12. Happinness

179 51 18
                                    

Warning!!!
Part ini mengandung adegan 18++!!
Bijaklah dalam menyikapi bacaan kalian.

****************************************************************************************

"Fey, air liurmu netes tuh."

Fey cepat-cepat membersut bibirnya, tapi tidak mendapati setetes air liur pun. "Abang!! Nggak ada apa-apa kok!" sergahnya kesal.

Ferdi memutar mata. "Tapi sama aja. Ngeliat kamu mantengin Abi udah kayak kucing liat ikan. Itu mulut walaupun nggak keluar ilernya, tapi kalau lama-lama kebuka juga ntar kemasukan nyamuk."

"Di sini nggak ada nyamuk, Bang. Abang tuh nyamuknya!" tukas Fey seraya mengoles selai ke roti.

"Iya deh, iya. Abang sekarang dianggep nyamuk, pengganggu kamu mau berduaan ama Abi kan?" tembak Ferdi seraya mengoles selai ke rotinya sendiri.

Fey tidak menjawab, hanya mencibir tanpa suara.

Abi pun akhirnya menyudahi kegiatannya mencuci mobil, lalu menghilang lewat halaman samping rumah menuju belakang.

"Yah, udahan," gumam Fey. Pemandangan Abi yang mencuci mobil di pagi hari ini adalah suatu keindahan duniawi yang begitu disyukurinya, namun kini disesali karena telah berakhir.

Ferdian geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik perempuannya itu. "Abang laporin nih ya ke mama papa, biar sekalian dipaksa nikah!"

Fey langsung berbinar menatap abangnya. "Bisa gitu, Bang?"

Ferdian menepuk kening. "Astaga! Salah ngomong gue kayaknya."

"Pagi," sapa Abi, kali ini sudah rapi dengan seragam sekolah. "Sudah siap berangkat, Fey?"

Fey segera mengangguk. "Udah. Tapi kamu nggak sarapan dulu?"

Abi tersenyum. "Tadi sebelum cuci mobil udah sarapan kok."

Fey pun mengangguk dan meraih tas sekolahnya. "Bang Ferdi, aku berangkat sekolah dulu ya."

"Sekolah yang bener, jangan ngecengin Abi melulu," pesan Ferdian.

Fey memelototi abangnya dengan wajah yang bersemu merah. "Abang!"

"Bang Ferdi nggak sekalian berangkat kerja? Saya bisa kok antar Abang dulu terus ke sekolah," ujar Abi seraya melirik jam dinding. "Waktunya juga masih cukup."

Ferdi mendengus kecil. "Sekalinya pulang Indo, malah disuruh kerja. Ogah, abang tuh mau libur dulu. Refreshing."

"Refreshing tuh liburan yang jauh. Ke Bali kek. Atau Abang kan kemarin di Jepang, liburan ke Pulau Hokkaido atau mana gitu," ucap Fey.

"Bilang aja, kamu mau abang pergi jauh biar kamu bisa berduaan terus sama Abi," ujar Ferdian.

"Apaan sih!" tukas Fey lalu menggandeng lengan Abi. "Ayo berangkat, Bi. Jangan dengerin nyamuk satu itu!"

"Nyamuk yang itu bosku, Fey." Abi menunduk pada Ferdian. "Kami berangkat dulu ya, Bang."

"Ya, jagain terus ya si Fey nya. Sampai ntar di KUA kalau perlu." Ferdian menyeringai menang ketika suara adiknya yang menggerutu  terdengar. Abi sendiri seperti biasa, cuek seakan tidak paham ucapan Ferdian.

"Dasar bunglon," gumam Ferdi menatap kepergian mereka berdua.

***

Hari-hari mereka berlangsung sempurna, menurut Fey. Nyaris 24 jam ia habiskan bersama Abi. Bahkan ketika dia ke kantor agency atau latihan vokal di studio kantornya, Abi selalu hadir untuk mengawal. Mereka juga sering main ke panti, sehingga Abi tidak pernah kekurangan waktu untuk berinteraksi dengan keluarganya di sana.

Simple Love (One Shot - On Going)Where stories live. Discover now