《23》

315 51 1
                                    

Rasanya seperti mimpi buruk di dalam mimpi buruk lainnya. Kesebelas anak muda itu menembus gerombolan makhluk aneh yang sungguh mengerikan dengan kedua mobil yang melaju sangat kencang. Anehnya, tidak ada darah yang membekas di badan maupun kepala mobil sedikit pun.

Seakan makhluk-makhluk aneh itu adalah mayat hidup yang darahnya sudah tidak mengalir di dalam tubuh busuknya.

Di tambah, Eyeless yang mungkin menyadari kehadiran mereka pun segera mengepakkan sayap kelelawarnya ke arah kesebelas anak muda tersebut.

Mereka mengiranya begitu.

Namun ....

"Dia memakan makhluk-makhluk itu ...." Hyejin berucap dengan lirih. Karena merasa aneh, ia pun mulai mencoba untuk mengingat-ingat makhluk apa itu tadi.

Kalau dilihat-lihat lagi dengan lebih teliti, rupa makhluk itu terlihat lebih bersahabat daripada Eyeless. Gigi-giginya memang tajam, namun tak setajam Eyeless. Apalagi, Eyeless yang pernah mereka temui itu tidak memiliki mata. Namun, makhluk itu mempunyai sepasang mata.

Wujudnya pun tidak terlalu menyeramkan.

"Makhluk itu bukan sepenuhnya Eyeless. Dia adalah Eyeless yang gagal," gumam gadis itu pelan dengan mata yang kini sedikit melotot.

Saat cahaya sudah menyapa pandangan mereka, lantas semuanya menghela napas lega. Terutama, Heeseung dan Jay.

Bahkan, Jake sudah terkapar di tengah-tengah bagasi mobil dengan pandangan mata kosong yang kini melihat ke langit di atas sana. Rasa pening tiba-tiba menyerang kepalanya tanpa ampun, dunia seolah-olah berputar dengan sangat cepat.

"Ini mah bukan ngebut, tetapi nyari cara mati dengan gaya, njer!" ujar Jay dalam hati.

Ketika kedua mobil itu sudah jauh dari terowongan tersebut, embusan angin perlahan mengenai tubuh mereka dan sedikit menerbangkan rambut masing-masing. Keheningan telah menyelimuti orang-orang yang berada di kedua bagasi mobil, hanya diisi oleh suara mesin mobil yang masih menyala dan tengah melaju.

Hingga sampailah mereka di sebuah kota yang sudah lama mati dengan bangunan-bangunan besar yang sudah hancur berkeping-keping. Kesunyian yang begitu mencekam itu turut menyambut mereka bersebelas. Mereka juga merasa tidak nyaman karena udaranya sedikit berat dan agak berdebu.

Sora sampai terbatuk sekali akibat dadanya yang sedikit sesak. "Hawanya gak enak! Gue gak suka," komentarnya.

"Harusnya gue bawa masker tadi dari dorm. Gue gak akan nyangka udaranya agak berdebu gini," ujar Jungwon yang sesekali menggosok hidungnya yang tiba-tiba gatal karena kemasukan debu.

Namun, yang lainnya tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Sekarang, yang menjadi masalah utama oleh seluruh manusia di kedua mobil itu adalah perut mereka yang sudah keroncongan dan minta diisi.

Oleh karena itu, Heeseung sebagai penunjuk jalan pun membawa teman-temannya ke sebuah minimarket terdekat yang masih berdiri kokoh di kota tersebut.

Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya sampai di depan minimarket. Lalu, Heeseung dan Jay pun memarkir mobil mereka dengan cukup apik di sana. Melihat itu, yang lainnya segera melompat turun dari bagasi sebelum kesembilan orang itu mendarat di atas tanah dengan mulus.

"Akhirnya, ada minimarket di sini. Gak sia-sia gue nahan laper sedari tadi siang sampe sekarang," ucap Sunoo senang dan hendak berlari ke minimarket.

Akan tetapi, kepalanya tak sengaja menoleh ke arah Hyejin yang sepertinya tidak terlalu tertarik dengan minimarket yang kini sudah ada di depan mata. Justru, ia berjalan ke belakang mobil tanpa memedulikan raut kebingungan dari muka teman-temannya.

[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora