[25] Sebuah saran

219 26 7
                                    

Setiap diatas jam 11 malam pasti kebanyakan orang memilih untuk terlelap di atas tempat tidur masing-masing atau menikmati waktu tengah malam dengan kegiatan yang menyenangkan di kamar tersayang. Tetapi untuk kali ini laki-laki yang memakai celana hitam serta perpaduan kaos hitam dengan jas maroon tersebut memilih masuk ke dalam hidup pikuknya dunia malam.

Minho melangkah menuju meja bartender dengan menyusup di sela-sela manusia yang sibuk mendendangkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang menggemakan ruangan tersebut. Minho duduk dan meminta minuman yang apa saja dengan kadar alkohol tidak terlalu tinggi, minho tidak berniat untuk mabuk malam ini.

"Sorry, dateng kelamaan soalnya tadi ada urusan"

Chan yang baru datang langsung duduk di sebelah minho dan ikut memesan ke arah bartender yang siap melayani. Kedua orang tersebut memang memilih untuk bertemu di salah satu club malam yang biasa mereka singgahi sekaligus untuk menenangkan diri dari sibuknya rutinitas kerjaan.

"Kenapa nih tiba-tiba minta ketemu?"

Minho melirik ke arah chan yang membuka jaketnya dan membiarkan tubuh tegap yang dibalut kemeja hitam tersebut menjadi sorotan beberapa wanita di sekitar mereka.

"Cuma lagi butuh saran"

"Tentang orang yang kemaren diajak nikah?"

Minho mengangguk. "Kayanya kemaren apa yang aku rencanain kacau balau dan kita jadi makin berjarak"

"Coba ceritain detailnya"

Minho menceritakan segala hal yang terjadi, di mulai dari mereka melakukan janji temu, Minho yang mengubah tempat, serta kedatangan ayahnya yang membuat segalanya semakin rumit.

Chan yang sedari tadi mendengar pun tidak mengeluarkan suara apapun selain menghela nafas lelah. "Kalo gini sih udah makin rumit dan susah"

"Makanya itu seharian ini aku nahan diri buat ga ketemu dia karena dia bilang sendiri untuk jangan temuin dia lagi"

"Udah coba hubungin lewat telfon?"

Minho menggeleng. "Belum dicoba, takut dia keganggu dan makin marah"

"Sebenernya kalo perihal gini lebih baik ngomong langsung sih. Coba temuin aja dam obrolin enaknya gimana, kalo emang dia tetep ga bersedia untuk terima lamaran itu. Mau gamau harus mundur. Perihal yang lain bisa di atur, terpenting jangan bikin orang lain ga nyaman dan kamu jadi objek yang dia benci seumur hidup"

Perkataan chan ada benarnya membuat minho semakin larut dalam fikirannya. Memikirkan segala cara untuk memperbaiki hubungan mereka yang memang semakin berjarak dari sebelumnya, minho hanya ingin jisung kembali hadir di sekitarnya lagi.

Minho meneguk minumannya lalu memilih melemparkan pandangan ke arah lantai dansa club yang penuh diisi dengan banyak orang.

"Kalau nanti akhirnya dia beneran pergi, aku gaboleh maksa buat tetap tinggal kan?"

Chan mengangguk. "Sesuatu hal yang dipaksain itu ga pernah berakhir baik. Menikah bukan hubungan yang dijalanin selama sebentar tapi seumur hidup, jadi fikirin baik-baik minho"

Perkataan chan benar, membuat minho menghela nafas. Kepalanya pening memikirkan masalah ini sejak malam itu, dirinya rindu melihat wajah jisung tetapi takut masih menyelubungi hatinya karena permintaam yang diberikan jisung.

Tiba-tiba ponsel minho memecahkan atensi mereka membuat minho meraih benda persegi tersebut dan menatap notif panggilan masuk dari orang yang ia hindarin sejak masalah dengan jisung serta ayahnya.

