Clovis Bagaskara

4.2K 750 71
                                    

"Dilelang?" Alister menyahut aneh.

"Ya, saya melihat kalau salah satu perhiasan Nyonya, karya Helva Rodges edisi terbatas saat ini berada di daftar lelang. Saya sudah menyelidiki nama pemilik. Dan itu memang atas nama Mrs. Chloe Amara Bagaskara." Akram memberikan laporan lewat telepon.

Alister curiga dengan perilaku patuh Chloe dalam beberapa hari terakhir, jadi dia mengirim Akram untuk menyelidikinya, mencari tahu apa yang sedang Chloe rencanakan saat ini. Kalau sampai Chloe melakukan hal-hal yang berbahaya untuk keluarganya, Alister tidak akan segan untuk menghukumnya.

Sudah cukup.

Perilaku Chloe selama ini benar-benar membuat Alister sakit kepala.

Kalau bukan karena Chloe itu cukup untuk digunakan sebagai tameng agar wanita-wanita yang mencoba memanjat ke tempat tidurnya lebih terkendali, Alister pasti sudah membuangnya sejak lama.

Terlebih, Chloe juga ibu kandung putranya. Arslan.

Walau mereka tidak dekat, tapi ikatan darah tidak bisa diputuskan begitu saja. Terlebih, Alister masih tidak ingin membuat putra semata wayangnya menjadi korban broken home. Dia hanya berharap Chloe di masa depan bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak perlu menjadi istri yang hebat. Alister tidak pernah berekspektaksi apa pun tentang wanita itu.

Tapi setidaknya cukup menjadi ibu yang baik dan peduli.

"Dia sebelumnya nggak pernah berpikir buat menjual perhiasannya. Semua benda itu dia perlakukan seperti bayi kedua." Alister semakin curiga. "Bahkan saat orang tuanya sakit dan terpuruk, dia masih enggan."

"Saya masih menyelidikinya, Tuan."

"Kamu juga bisa memeriksa dengan siapa aja dia berhubungan dalam beberapa hari terakhir." Alister memerintahkan Akram untuk memperluas area penyelidikikannya. "Chloe sangat bodoh dan gampang dimanfaatkan, teman-temannya nggak lebih dari sekadar benalu kelaparan."

"Saya mengerti."

Ponsel ditutup. Alister masih mengerutkan keningnya. Jelas sangat tidak nyaman. Dia memijat pangkal hidungnya. "Apa pun itu, pastiin aja kamu nggak ngelakuin lagi hal-hal yang terlalu bodoh, Chloe."

***

"Kenapa kamu ada di sini?" Clovis tercengang.

Sejak perusahaan keluarganya tidak bisa bertahan lagi tahun lalu, Clovis tidak punya jalan lain selain mengambil pekerjaan haram ini untuk menopang hidup keluarganya.

Sebagai putra sulung, Clovis merasa gagal. Dia adalah putra kebanggaan keluarga Bagaskara di masa lalu. Tapi justru grup perusahaan yang bertahan selama beberapa dekade di masa lalu hancur di tangannya. Mengalami kerugian yang menakutkan bahkan memaksa mereka menyatakan kebangkrutan.

Clovis bukannya tidak pernah mencoba mencari pekerjaan yang lebih baik. Tapi sebagai salah satu lulusan cumlaude di Stanford University, dia benar-benar kesulitan menemukan pekerjaan baik di dalam atau di luar negeri.

Seolah ada tangan transparan yang menghalangi. Tidak peduli perusahaan besar mana yang dia kirimkan CV, semuanya pasti menolaknya dengan berbagai alasan.

Clovis tidak bodoh.

Ada seseorang yang cukup membencinya sampai mati. Tidak mau dia hidup layak sama sekali.

Clovis bisa bersabar dan bekerja keras. Tapi orang tuanya tidak bisa menunggu. Biaya pengobatan ayahnya semakin besar, ibunya juga mulai sakit-sakitan.

Pada akhirnya ... Clovis tidak punya pilihan. Dia bekerja di sebuah kelab elit sebagai gigolo.

Ada banyak wanita kaya yang menginginkannya. Bersedia memberikan Clovis banyak uang hanya untuk satu malam menginap dengannya.

Terlebih, di masa lalu wajah Clovis Bagaskara sering hilir mudik sebagai pria elit di internet atau TV. Bisa menghabiskan malam dengannya bukan hanya memberikan mereka kepuasan secara fisik, tapi juga pamer di depan teman-temannya.

I Don't Wanna Love You AnymoreHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin