TWO BIRDS ON A WIRE

833 166 85
                                    

Chapter 2 - Two birds on a wire

Biasanya setelah ujian tengah semester, akan di adakan kegiatan yang di namakan pengambilan rapot bayangan. Peremuan tatap muka antara wali kelas dan orang tua siswa sebagai bentuk konsultasi perihal perkembangan siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlansung. Gunanya agar orantua dan guru bisa saling mengevaluasi dan memantau pekembangan siswa supaya tetap stabil.

Dua hari setelahnya di adakan pekan olahraga antarkelas yang di laksanakan selama satu minggu lamanya. Selain kegiatan lomba, ada banyak bazar yang di buka di area sekolah. Hal ini di adakan sebagai cara untuk mengurangi rasa cemas para murid. Tentunya pencarian murid-murid yang hilang masih terus di adakan dengan harapan akan mendapatkan kabar baik.

"Gabut nih, pergi yok!" Ajak salah satu orang di sana, Koganegawa Kanji, kelas X-Tata Boga 1. Ia yang semula duduk di atas meja taman melompat ke arah teman-temannya usai menggulir ponsel dengan amat serius.

Kunimi Akira yang merupakan teman sekelasnya hanya menyerngit saat Koganegawa merangkul pundak padanya. Ia sebal karena pundaknya menjadi terasa berat.

"Gausah ngadi-ngadi kalo kata gue." Kunimi langsung mendorong Koganegawa.

"Yauda si, lo juga ga di ajak!" Balas Koganegawa yang tak mau kalah.

Kunimi hanya merengut sebal, enggan berdebat dengan orang yang jarang menggunakan otaknya.

"Boleh, tapi kalo gak seru lo kita gebukin ya!" Sahut seorang siswa kelas X-Farmasi 2 yang tingginya kisaran seratus sembilan puluh senti. Ia menunduk pelan, berguyon kepada Koganegawa. Dia adalah Haiba Lev.

Merasa di tantangi, Koganegawa mengepalkan tinjunya tepat di hadapan Lev.

"Terus ngapain lompat-lompat? Cosplay jadi kodok?" Tsukishima yang kebetulan ada disana merasa sedikit penasaran dan memutuskan untuk bertanya. Eh, apa kalimat itu terdengar seperti sebuah pertanyaan. Rasanya agak mengejek, ya.

"Gue punya cara buat cabut. Ya... Daripada ga belajar yekan" Koganegawa segera memperlihatkan gambar yang ada di galeri ponselnya. Sebuah rumah tua yang luasnya bukan main.

Mereka mendekat dan melihat beberapa foto yang ada di layar ponsel Koganegawa. Rumah yang di perlihatkan itu sudah reyot, pekarangannya juga di tumbuhi banyak ilalang tinggi. Entah sudah berapa lama rumanya tak di huni oleh manusia.

"Tolol kan..." Sambar Kunimi yang langsung tak tertarik. Ia sudah tahu apa yang dimaksud oleh Koganegawa.

"Lupain deh... Mending Lo anteng-anteng di sekolah. Tau sendiri kan, kalo banyak orang yang mulai pada ngilang." Tsukishima berusaha memperingati teman-temannya. Ia tahu betul kalau banyak remaja seusianya yang memiliki rasa penasaran tinggi. Apalagi terhadap tempat-tempat asing yang jauh dari lalu-lalang pejalan kaki ataupun warga.

Tapi kondisi kali ini berbeda. Terlalu berisiko jika mereka pergi kesana.

"Kegiatannya aja bosenin gini." Timpal Kindaichi Yutaro, teman sekelas Lev. Ia melemparkan tatapan sinis kepada Tsukishima yang berdiri tepat di seberangnya.    "... Coba aja kuy! Sekalian bikin video gitu."  Ajak Kindaichi kemudian.

Sepasang tangan yang Tsukishima sembunyikan dibelakang tubuhnya itu langsung mengepal kuat. Ia tidak tahu cara apa yang bisa digunakan untuk menghentikan teman-temannya.

"Kan... Kan... Ayolah..." Koganegawa memelas dihadapan teman-temannya.

Mereka semua saling pandang, sebelum akhirnya Lev, Kageyama, Goshiki, dan juga Kunimi menganggukinya.

Mereka tahu, kalau Koganegawa tak punya keberanian lebih untuk pergi ketempat itu sendiri.

Kala itu, mereka setuju karena di sekolah memang tidak memiliki kegiatan yang berhubungan dengan nilai raport.

BACKROOM - Haikyuu [ SLOW UPDATE ]Where stories live. Discover now