Part 17 [Game 3]

2K 166 82
                                    

Author's POV
Gadis itu membidikan kameranya ke sebuah gedung besar yang tepat bersebelahan dengan perumahan kumuh.
Dia nampak tersenyum melihat hasil fotonya yang memuaskan.

Apakah dia melihatnya?
Apakah dia merasa terganggu?
Apakah dia senang dengan foto itu?

Selalu pertanyaan yang sama terbesit di hatinya setiap dia membidik suatu objek.
Entahlah, darimana keberaniannya untuk memberikan selembar foto kepada lelaki yang dikaguminya.

Menurutnya tak ada lagi yang bisa dia berikan selain foto itu, berbicara dengan orang yang di kaguminya dari selembar foto.
Menyampaikan isi hatinya dari puisi yang mengalun.
Mengkombinasikan hobinya dengan bidang yang dikajinya.

Perpaduan dua keindahan, dari apiknya gambar dua dimensi dengan keindahan syair yang mengalun.
Dia berjalan dengan riang memperhatikan kembali foto yang telah di bidiknya.
Bergegas pulang kerumahnya untuk mencuci foto itu dan menuliskan puisi untuk pujangganya.

Sungguh, hanya ini yang bisa kulakukan.
Kulakukan untukmu yang telah menyelamatkan hidupku.
Untukmu pujanggaku.

☆☆☆☆☆

Sisilia's POV
Aku kembali melafal nama itu.
R.E.F.B.O.Y
nama yang selalu kudengar dalam seminggu ini.
Oh ayolah, nama itu semakin membuatku rindu dengan suamiku yang sudah seminggu tak pernah pulang.

Sebelum kelas di mulai aku sudah mendengar nama itu dari Siti yang bercerita betapa gantengnya petugas perpustakaan yang bernama Refboy.

Saat kelas di mulai aku mendengarkan penjelasan dari seorang dosen yang bernama Refboy.

Kelas di bubarkan aku bertemu dengan teman sekelas bernama Refboy.

Kenapa nama itu sangat pasaran?
Padahal jujur saja, aku sangat jarang bertemu orang dengan nama Refboy.
Mungkin kalau orang, yang bernama Boy sudah sangat banyak.
Jujur, namaku juga pasaran tapi aku tidak pernah menemukan 3 orang yang kukenal memiliki nama yang sama dengan wajah yang hampir sama pula.

Aku melangkah keluar kelas saat pelajaran pak Boyle baru saja berakhir.
Siti berdalih ingin pergi meminjam buku,
Itu pasti hanya tipu muslihatnya, agar bisa bertemu dengan petugas perpustakaan.
Akhirnya dia meninggalkanku sendirian.

Terasa getaran dari saku celanaku, sepertinya itu pesan dari suamiku.
Seulas senyum tersungging di bibirku.
Dengan cepat aku membukanya.

Hi gadis manis, kau bahagia?

Aku menatap bingung pesan itu,
Sebuah sms dari nomor yang tak di kenal.
Nomor siapa?
Tak berapa lama, satu sms kembali masuk.

Jangan bingung seperti itu, kau jadi terlihat semakin cantik kalau sedang kebingungan.

Sungguh, saat ini bulu kudukku berdiri dan aku mengedarkan pandanganku melihat kesegala penjuru yang ada di sekitarku.
Handphone-ku kembali bergetar dan terlihat ada satu pesan baru yang masuk.
Dengan tangan yang bergetar aku kembali membuka sms itu.

Kau memang cantik sampai dia menjadi buta akan yang lain.
Padahal kau akan lebih cantik jika terbujur kaku di ranjang rumah sakit layaknya slepping beauty yang sedang menunggu pangeran.
Beruntung sekali kau masih bisa bernafas, sepertinya dia bekerja dengan sangat baik dalam menjagamu.
Atau kau ingin berhenti bernafas seperti 9 tahun yang lalu?

Tanpa sadar handphone yang berada di tanganku terlepas, tanganku bergetar hebat dan keringat dingin menetes dari dahiku.
Sms siapa itu?
Apa maksudnya?
Terlihat seseorang yang menunduk dan memungut ponsel-ku.

Searching My Husband (18+)Where stories live. Discover now