Lahirnya Sang Buah Hati

15.3K 558 1
                                    

Saking antusias dengan kelahiran bayinya, dari hari-hari sebelumnya Naya sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa ke rumah sakit.

Setidaknya ada persiapan untuk menyambut kelahirannya yang dijadwalkan sekitar lima hari lagi. Terlalu bersemangat menyambut sang buah hati.

Dibantu oleh Ibunya, Naya membereskan perlengkapannya sambil menunggu kedatangan Reno.

Selang beberapa jam menunggu, akhirnya Reno datang dengan membawa beberapa kado pemberian teman-teman kosnya. Namun, tidak semua dia bawa, hanya benda yang diperlukan pada hari pertama anaknya lahir saja. Sisanya dia tinggal di kamar kos.

Begitu sampai, Reno disambut dengan masakan buatan Elena. Mereka makan siang bersama-sama, kecuali Aryo karena sedang bekerja.

"Kok gak dimakan, Nay?" tanya Elena, melihat putrinya yang hanya mengaduk-aduk makanannya. Mungkin faktor dari hormon kehamilannya.

Tanpa menjawab Naya menaruh sendok, lalu masuk ke dalam kamarnya. Reno dan Elena saling bertatapan, mereka sama-sama tidak mengerti maksud Naya.

Entah kenapa sejak kedatangan Reno, Naya tidak begitu menyambut calon suaminya itu. Dia hanya memberikan pelukan, setelah itu tidak ada reaksi apapun.

"Coba aku yang bujuk dia ya, Mah." Elena pun mengangguk.

Reno menyusul naya ke kamar, dia liat Naya sedang berdiri menatap ke luar jendela sambil mengelus-elus perutnya.

Dipeluknya tubuh Naya dari belakang. "Kamu kenapa?" bisik Reno.

Naya melepaskan pelukan Reno dari perutnya. Masih dengan wajah datarnya, Naya terus menghindari Reno.

Saat ingin keluar, dengan cepat Reno menahan tangan Naya dan segera menutup pintu kamar itu.

"Kamu kenapa sih, Nay? Aku baru aja dateng." Reno menatap dalam mata perempuan di hadapannya.

"Gak ada apa-apa."
"Nay, serius." lirih Reno.

"Katanya kamu mau bawa orang tua kamu. Habis lahiran 'kan kita mau nikah, orang tua kamu mana?" Reno memalingkan wajahnya dari tatapan Naya.

"Aku...aku gak pernah janji, Nay." Reno hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Kamu gak serius sama aku?" Naya hanya takut Reno akan menipunya. Pada dasarnya dia memang belum sepenuhnya tahu kehidupan Reno.

"Aku bukannya gak mau bawa orang tua aku. Tapi...pasti mereka gak akan mau." Naya tidak tahu bagaimana hubungan Reno dengan keluarganya.

"Emang kamu udah ketemu orang tua kamu?"
"Ya, aku tau respon mereka nanti gimana." Pertanyaan-pertanyaan Naya semakin membuat Reno tertekan.

"Kamu aja belum ketemu, tapi udah bikin spekulasi begitu."
"Kamu gak ngerti, Nay."

"Oke, kamu emang gak serius nikahin aku." Naya membalikkan badannya, kemudian menangis.

"Nay..." Panggil Reno, "Ibu..." tangisan Naya semakin terdengar.

Naya memberontak ketika dipeluk Reno dari belakang.

"Sayang...liat aku, dengerin aku dulu." Mereka saling bertatapan.

Tiba-tiba ekspresi wajah Naya berubah mengkerut kesakitan. Dia memeluk perutnya, sakit. Memang sejak pagi, perutnya sudah mulai terasa mulas.

Namun, dia tidak memberitahu Ibunya karena takut hanya kontraksi palsu seperti sebelum-sebelumnya.

"Nay...Naya..." panik Reno.
"Perut aku sakit banget." Naya terus menahan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Air di Atas AwanWhere stories live. Discover now