Part Lima

797 21 0
                                    

"Memilikimu adalah sakit nan  memabukkan yang tak ingin ku sembuhkan"

##

Nadia menghempaskan tubuh telanjangnya di ranjang king size milik Nathan. Aroma gantle mint menguar kuat ke penjuru ruangan persis seperti aroma tubuh Nathan. Tidak munafik ia sudah luluh di buat Nathan. Ia tidak mengingat apapun selain terbangun di dalam kamar Nathan.

Selama beberapa hari terakhir Nadia sedikit demi sedikit mengingat pernah bekerja menjadi sekertaris Nathan dengan bantuan satu atau sekedar dua map berisi foto dirinya dulu sedang memimpin meeting dan Nathan berada di sebelahnya.

Perlakuan Nathan menjadikan Nadia ratu tentu salah satu faktor membuat nyaman bukan kepalang. Terlebih Nathan tipekal pria yang tidak memaksa dalam having sex. Kepuasan Nadia lebih utama meski ia meminta untuk orgasme ke tiga kalinya walaupun Nathan belum mengeluarkan sama sekalii.

Cup.

Kenyal basah mendarat di pipi gembili Nadia, tampak Nathan dengan kaos pollo berwarna putih, celana chinos pendek dengan balutan jam tangan silver melingkar pas di pergelangan.

"Sedalam apa lamunan mu baby ? " Nathan mempersilahkan lengan kanan untuk bantal Nadia.

"Kemari lah, aku tidak mau kepalamu bersandar meski pada bantal sekalipun" 

Nadia meneguk saliva membasahi tenggorokan, nada begitu sarkas mendalam.

"Haruskah aku menggigit bibirmu supaya bicara, hm ?"

"Tidak Nathan. Aku tidak memikirkan apapun"

"Begitu kah cantik ? Emmhhuach" Nathan mencium singkat bibir Nadia menerbangkan kupu kupu dalam perut.

"Setelah ini jangan lupa minum obat ya, ku lihat energi mu membaik"

Nathan berucap sambil meninggalkan Nadia yang masih ingin mendamba. Dbuman pintu pelan menyayat hati, entah mengapa ketika masih satu atap pun enggan berpisah. Begitu kuat rasa ini selalu menempel di kulit tubuh Nathan.

Tampak Nathan sedang menelpon seseorang di meja makan. Sajian sehat tidak lupa salad menjadi menu andalan Nadia.

"Dimana kita bisa bertemu Aaron ? Aku butuh berkas itu. Aku tidak mau bertanggung jawab jika Nadia kurus kering kalau bukan aku yang memberinya asupan" Nadia menatap garis wajah Nathan sembari masukkan satu suapan.

"..."

"Alasanmu sangat klasik, Aaron. Ku tunggu dokumen itu secepatnya!"

Nadia menutup mata terkejut dengan gertakan Nathan meski bukan untuk dirinya.

"Baby, I am so sorry" tangan Nadia terasa hangat ketika Nathan menggenggam ucapan maaf.

"It's okey Nathan. I am fine" Nadia tersenyum kecil.

"Ku tunggu di balkon setelah makan, jangan lupa ini vitamin mu" Nathan melenggang pergi me jauh dari pandangan Nadia.

###

Di sisi lain Aaron menggeram, Rain berusaha menenangkan laki lakinya itu. Ia juga tidak tau lagi harus berbuat apa. Membawa pulang Rio adalah malapetaka yang tidak mereka kira sejauh ini akibatnya.

Pada saat Aaron dan Rain kembali ke jakarta, mereka tidak membawa Rio tepat di hadapan Nathan. Bisa saja ia berbohong bahwa Rio adalah keponakan Rain, tapi bagaimana jika bertemu Nadia datang bersama Bryan untuk menjemput Rio ?

Nyatanya tidak.

Meski sudah menyembunyikan Rio dari Nathan, justru Nadia tiba tiba hilang saat baru tiba di bandar la untuk menjemput Rio.  Nadia yang izin ke toilet lepas pandangan dari Bryan tak kunjung kembali. Belum lagi Nathan tidak ada di mansion membuat kian runyam untuk membantu mengembalikan ingatan Nathan.

Nathan dan Nadia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang