Dimana

379 29 2
                                    

Still author's POV


Sudah 3  hari ini Laura tidak mendapati Ell pergi sekolah, dia sangat khawatir tapi tak tahu harus bertanya pada siapa.

Setelah berpikir sedikit lama dia pun segera pergi ke ruang kelas Ell, dia ingin tahu kenapa gadis itu tidak pergi sekolah.

Dia menghampiri Gerry yang kebetulan sedang duduk sendirian di kelas.

"Permisi dek.. Adek temannya Ell kan? " Dia bertanya.

"Ehh iya kak, ada apa ya?" Jawab Gerry.

"Aku mau nanya Ell kemana ya kok beberapa hari ini aku ngga ada lihat dia pergi sekolah?" Dia bertanya dengan nada cemas.

"Ehh aku juga belum tahu kak, semua temannya ngga ada yang tahu. Kemarin aku ke rumahnya pun kosong. Orang tuanya jarang ada di rumah kak. Seringnya di luar kota" Jawabnya sedikit kaget karena ternyata Laura mengenal Ell.

"Boleh aku minta alamat rumahnya?" Tanya Laura memohon.

"Jalan merdeka nomor 04 kak." Jawabnya

"Okay, thanks ya dek" Laura segera berlalu pergi setelah mendapatkan informasi rumah Ell.

Selama jam pelajaran berlangsung dia  tak tenang memikirkan kemana dan dimana Ell.

Dia berniat akan mendatangi rumah Ell pulang sekolah nanti.
Hatinya benar benar tak tenang.

13.30 WIB..

Laura sudah berada di depan kediaman Ell. Rumahnya kecil namun tertata rapi. Minimalis dengan desain rumah modern.

"Assalamualaikum" Ucapnya di depan gerbang rumah.

"Walaikumsalam non.. Cari siapa ya?" Muncul seorang bapak2 tua dari dalam rumah.

"Saya temannya Ell pak, saya mau tanya Ell kemana ya pak kok beberapa hari ini nggak masuk sekolah?" Ucapnya menjelaskan maksudnya datang kemari.

"Oh temannya non Ell, mari masuk non. Kebetulan non Ell nya baru pulang dari rumah sakit". Ucapnya membuka pintu gerbang.

" Hah? Ell sakit apa pak? " Laura sedikit khawatir tentang kondisi gadis yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya.

"Nanti non tanya langsung sama non Ell aja ya, soalnya non Ell bilang ke bapak untuk ngga bilang ke siapa2 katanya nanti takut teman - temannya khawatir ". Ucap si bapak mempersilahkan Laura untuk masuk dan langsung menuju ke kamar Ell.

Dia sedikit deg degan ketika tahu akan bertemu dengan gadis itu.
Ketika dia membuka pintu kamar, pemandangan yang di lihatnya justru membuatnya ingin menangis.

Dia melihat Ell sedang tidur dengan plester menempel pada dagu kiri nya, dan juga sebelah tangannya yang di gips. Serta lututnya yang terdapat luka robek di beberapa bagian menyisakan warna merah menganga.

Seketika air matanya menetes, dia tak tahu jika ternyata Ell tidak baik baik saja. Dan kenapa dia harus merahasiakan keadaannya pada teman2nya.

Dia terus berjalan mendekat, duduk di samping Ell yang sedang tertidur pulas. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiran Laura.

Laura mengelus pucuk kepalanya dengan sayang. Dia tahu, bahwa gadis ini telah ada di dalam hatinya.

Dia tertunduk, menjatuhkan air matanya. Tak kuasa melihat orang yang di cintainya terluka.

Dia beringsut turun dari ranjang. Duduk di lantai bawah dengan mensejajarkan kepalanya dengan tubuh Ell yang terbaring. Dia terus menatap gadis itu dalam. Sebelah tangannya menggenggam tangan Ell yang terkulai lemas.

Sementara Ell yang sedikit terusik tidurnya mulai membuka mata. Dia sedikit kaget melihat Laura ada di dalam kamarnya.

Dia ingin bertanya namun tiba-tiba Laura sudah bangun dan memeluknya. Gadis itu menangis. Sejujurnya Ell tak suka membuat orang lain menangis karena nya.

Dia balas memeluk Laura dengan sebelah tangannya. Mencari ketenangan di dalamnya. Namun rasanya berbeda. Tidak sama seperti ketika Wahyu memeluknya.

Dia tidak ingat apa yang terjadi. Ketika terbangun dia sudah berada di kamar Rumah Sakit dengan Orang tua nya yang menunggui nya.

Dan setelah dirinya tersadar, orang tuanya kembali pergi keluar kota karena ada hal yang mendesak. Dia hanya mampu diam.

Dan disinilah dia berakhir , sendiri  di rumahnya hanya di temani Pak Sabar orang kepercayaan orang tuanya.

Dan tiba tiba Laura sudah berada di kamarnya, sedang menangisi keadaannya sekarang.

"Sttt.. Udah ya kak, jangan nangis lagi." Ell berusaha menenangkan.

"Kamu, aku nyariin kamu beberapa hari ini huhuhu" Laura masih saja menangis.

"Shhh.. Udah ih, aku gapapa kok kak. Lagian ini cuma luka biasa aja" Ucapnya berusaha menghiburnya. Meskipun sejujurnya lutut dan kepalanya yang terbentur masih sangat perih. Terlebih tangan kirinya juga di gips membuatnya semakin nelangsa.

"Gapapa apanya? Ka-kamu tuh sa-sakit Ell". Laura masih  sesenggukan.

Ell sendiri juga tidak bisa mengingat kenapa ia bisa berakhir di Rumah Sakit, yang dia ingat hanya ketika dia akan berhenti di lampu merah tiba - tiba rem motornya tidak berfungsi.
Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.

Kembali dari lamunannya Laura sudah berhenti menangis. Dia kemudian duduk di samping Ell, tidak berkata apapun.

Begitu juga Ell yang tidak tahu harus berkata apa, dia tidak begitu mengenal gadis di hadapannya ini. Dia hanya ingat gadis ini pernah memberinya minuman ketika selesai olahraga.

"Emm.. Btw makasih ya kak, udah repot-repot jengukin aku kesini"  Ell berusaha memecah keheningan diantara keduanya.

"Aku gatau lagi harus nyari tahu kemana keadaan kamu, sementara temen sekelas kamu pun ga ada yang tahu". Ucapnya menjelaskan.

" Ee.. Tapi kakak jangan bilang-bilang ya, aku gamau mereka khawatir". Ucap Ell memohon.

"Iya aku nggak akan bilang, tapi janji ya kalo ada apa-apa kamu bilang". Laura mengiyakan.

Tanpa banyak kata dia segera meraih ponsel nya di atas meja dan menyodorkan ke arah Laura, bermaksud meminta nomornya.

Laura yang paham pun segera mengetikkan nomor WhatsApp nya. Kemudian mengirim pesan agar dia bisa menyimpan nomor Ell juga.


Tbc.

Agak maksa dikit ya kayanya :'(  semoga masih dapet feel nya.

Jangan lupa vote dan komen ya kawan biar author makin semangat hehe.

Senior High School (gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang