7. Janda dan Duda

2 4 0
                                    

Aku masih mencarinya, dia sudah pergi. Hanya tersisa Balqis dan juga Sidiq di sana. Merosotkan bahuku lesu, aku pun mengajari anak-anak ini dengan tak semangat. Wong penyemangat nya saja sudah pergi, gimana aku bertambah energi bila seperti ini?

Hingga pukul 4 sore, akhirnya semua yang berada di madrasah boleh pulang. Dan mataku yang awas sedari tadi mencarinya, nihil, dia tak kembali lagi ke sini.

"Dari tadi decak trus tuh bibir kamu, Wi." Manda kepo, dia menempel ke tubuhku.

"Kebelet pup kali," tukas Tania.

"Mana ada kebelet pup decak, pasti keluar suara yang memabukkan lah."

Memang Tania ada-ada saja, apalagi kalo sudah bertemu dengan Manda. Mereka seperti kucing dan tikus, selalu akur, maksudnya sebaliknya.

"Tapi kok gue suka gitu, ya?" Suci malah menyahut hal yang tak terduga. Manda dan Tania tertawa lepas, sedangkan aku hanya menggeleng kecil. Ada-ada saja.

"Balik yuk, kasian si Janda di rumah sendiri," lontar ku blak-blakan.

Tania bertepuk tangan woah. "Kuy, bapak Duda juga lagi sendiri di rumah. Kenapa gak kita jodohin aja ya, Wi?"

Ya beginilah, ketika aku bersama mereka maka sifat ku yang kalem berubah menjadi lebih petakilan. Lebih lagi mulutku yang tak bisa di kontrol, namun tidak pernah sekalipun aku mengucapkan kalimat kotor yang sangat menjijikkan itu.

Ku tepuk kepala Tania pelan, "Ibu gue udah nggak mau nikah lagi, dia kepengen sampe ke Jannah-Nya ketemu sama ayang beb tercinta," ulas ku. Mereka menatap takjub ke arahku.

"Setia banget," cibir Tania pelan. Pupus sudah dia ingin sekali menjabat sebagai saudara perempuan ku.

"Patut di apresiasi di sistem perjandaan sih ini, biasanya ya biasanya. Mereka-mereka yang para janda malah lebih mentingin ego mereka buat nikah lagi, tanpa tahu gimana nasib anaknya yang mau apa enggak sebelum bertanya." Suci berkata bijak, dia biang memberi solusi.

Aku turut bangga pada Ibuku. Selain karena tak mau menikah lagi, beliau sangat mencintai mendiang ayahku. Beliau tak ingin aku di apa-apa kan terhadap calon ayah tiri ku bila Ibu berkeinginan untuk menikah lagi. Pokoknya Ibu sangat khawatir pada gadis nya ini, aku bersyukur karena telah menjadi penerusnya yang sangat disayangi.

•••

Salam hangat, R untuk S

Cinta dalam diamWhere stories live. Discover now