21. Reality Comes By By Kicking The Door Hard

5.6K 204 0
                                    

Januari

Kamar ku masih seperti saat aku meninggalkannya, tidak ada satu barangpun yang pindah. Aku masih di perbolehkan memakai kamar ini karena ibu ku masih tetap membayarnya, walaupun tidak full, tapi aku masih tetap di perbolehkan

Yang baru dari kamar ku sejak aku meninggalkannya hampir 8 bulan lalu adalah bagian sisi kamar ku yang sekarang sudah terisi dengan barang-barang wanita. Aku mempunyai teman sekamar yang memiliki jenis kelamin sama seperti ku. Aku harap yang ini berakhir baik tidak seperti yang sebelumnya..

"Kau sudah sampai!" Suara seseorang memekik terdengar dari belakang punggung ku "kau lebih cantik dari yang mereka deskripsikan pada ku"

"Uh, Thanks" balas ku ragu

"Aku Emily, kependekan dari Emilia, Emilia Gwenith" ia menjulurkan tangannya. Di depan ku berdiri seorang gadis manis dengan rambut coklat yang panjang dan berobak, dengan mata abu-abu, dan badan yang cukup mungil tapi tinggi

"Abigail, Young" balas ku tersenyum mengulurkan tangan

"Aku tahu" balasnya tersenyum "ku harap kau tidak keberatan dengan barang-barang ku?"

"Tidak, aku tidak keberatan" aku menggeleng

"Aku dengar teman sekamar mu dulu adalah laki-laki?" Tanya Emily lalu duduk di kasurnya

"Apa kau sudah mengganti matrasnya?" Ceplos ku cepat

"Tentu saja, aku tidak ingin tidur di atas kemungkinan kau tahu apa" itu melegakan "bagaimana rasanya tinggal bersama laki-laki?"

"Aku tidak akan tahu, dia jarang sekali ada di sini" balas ku tersenyum lalu berjalan ke kasur ku. Mungkin aku harus mengganti matras ku juga..

"Apa kau dekat dengannya?"

"Kita memiliki 1 kelas yang sama" balas ku mengangkat bahu

"Aku sungguh tidak tahu apa yang harus ku lakukan kalau aku sampai di tempatkan di kamar yang sama dengan lawan jenis" Emily tertawa kaku "ibu ku pasti akan mengamuk" lanjutnya

"Ibu ku tidak tahu aku sekamar dengan laki-laki" balas ku menatap bantal ku "dan aku harap ia tidak akan pernah tahu, karena itu akan menjadi bencana" aku tertawa santai "jadi kau tahun pertama?"

"Yep" Emily mengangguk "kau tahun kedua benar?" Aku mengangguk "apa kau keberatan mengantar ku keliling?"

"Bukan kah kau sudah berada di sini 1 semester?"

"Memang, tapi aku tidak mengenal siapapun untuk mengantar ku keliling" balasnya menggaruk lehernya

"Tentu. Aku akan mengantar mu" aku mengangguk "apa sekarang kau bisa?"

"Lebih cepat lebih baik!" Dengan itu, Emily langsung berdiri dari kasurnya menuju pintu

Kita berjalan-jalan di sekitar kampus, menunjukkan seluk-beluk kampus tapi masih tetap menyembunyikan tempat rahasia ku, aku masih ingin tetap menyebutnya tempat rahasia ku. di akhir tur kampus amatir dari ku, aku mengajak Emily ke diner dekat kampus. Saat sudah waktunya untuk membayar, Emily memaksa untuk membayar, mengatakan kalau ini sebagai penghargaan kebaikan hati ku menunjukkan seluk-beluk kampus, yang ia katakan selanjutnya mengejutkan ku, dia mengatakan kalau teman sekamar harus saling mentraktir. Maksud ku memang itu adalah kata-kata yang umum dan basa-basi, tapi berapa kemungkinannya seseorang mengatakan kata-kata yang sama persis dengan nada yang sama? Apa aku gila karena berpikir seperti itu?

"Seperti apa dia?" Emily menatap ku penuh harap

"Siapa?" Aku menoleh padanya

"Mantan teman sekamar mu.." Ia terlihat ragu "apa dia baik? Aku tidak begitu.. sosial dengan lawan jenis"

The Secret Life of The Perfect Daughter (The Secret Life Series #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang