07

848 129 6
                                    

Malam ini adalah jadwal Lisa harus bekerja di lapangan Alun-Alun. Seharusnya memang seperti itu, tapi saat Lisa sudah keluar gerbang rumahnya, tiba-tiba Pak Jeka menelponnya tadi.

Pak Jeka memberitahu jika Nikel jatuh sakit. Mendengar Nikel terus menangis memanggil namanya di dalam telepon, membuat Lisa mengalihkan arah untuk menuju rumah Pak Jeka.

Gadis itu tahu jika ia tidak melaksanakan pekerjaannya malam ini, mungkin ia akan mendapatkan masalah. Ah, tapi itu bisa Lisa pikirkan nanti.

Sesampainya di rumah Pak Jeka, Lisa bisa melihat presensi pria itu yang sudah menunggunya di depan pintu rumah. Ekspresi wajahnya sangat menunjukkan rasa bersalah karena sudah mengganggu Lisa malam-malam seperti ini.

"Jika kamu tidak bisa, bilang saja. Saya jadi merasa tidak enak mengganggu kegiatan kamu terus menerus."

Lisa menoleh menatap Pak Jeka. Ia terkekeh kecil, padahal tidak ada hal yang lucu.

"Saya tidak merasa terganggu kok, Pak."

Keduanya berjalan masuk ke dalam kamar Nikel. Bocah itu yang tadi terus menangis, seketika langsung berhenti menangis saat melihat Lisa.

Di dahi bocah itu sudah terdapat sebuah kompres yang tadi Pak Jeka berikan. Hanya saja, Nikel tidak mau makan dan meminum obat jika bukan Lisa yang menyuapinya.

Dari sofa yang berada di dalam kamar Nikel, Jeka memerhatikan Lisa yang dengan tulus merawat anaknya. Jeka tidak mengerti mengapa Lisa bisa sebaik itu. Padahal Nikel bukan siapa-siapa nya, tetapi perlakuan Lisa kepada Nikel sudah seperti orang terdekat.

Jeka juga tidak mengerti mengapa dari sekian banyaknya wanita, Nikel justru merasa nyaman saat bersama dengan Lisa saja. Jika seperti ini, Jeka merasa menyesal telah pindah ke kota ini. Karena bagaimana pun juga ia tidak mau membuat masalah baru.

Bayangkan saja jika Lisa sudah mengetahui siapa dirinya, dan kemudian gadis itu mulai menjauh, tak mau lagi bertemu dengannya. Tentu saja Nikel akan merasa kehilangan sosok Lalisa dan akan membuat masalah baru muncul.

Lagipula, Lisa tak selamanya akan berada di dekatnya. Jadi, terus mempertemukan Lisa dan Nikel secara terus menerus adalah sebuah kesalahan.

Setelah meminum obat, Lisa menemani Nikel sampai tertidur. Pukul delapan malam, ia baru selesai mengurus Nikel. Tapi Lisa tak langsung pulang, karena Pak Jeka mengajaknya ke suatu tempat.

Sebenarnya hanya tempat makan, namun tempat makannya sangat mewah. Lisa memerhatikan restoran tersebut dengan rasa kagum. Ini seperti restauran di dalam hotel. Ugh, Ketika ia menyadari orang-orang yang berada di restauran ini berpakaian mewah, Lisa menelisik pakaiannya sendiri.

Ia menoleh pada Pak Jeka, "sepertinya saya tidak pantas berada di restauran mewah ini."

Srek!

Lisa tersentak saat Pak Jeka menghentikan langkahnya tiba-tiba.

"Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"

Melihat kembali orang-orang yang berada di meja makan dan berlalu lalang, membuat Lisa semakin merasa minder.

Jeka meraih tangan Lisa, membuat gadis itu tersentak. Rasanya seperti baru saja tersetrum oleh aliran listrik. Sangat aneh rasanya.

97 High School || LK ft 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang