Utusan

921 18 0
                                    


Morgan terkesiap, ia hampir terjungkal. Pusaran yang melontarkannya kesini perlahan memudar. Sepatu botnya yang berat terbenam, ia telah tiba di pantai terbuka dengan pasir membentang di depan dan biru samudra di belakang. Ia mendongak ke arah matahari yang bersinar cerah tanpa awan, sengatan panas terasa menembus baju zirahnya.  Sepasang sepuh berjalan mendekat tanpa ia sadari.

"Selamat datang kembali Paladin Muda. Kedatanganmu lebih awal dari yang diperkirakan."

Tangannya terangkat melindungi matanya yang memicing. "Aku datang untuk batunya." sahut Morgan.

Sepasang sepuh itu mengangguk dan mengulangi ucapan mereka. "Kau datang lebih awal. Ritual terakhir akan selesai petang ini." Ketika Morgan hanya balas menatap dalam diam, mereka melanjutkan. "Mari, sembari menunggu kau bisa menjelajahi pulau kami."

Morgan melangkahkan kakinya mengikuti dua sesepuh yang menuju ke arah bukit hijau pendek. Mereka melewati alun-alun jamuan, tempat ia dan kawan sesama utusannya dijamu pada kunjungan sebelumnya. Mereka berjalan menanjak dan saat sampai di depan sebuah celah batu, sepuh itu menunjuk tali berlumut di sebelah kiri.

"Pegang dan ikuti tali itu selama di dalam, Paladin Muda." Lalu dua sesepuh itu melangkah dan menghilang ke dalam celah.

Mengikuti petunjuk mereka, Morgan menggenggam tali itu dan mulai berjalan menelusurinya. Terowongan itu sejuk dan sangat gelap. Terbutakan oleh mentari di luar, di dalam ia tidak dapat melihat kemana kakinya berpijak dan setelah beberapa lama ia mulai gelisah. Tepat saat ia akan bersuara, tali itu membelok ke kiri dan sinar mentari terik menyambutnya. 

"Selamat datang di Forgotten Heavens."

Purnama di LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang