32 (End)

77 7 2
                                    

"Bokuto san, apa kau yakin membawanya pada Lucius? Dia bahkan belum sadar sampai sekarang" tanya Akashi setelah beberapa saat Bokuto memaksa membawa tubuh Iwaizumi ke dalam mobil dan melaju ke kafe tempat Oik-Lucius bekerja.

"Ya. Apapun yang terjadi, Iwaizumi harus berkontak fisik secara langsung dengan Lucius agar jiwa Oikawa bisa kembali ke tubuhnya" jawab Bokuto menyimpulkan apa yang beberapa hari terakhir menghantui fikiran nya.

Akashi pasrah. Sebisa mungkin ia mengobati luka Iwaizumi dan memerban nya.

.
.
.
.
.

Ting Ting bukan permen

Ting Ting bukan biskuit.

Canda oi

Dentang suara lonceng terdengar nyaring saat tiga orang pemilik surai hitam dan hitam putih masuk ke kafe.

"Selamat datang, silahkan dilihat dan di baca daftar men-" sambutan ramah khas butler kafe itu berhenti dengan tatapan terkejutnya.

"Iwa Izumi" cicitnya setelah melihat dengan jelas Bokuto yang sedang menggendong Iwaizumi di punggungnya dengan Akaashi yang setia membantu menjaga tubuh Iwaizumi agar tak jatuh.

Tanpa disuruh, tiga orang itu langsung duduk dan menyamakan dudukan Iwaizumi.

Sedangkan butler tadi? Ia masih membatu melihat sosok yang tak asing dengan miliknya di dunia lain.

"Ne, kenapa kalian membawa Iwaizumi kesini?" tanya butler itu dengan suara tertekan, lekat akan rasa marah.

"Hee? Aku hanya ingin melihat reaksi bocah ini saat tau Oikawanya masih hidup" jawab Bokuto meremehkan.

"Jangan bercanda!!!"

"Bisakah kalian tidak membuat gaduh? Kasihan Iwaizumi san yang masih pingsan karena kehilangan banyak darah" sela Akaashi saat benar-benar dibuat geram dengan drama Bokuto dan Oikawa.

Tanpa mereka sadari, perlahan pemilik surai hitam jabrik mulai sadar dari tidur lelapnya.
Beberapa kali ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya.
Tapi itu hanya sesaat, karena dalam hitungan detik berikutnya, matanya terpaku pada ruangan asing yang tentu saja bukan kamarnya. Tidak, ia tidak sepenuhnya terkejut melihat ruangan, ia lebih terkejut melihat sosok bersurai coklat yang selama ini mendiami lubuk hatinya.

"O-Oikawa"

Di tempat yang berbeda, tiga orang laki-laki kini duduk dengan serius diruang tengah.

"Jadi... kau siluman merak yang pernah dikabarkan itu?" tanya Kitashin Suke sembari menyisir helaian bulu ekornya.

"Yaa, ku mohon lepaskan aku. Aku hanya ingin menjadi manusia biasa. Kumohon kumohon, aku benar-benar tidak sengaja masuk ke wilayah kalian" cicit pemuda berekor merak.

"Cih!" ini? Tentu saja Iwaizumi, ia sedikit marah dan tak terima melihat sosok kekasihnya kini menjadi orang lain. Tapi bagaimanapun juga, Toruu dan Lucius itu orang yang berbeda, dari ras yang berbeda, dan tentu saja sekarang dengan kehidupan yang berbeda.

"Tapi, bukannya kita tidak bisa menjadi manusia? Dua dewa itu berkata, jika masih ada siluman bertubuh manusia setelah kejadian itu, itu artinya ia memang anak hasil pernikahan antara hewan dan manusia" tanya Kitashin Suke serius.

"Aah mo, aku juga tidak tau. Tapi, ada seorang itu berkata kalau aku bisa menjadi manusia atau merak seutuhnya jika aku memakan tulang milik siluman kucing" jelas Toruu dengan wajah menunduk.

"Siluman kucing? Bukankah siluman kucing ada banyak. Lagipula memangnya kau kanibal?" tanya Iwaizumi tak percaya dengan ucapan laki-laki bersurai coklat itu.

DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang