Malang Melintang

15 3 0
                                    

Sukir dan Okta berada di dalam mobil, duduk di masing-masing tepi. Kursi tengah memberikan jarak yang cukup nyata. Mereka terdiam, sibuk dengan ponsel masing-masing. Makan malam yang biasa, tapi kejadian saat makan malam itu yang membuat mereka canggung.
Tangan mereka beradu saat bersamaan megambil daging ikan bakar gurame yang mereka pesan untuk makan bersama. Mereka sengaja memesan satu ekor saja. Tangan mereka yang tak sengaja beradu, membuat mereka sama-sama salah tingkah, hingga menyebabkan jari-jari mereka malah seperti saling mengunci.
Bodohnya Sukir, ia tak menarik tangannya sesegera mungkin, tetapi malah menatap Okta. Begitu pula Okta, menatap balik Sukir dengan rasa canggung juga. Tak ada yang bereaksi dari mereka selama beberapa detik. Sepersekian detik kemudian akhirnya Sukir menyadari itu dan melepaskan kunciannya, mempersilakan Okta untuk mengambil potongan daging ikan lebih dulu. Di detik itu pula suasana semakin canggung.
Usai kejadian tak sengaja itu, setelah yang pertama pada saat take off, kini mereka seperti sungkan satu sama lain.

Taksi online mengantarkan mereka menuju hotel. Jalanan ramai sehingga kecepatan mobil cukup terbatas. Sepertinya tidak akan cepat-cepat sampai di hotel. Sukir melirik sekilas pada Okta. Rambut sisi kanan menutupi sebagian wajahnya, Sukir hanya samar melihat wajah Okta. Yang terlihat jelas hanya hidung dan bola matanya dari celah helaian rambut yang terurai. Ia masih menatap ponselnya. Tangan kirinya kuat menggenggam dan memainkan ponselnya. Menyimak feed instagram dari orang-orang yang ia follow. Sementara tangan kanannya menumpu pada kursi.

Mobil memutar lagu Dewa 19 berjudul Mahameru. Suasana sebenarnya tidak mendukung, namun cukup untuk mengisi kekosongan dan suasana kaku.

Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan berat beban
Bertahan di dalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo

Menatap jalan setapak
Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat cokelat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Di dalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

...

(Dewa 19 - Mahameru : Album Format Masa Depan)

Audio dalam mobil yang tak begitu keras mengeluarkan suara. Nada yang terdengar malah terasa mendayu dan buat suasana jadi lebih tenang. Sukir coba menetralisir suasana hati juga. Kacau seusai makan malam mereka.

Sukir masih mencuri-curi ke arah Okta. Ia kini sudah tidak memainkan ponselnya. Kini ia memandang jauh ke luar jendela. Wajahnya sama sekali tak terlihat. Hanya rambut panjangannya yang bisa Sukir tangkap dari pandangan mata.

Sukir merasa, sepertinya harus ada keberanian untuk memulai segalanya. Usia sudah setua ini masa kelakukan masih seperti anak baru gede yang sok pemalu. Kesempatan ketika Okta memalingkan wajah ke luar jendela, tangan kiri Sukir meraih tangan kanann Okta yang bertumpu di kursi. Pelan, namun Sukir genggam agak erat tangan Okta. Semesta sepertinya mendukung suasana di dalam mobil saat lagu Dewa 19 berikutnya mengalun.

There was a piano
We used to play and spend the time
'Til we found it was love
Hiding inside us can not separate us

There's a flame of love
Searching in the dark it's there to guide us
But through the days beyond the haze
I can see you reaching out to hold me

Dari gerak tubuh Okta, Sukir menangkap jelas kalau ia terkejut dengan operasi tangkap tangan Sukir. Tapi, Okta sama sekali tak memalingkan wajahnya, masih dengan posisi sebelumnya, tapi terasa getar di tangannya. Sukir coba usap punggung tangannya dengan ibu jari, mungkin itu bisa membuatnya lebih tenang. Ternyata berhasil. Gugupnya hilang, tangannya kini lebih rileks dan wajahnya tak lagi ke luar jendela, tapi ke depan.

Sukir Bankir Getir! (Tamat)Where stories live. Discover now