🍁 senyuman terakhir_3

60 45 9
                                    

Matahari telah menampakkan wujudnya, serta sinarnya yang sudah mulai masuk melalui celah-celah bagian setiap rumah. Deru kendaraan yang menandakan bahwa orang-orang telah bangkit dari masa hibernasi-nya.

Dan sangat berbanding terbalik dengan sevtiano yang justru malah bertambah lelap dan malah semakin mempererat pelukannya pada bantal guling.

Seseorang yang seusia dengan sevtiano baru saja keluar dari dalam kamar mandi dan sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya. Pandangannya melirik malas ke arah sevtiano lalu melemparkan sehelai handuk dan tepat mengenai wajah sevtiano.

"Apasih," gerutu sevtiano dengan suara parau sembari melempar asal handuk tersebut.

"Bangun sekarang atau Lo bakal telat!" Tegas Dani

Ardani Alveska adalah manusia paling cool, judes, tegas, enggak suka bertele-tele dan paling disiplin dalam sirkel pertemanan mereka.

Dengan malas sevtiano membuka matanya menatap jam yang berada di atas meja dan sudah menunjukkan pukul 07:00 pagi.

"Akkhh..masih pagi juga, lagian gue bukan siswa yang teladan seperti Lo yang selalu tepat waktu," oceh-nya

"Lo gak akan bisa maju, kalau Lo selalu malas-malasan dan enggak merubah sifat buruk Lo," ketusnya

"Hmm.."

"Serah Lo, gue duluan," ketus Dani lalu melenggang keluar kamar tersebut

Sevtiano memperhatikan kepergian Dani dari kamarnya dengan mata yang masih sipit akibat masih mengantuk, lalu tersenyum "anak baik," gumam-nya dan melanjutkan perjalanan mimpi yang tertunda.

🍁🍁🍁🍁🍁

Alunan musik yang mendayu-dayu pada telinga seorang gadis yang membuat-nya terbawa akan suasana. Hingga dirinya tidak mendengar suara bel yang terus berbunyi.

"Yah..habis ya," seru-nya pada diri sendiri melihat permen kaki yang awalnya masih utuh kini hanya menyisakan tangkainya.

Merogoh saku pada seragamnya dan mengeluarkan banyak bungkus permen kaki, dan tanpa dirinya sadari sedari tadi dia sudah terlalu banyak menghabiskan permen.

Diandra yang baru menyadari ternyata dirinya sudah begitu banyak memakannya hanya bisa terus memperhatikan banyaknya bungkus permen tersebut tidak percaya "perasaan gue baru makan satu atau dua," gumam-nya.

"Huft..." Diandra membuang nafas kasar melepas headset yang mengganjal telinganya. Memperhatikan sekeliling dan hanya ada dirinya seorang diri "gue ke kelas aja kali ya, lagian jam segini pasti jingga sama Vani sudah datang,"

Tapi semakin Diandra memasuki area koridor kenapa dirinya merasa sekolah tempat yang biasanya selalu menyajikan kehebohan siswa-nya kini menjadi sunyi layaknya di tengah kuburan.

"Ini sekolah atau kuburan? Sepi banget biasa juga rame," gumam nya masih dengan berjalan santai, dan entah mengapa firasat-nya menjadi sedikit buruk dan pemikiran-nya seperti memerintahkan agar dirinya melihat jam pada pergelangan tangan-nya.

Dan refleks Diandra berlari secepat mungkin agar segera tiba di kelas. Dengan nafas yang tersengal-sengal Diandra memasuki ruangan kelas tersebut dan pandangannya langsung terpukau pada apa yang di lihatnya.

"Wih..pada kesurupan apa Lo pada, biasa juga ngerumpi nih di pojokan," ucap-nya dengan menyenderkan sebelah tangan pada meja.

"Lah..woi pada ngomong ngapa? Ada dendam Lo sama gue," kesalnya karna merasa tidak di anggap lalu bergerak menuju ke arah dua orang pria yang biasa selalu membuat kehebohan.

"Ren, Fin.. pada sariawan Lo pada," tanya-nya sekali lagi. Dan lagi-lagi Diandra tidak mendapat jawaban apapun.

"Awhkk.." ringis-nya saat Rendi menginjak kaki-nya dengan sengaja "Lo apa-an sih ren, sekata-kata Lo nginjak kaki gue," gerutunya sembari mengelus-ngelus nya.

SENYUMAN TERAKHIR (On-going_Revisi)Where stories live. Discover now