tidak boleh ikut campur urusan orang lain."

Youngjae hanya diam dan duduk di kursi mobil sebelah pengemudi. Disisi lain, dirumah Yoonhee.

Pintu kamar Yoonhee terbuka keras. Ayahnya membanting pintu itu dengan kuat. Yoonhee yang didalamnya merasa ketakutan. Ia memojokan diri di sebelah kasur kamarnya.

"Jadi kau punya teman ya?"
"Siapa yang memperbolehkan kau punya teman...HAH!" Bentaknya.

Ayahnya kembali memukul Yoonhee. Saat pukulan kedua ayah Yoonhee mendapat telefon dan segera pergi.

Yoonhee hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar. Ia tak berani keluar rumah.

Keesokan harinya Youngjae datang kerumahnya dan mendapati Yoonhee yang sedang dipukul. Ia dengan berani menahan ayah Yoonhee dengan memeluknya kencang dari belakang. Amarahnya yang begitu memuncak membuat ayah Yoonhee melempar badan Youngjae hingga mengenai sudut meja. Ayahnya ketakukan.

"Bukan salahku, dia melakukannya sendiri," ucapnya ketakutan sambil beranjak pergi untuk kabur.

Youngjae memegangi mata kirinya sambil terbaring. Disebelahnya Yoonhee menangis kencang.

"Tolongg, Bantu aku," ucapnya terisak-isak

A 19 year old man and a 17 year old woman meet [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz