MAHASISWA KARATAN = IRI LIHAT TEMAN WISUDA DULUAN [4]

5.1K 385 22
                                    

MAHASISWA KARATAN = IRI LIHAT TEMAN WISUDA DULUAN [4]


Keana hanya mampu memegang perutnya karena tidak sanggup menahan tawa usai Sena menceritakan kesungguhannya datng ke kampus Dana Bank, tetapi berujung bayar beneran.

"Ya ampun! Ya ampun! Nggak salah sih kita kasih nama Dana Bank, emang minta duit," tawa Keana Sampai wajahnya memerah.

Decakan Sena lolos, dia melepas kaca matanya.

"Okay! Okay! Jadi, dia minta 800 ribu buat bimbingan tiga bulan dengan pertemuan fkeksibel dan benefit diajarin bikin CV buat kerja? Oke juga sih," lanjut Keana menahan tawa.

"Ujung-ujungnya bisnis," sindir Sena.

Sena sudah mengecek salah satu laman promosi bisnis Aksa, nyatanya selain menjadi pengajar, dia juga membuka layanan bimbingan skripsi dengan biaya 800 ribu. Bimbingan fleksibel bisa mulai dari nol, dapat bantuan membuat PPT untuk sidang, bisa simulasi sidang, serta bonus membuat CV yang dijamin akan diterima oleh perusahaan, katanya sih begitu.

Keana semakin tertawa. "Na, di dunia ini memang nggak ada yang gratis. Kamu satu semester ngerjain skripsi nggak kelar-kelar, padahal hanya di rumah aja, nggak ada kelas teori, semester depan tetap harus bayar kan?"

Keana kalau bicara nggak difilter, jadi Sena tersindir kan. Namun, Sena mengaminkan. Keana benar akan hal tersebut. Dana atau si Aksa itu tidak mungkin mau membuang waktu tanpa benefit apa pun.

Keana kembali ngemil kacang telurnya, keduanya sedang ada di ruang tamu Keana. "Saran gue, pakai aja, dosbim lo kan juga susah banget ditemuin, sementara dari kemarin lo cuma bingung gimana nulis bab 2, kan? Hitung-hitung ada yang bantu. Gimana?" putus Keana memberikan saran.

"Ini bukan karena lo nggak ada duit kan?" lanjut Keana melihat ekspresi ragu Sena.

"Ya bukanlah!"

Habis Sena kan selain kuliah juga memiliki kerja freelance menulis novel di platform digital, dia ada dana. Royalti yang dia dapat cukup untuk tambahan.

"So?" pancing Keana.

Sena mendesah, menatap kontak Aksa yang baru dia dapatkan. Perlukah? Namun, kenapa Sena penuh keraguan?

"Lo ragu?" tebak Keana seakan paham dengan rona wajah penuh khawatir Sena.

"Bakal sia-sia nggak, sih? Dia mangkir dan ambil uang doang nggak?"

"Maybe, tapi lo punya kuasa buat menuntut karena sudah bayar. Perlu surat perjanjian?"

Sena mengangguk. "Kayaknya gue harus bikin itu."

Itu pun kalau dia jadi.

"Bilang sama dia."

Sena hanya mengangguk.

"Jangan menunda lagi lho, Na. Ingat, wisuda bulan maret. Okay?"

Ya, apa pun pilihan Sena, dia tidak boleh rugi sedikit pun. Termasuk membuat perjanjian dengan Aksa supaya pria tersebut tidak mangkir membingnya, dan demi wisuda tahun depan.

•••

Alih-alih menunjukkan bukti tranfer pembayaran bimbingan seperti mahasiswa yang lain, salah satu alis Aksa menukik begitu kertas bertuliskan Surat Perjanjian Bimbingan Sena dorong pada Aksa.

Sena ini rajin sekali, baru juga jam sepuluh pagi, Sena sudah datang kembali ke ruangannya.

"Apa ini?" respons Aksa. Dia baru selesai mengajar dan isi kepalanya masih penuh untuk kembali menerjemahkan surat dari Sena. Bahkan, bagian bawahnya terdapat keterangan pihak satu dan pihak kedua. Dia melotot saat Sena juga mengeluarkan materai enam ribu.

Chasing You | TAMAT ✔Where stories live. Discover now