"Bentar ya"

Minho memilih berjalan ke arah lorong club yang lumayan tidak terlalu berisik daripada ruang utama walau ada beberapa pasangan yang sibuk bercumbu tetapi minho sama sekali tidak tertarik. Ia mengangkat panggilan yang berasa dari seungmin dengan malas.

"Kau di club ya minho?"

Tepat sasaran sekali pertanyaan tersebut, memang seungmin memiliki bakat cenayang.

"Iya. Aku sedang ada urusan dengan chan, ada apa?"

"Jelaskan padaku perihal kabar dari ayahmu tentang kamu yang membawa pacar ke rumah? Kau tidak pernah menceritakan apapun kepadaku tentang dia"

Minho menghela nafas lelah, masalah baru kembali muncul. "Aku jelaskan nanti saat pulang. Disini keadaannya kacau"

"Awas kalau kau pulang dengan keadaan mabuk, akan langsung aku balikan semua harta disini atas namaku"

"Ya ya ya"

Ancaman seungmin menghilang dari indra pendengaran minho karena sambungan telfon tersebut di tutup, minho memilih kembali ke chan yang masih duduk santai sambil menghisap sebatang rokok. Ia mengeluarkan uang untuk diberikan ke bartender lalu menatap kearah chan.

"Aku harus pulang, ada urusan dengan seungmin"

"Semoga berhasil dan kau baik-baik saja dari hajaran seungmin"

Minho hanya bisa pasrah dengan hal-hal yang akan terjadi nanti di apartementnya.

Minho melangkahkan kakinya memasuki apartementnya. Mendapati seungmin yang sedang memainkan ponsel di sofa ruang tengah, dirinya berjalan sambil melepas jam tangan juga jaket lalu merebahkan tubuh di atas sofa yang berhadapan dengan seungmin.

"Beruntung kau pulang tidak mabuk"

"Toleransi alkoholku tinggi kalau kau lupa"

"Baiklah tuan, sekarang bisa tolong jelaskan maksud ayahmu tentang pacar yang kau bawa ke rumah kemarin?"

Minho menatap seungmin yang memberikan pandangan menyelidik sebelum akhirnya ia membetulkan posisinya agar lebih nyaman.

"Sebelum kau datang sebenernya aku sudah memiliki orang yang bisa aku ajak untuk menikah tetapi butuh waktu meyakinkannya sedangkan ayah sangat terburu-buru sampai memanggilmu kesini"

"Lalu?"

"Aku ingin mengatakan tentang dia kepadamu sejak awal tetapi aku masih ragu karena takut dirinya akan tetap menolak lamaranku"

Seungmin menjatuhkan ponsel di sofa sebelahnya dan masih memandang Minho untuk mendengar penjelasan yang lebih rinci. "Kau mencintainya?"

Minho terdiam selama beberapa menit. "Ya, aku mencintainya"

"Dia mencintaimu juga kan? Kalau begitu apa susahnya?"

"Untuk itu aku tidak tau"

"Maksudnya?"

"Aku tidak tau kalau dia sudah mencintaiku atau belum karena dirinya masih tertutup denganku"

Seungmin menghela nafas lelah. "Minho, kalau memang dia terlihat tidak tertarik denganmu dan tidak mencintaimu juga. Maka buat apa buang-buang waktu? Cari yang juga bisa memperlakukan kamu seperti kamu memperlakukan dia"

Minho membisu di tempatnya.

"Aku tidak tau siapa dia tetapi mendengar dari ceritamu pastinya dia masih ragu tentang dirimu, kalau dalam waktu dekat masih belum ada kejelasan darinya maka tinggalkan saja. Perihal ayahmu akan aku yang urus nanti, kau selesaikan masalah dengan orang yang kau cintai ini"

"Seungmin"

"Atur jadwal dia untuk bertemu denganku dalam waktu dekat. Aku ingin mengetahui siapa orangnya"

Minho memilih terdiam dan membiarkan seungmin yang telah beranjak dari posisinya untuk pulang ke apartemennya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] SILENCE • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang