[4] Kekacauan

237 33 2
                                    

Minho memasuki cafe dan terkejut karena keadaan cafe tersebut cukup kacau. Teriakan-teriakan seorang laki-laki menggema di seluruh cafe dan tidak sedikit beberapa orang yang takut serta memilih tidak ikut campur.

Minho menangkap seorang laki-laki yang sedang menegur dua orang dengan apron hitam. Minho mengenal salah satunya, seperti seorang yang waktu itu menenangkan anak kecil beberapa hari lalu.

"Bajuku ini mahal tau, berani sekali kalian mengotorinya. Tidak tau tata krama sekali sih"

"Maaf tuan, saya selalu pemilik cafe ini meminta maaf karena karyawan saya mengotori baju anda. Kami akan mengganti rugi serta mengganti minuman anda"

"Tidak perlu. Kalian membuatku muak, padahal aku ingin bersantai di pagi hari tetapi kalian malah merusaknya"

Yang ditegur hanya bisa menunduk sambil terus mengucapkan kata maaf. Bahkan berniat membersihkan baju pelanggan tersebut dengan sebuah tisu tetapi di tepis dengan keras.

"Jauhkan tanganmu dari baju mahalku breng-"

"Tolong jangan terlalu kasar dan berisik. Kau itu mengganggu yang lain"

Suara minho yang sejak tadi mengunci rapat membuat ketiga orang tersebut menoleh. Si laki-laki yang marah itu menatap tidak suka ke arah minho karena menyela acara marah-marahnya saat ini.

"Kau tidak usah ikut campur"

Minho seperti meremehkan membuat pelanggan tersebut semakin kesal. "Pemilik cafe ini sudah mau mengganti rugi. Ambil minumanmu dan pergilah dari sini, tidak perlu teriak-teriak karena kau malah kelihatan seperti orang bodoh"

"Kau!"

Pelanggan tersebut bersemu merah karena malu, menoleh ke sekeliling dan sadar bahwa mereka jadi tontonan orang banyak. Dengan kesal ia berbalik pergi tanpa membawa minumannya yang di ganti tadi membuat suasana cafe kembali seperti semula.

Dua orang di hadapan minho menghela nafas lega saat mengetahui orang tersebut sudah pergi menjauh. Mereka takut pelanggan lain malah tertekan karena suara teriakan tadi apalagi tidak sedikit anak kecil yang sekarang meringkuk ketakutan dengan orang tua mereka.

"Terimakasih telah menolong kamu mengusir orang tersebut"

Minho mengangguk lalu tersenyum tipis. "Tentu sama-sama"

"Silakan apabila ingin memesan"

Mereka mempersilakan minho untuk berjalan kearah kasir. Tetapi mata minho terus saja menatap ke arah si pemilik cafe yang baru saja berterimakasih kepadanya. Minho merasa sepertinya pemilik cafe ini begitu menarik karena postur tubuhnya lebih kecil dan pendek serta di hiasi pipi gembul.

Minho akhirnya kembali melanjutkan niatnya untuk menikmati kopi serta sepotong cheesecake di pagi hari tetapi ada kegiatan baru yang lebih menarik minatnya.

Memperhatikan si pemilik cafe yang saat ini tengah berada di balik kasir dengan wajah datarnya.

---

Terlalu lama di cafe membuat minho hampir lupa bahwa dirinya harus kembali ke kantor. Tetapi hari semakin menjelang siang dan pertemuan dengan salah satu teman chan membuat minho harus mengurungkan niatnya untuk segera kembali ke kantor, lagipula minho yakin changbin bisa mengurus kerjaannya selama minho pergi sebentar.

Minho melajukan mobilnya membelah kemacetan kota di siang hari menuju salah satu restoran terdekat. Minho baru saja dikirimi pesan oleh chan bahwa orang tersebut menunggunya disana.

Ternyata itu adalah restoran yang cukup minho kenal karena sering diadakan meeting sekaligus makan siang dengan kolega kerjanya. Minho memasuki resto tersebut yang langsung disambut dengan baik serta ramah.

Minho menemukan seorang laki-laki sedang duduk di salah satu meja yang sudah di pesan. Dengan terburu-buru minho menghampiri dan duduk di hadapannya.

"Maaf aku terlambat"

Laki-laki tersebut tersenyum tipis. "Tidak masalah, lagipula saat jam makan siang seperti ini memang selalu macet dimana-mana"

Minho mengangguk dan menawarkan untuk memesan makanan sebagai teman siang mereka. Tentunya makanan disini minho pilih secara acak karena nafsu makannya belum membaik. Makan siang ini hanya formalitas sebagai perkenalan awal saja kan.

Laki-laki itu berdehem kecil membuat minho menoleh. "Kau temannya kak chan ya?"

Minho mengangguk. "Iya, teman kerjaan saja sih sekaligus teman mengobrol saat sedang luang. Kalau kau?"

"Aku adik tingkatnya saat di universitas dulu"

"Berarti mengambil bidang management juga? Sekarang bekerja di perusahaan mana?"

"Ah tidak, aku tidak melanjutkan bekerja di perusahaan dan membangun galeri seni untuk saat ini"

Minho mengangguk paham. Tidak sedikit orang-orang yang menyimpang dari jurusan awal mereka, andaikan dirinya bisa seperti itu juga.

"Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Lee Minho"

"Aku Hwang Hyunjin"

"Senang berkenalan denganmu hyunjin"

Hyunjin tersenyum dan mereka melanjutkan makan siang mereka dengan sesekali mengobrol tentang hal kecil dan tidak penting. Setidaknya ini adalah awal yang bagus untuk berkenalan dengan orang baru menurut minho, dirinya sudah lama sekali tidak pernah merasakan berada di situasi ini lagi.

"Kau boleh datang ke galeriku saat sedang senggang"

"Tentu, aku akan coba mampir nanti"

[2] SILENCE • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang