8. Pindah Kelas

82 13 0
                                    


-Happy Reading-











































Pagi dengan cuaca dingin seperti sekarang, yang terkesan ingin cerah tapi tidak juga mau hujan juga tidak. Jadi pembangkit semangat untuk kembali melanjutkan mimpi yang sempat tertunda.

Di balik selimut yang mampu menghantar hangat di kala dingin yang mulai menyergap, belaian di pipi membuat mata bulatnya mengerjap.

Sayup-sayup bayangan sosok sang Ibu yang duduk di dekat kasur yang sudah tidak berbentuk kini menjadi awal pagi Sekala, menyambut saat membuka mata.

"Ibu". Dengan suara serak khas bangun tidur yang terdengar, Ibu usap pelan surai milik putranya.

Putra yang kini mulai beranjak dewasa, mulai mencari jati diri, serta mulai berbaikan dengan keadaan.

"Ngak sekolah?". Tanya nya, saat usapan demi usapan malah semakin membuat Sekala tenggelam dalam selimut.

"5 menit lagi". Terkekeh mendengar suara Sekala sebab teredam dengan bantal berada di depan muka, Ibu Fatma mencubit gemas pipi tembam milik putra semata wayang nya ini.

"5 menit lagi gerbang sekolah kamu ditutup loh".

"Hah?! Jam berapa emang?". Lantas mata Sekala, bergerilya menatap pada jam dinding. Lantas beranjak begitu saja menuju kamar mandi yang ada di kamar nya.

"Ibu, kenapa ngak bangunin dari tadi?". Ucap Sekala, walau dirinya yang sudah hilang dibalik pintu kamar mandi tapi suara bak rubah mengaum masih jelas terdengar.

"Kan udah dari tadi sayang. Tapi, kamu nya ngebo. Pulang malem lagi ya?". Pertanyaan itu hanya dibiarkan mengudara bersama hening yang selalu singgah setiap kali Ibu menanyakan itu pada Sekala.

"Ya sudah, jangan lama-lama mandinya. Ntar ngak keburu ke sekolah". Ucap Ibu, lalu berlalu begitu saja, membiarkan bunyi guyuran air yang riuh menjadi pengantar langkahnya keluar dari kamar berbau tanah usai hujan ini.

Sedang di dalam kamar mandi Sekala, berusaha berpikir keras agar Ibu nya tidak terus-menerus menanyakan persoalan itu.

Tapi, dikasih tau pun Ibu pasti akan melarang nya untuk bekerja.

"Ibu tenang aja, biarpun kerja Kala pasti pinter bagi-bagi waktu".

"Soal capek, mending capek fisik dari pada capek mental". Sambung Sekala, masih dengan acara mandinya nya yang hampir usai.

Setelah selesai dengan ritual yang paling dibenci oleh kebanyakan orang diluar sana, yang mungkin kalau di suruh melakukan tapi alasannya 'ngapain mandi ngabisin air aja'. Dah apalagi kalau bukan mandi.

Tapi, beda kalau lagi dengan Sekala, mau seburu-buru apa kalau mau keluar ya mandi lah. Biar fres katanya otak, jadi biarpun cuaca yang dingin seperti ingin memakan tulang tidak menjadi penghalang untuk air tetap mengguyur badan.

Memakai seragam miliknya dengan gerakan secepat mungkin, lalu meraih tas yang ada di atas mejanya.

Sekala juga bingung kenapa tas ini bisa kembali ke rumah, padahal seingat nya ia meninggalkan tasnya di area tawuran kemarin.

SENJA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang