Bab 25 : Stalking

8.7K 665 25
                                    

"Jadi ketagihan bolos, nih?"

Aku menyadari kehadiran Mila yang kini memilih duduk pada kursi di sampingku. Dia meletakkan totebag miliknya di atas meja kantin. Kelas Pak Gun sudah berakhir, artinya sudah sekitar setengah jam aku hanya duduk sambil menatap layar ponsel. Menggesernya sesekali demi membaca ulang isi chatku dengan Keenan. Ingin sekali rasanya segera menanyakan semua yang ingin kuketahui, tapi aku sendiri bingung harus mulai dari mana.

"Ada masalah, Na?" Mila kembali bertanya, menginterupsi kegiatanku yang terus menggesekkan jari pada layar ponsel.

Aku mengangkat wajah, mencoba mengumbar seulas senyum yang bisa saja tampak mengerikan untuk Mila. Jelas tergambar dari reaksinya dengan mengerutkan kening.

Mila menghela napas. "Gue nggak maksa lo buat cerita, kok," ucapnya, kemudian menepuk pelan pundakku. "Tapi, Na, gue selalu ada kapan pun lo siap buat cerita."

"Thanks, Mil."

Ini bukan gaya interaksi kami. Ada sisi geli dalam diriku menyadari kami yang biasanya sering saling ledek kini justru terjebak dalam situasi saling berbagi perhatian yang justru terasa canggung.

"Udah, ah. Geli gue melow-melow kek begini." Ternyata Mila merasakan hal yang sama. "Lo mau makan apa? Gue traktir deh."

"Terserah lo aja, Mil."

"Oke, baiklah." Mila beranjak dari tempat duduk kami. Meninggalkan barang-barangnya tergeletak di atas meja bersamaku.

Aku baru saja akan merebahkan kepala ke atas meja, tapi ponsel Mila yang tiba-tiba menyala dan menampilkan satu notifikasi pada layar menarik perhatianku.

'keenanb menambahkan cerita.'

Wah ... Mila bahkan menyalakan lonceng notifikasi untuk instagram idolanya itu. Kuraih kembali ponselku dan segera mengetik nama akun Keenan, penasaran juga dengan unggahan terbarunya.

Aku menghela napas, kecewa. Hanya ada trailer untuk filmnya yang akan segera dirilis. Keenan memang jarang berbagi kegiatan pribadinya. Dan bisa saja postingan ini juga diunggah oleh Kak Adi.

"Untung nggak perlu ngantre lama hari ini." Mila kembali dengan satu nampan berisi dua piring gado-gado. "Silakan dimakan, Nona," ucapnya saat meletakkan salah satu piring di depanku.

Aku menarik senyum segaris menanggapinya. Kuperhatikan Mila mengambil ponsel dan seketika antusias, mungkin karena notifikasi yang kucuri lihat tadi.

"Mil, sejak kapan lo suka sama Keenan?"

Mila memandangku dengan kedua mata yang menyipit. "Kayaknya lo udah pernah kasih pertanyaan begitu deh."

"Oh, ya?"

Mila mengendikkan bahu. "Tapi, tetap bakal gue jawab kok," ujarnya, "Gue suka Keenan pas dia masih awal merintis karier, dapat peran jadi anak kos yang tampilnya cuma sekian detik dalam satu scene. Sampai tuh film dijadiin series dan akhirnya sukses besar. Bikin semua pemerannya kecipratan tenar."

Aku mengangguk mendengar penuturan panjang lebar Mila, tapi bukan itu yang membuatku penasaran. "Jadi, lo juga tahu tentang Arabella Adonia?"

Lagi, Mila menatapku dengan kedua mata menyipit. Seakan menaruh curiga atas setiap tanya yang kuajukan. "Pasti." Dia tetap memberi jawaban, "Bella, kan, mantannya Keenan. Mereka putus nggak lama setelah berita pacarannya menyebar."

"Kenapa?"

Mila tidak langsung menjawab. Tatapannya terlihat semakin curiga. "Lo nggak pernah setertarik ini sama seleb, deh, Na. Kok tiba-tiba pengin tahu hal pribadi Keenan?"

The Actor and IOnde histórias criam vida. Descubra agora