Chap. 10: Blood

1.1K 226 19
                                    

KLANGG!!

Rantai besi ditarik maju, membuat [Y/N] hampir tersandung.

Ini adalah hari ke....... entahlah [Y/N] lupa caranya menghitung. Yang pasti, sudah sangat lama dirinya terjebak di tempat mengerikan ini.

Sudah sangat lama ia menyerah pada harapannya.

Hero akan datang.

Seseorang akan menyelamatkannya.

Ahaha, harapan semacam itu sudah lama pergi.

Yang tersisa hanya rasa sakit. Entah dari tusukan jarum ataupun dari ingatan-ingatan memberontak karena [Y/N] tekan jauh-jauh ke dalam. Ingatan-ingatan itu hanya membawa sesak. Tak berguna dan menyusahkan.

KLAANG!!

Sekali lagi rantai ditarik.

Si pembawa rantai terlihat kesal dan tak sabar menunggu [Y/N]. Ia menarik rantainya lagi sampai anak itu terjungkal ke depan. Sebelum [Y/N] berusaha bangkit, ia menarik rantainya, menyeret si bocah.

[Y/N] diseret melewati lorong-lorong. Terkadang, kepalanya terbentur kabel atau barang-barang yang berserakan.

Tapi memang, baginya lebih mudah seperti ini. Tubuhnya terasa berat dan kaku, menyulitkan dirinya bergerak. Hawa dingin menggerogotinya pelan-pelan sehingga napasnya terasa berat dan sulit. 

Ah, [Y/N] tau perasaan ini.

Dirinya sekarat.

"[Y/N], bagaimana keadaanmu?"

[Y/N] mengangguk lemah. Nobume yang tersenyum puas, mendudukkan [Y/N] di kursi.

"Butuh waktu lama tapi yah.....usaha selama 3 bulan itu terbayar."

Oh, sudah 3 bulan ternyata. Pantas baju [Y/N] sudah lusuh.

Pantas rasanya sangat berat.

Nobume memasang jarum berukuran besar di lengan [Y/N]. Jarum itu akan menghisap darah, mengalirkannya ke tabung-tabung steril.

Bocah itu duduk di kursi, mengamati darahnya diambil begitu saja.

"Ini panen terakhir. Kau tak bertahan lebih lama lagi, [Y/N]. Penggantimu juga sudah siap."

Ah, akhirnya [Y/N] dibuang lagi. Hal itu membuat [Y/N] bertanya-tanya apa nilai darinya hanya sebatas barang habis pakai? Apa ini karma karena keegoisannya menjadi bocah berengsek?

Jika iya, tak apa.

[Y/N] pantas mendapatkannya. Ia adalah sampah masyarakat, buruk rupa, bodoh, dan lamban. Tak berguna dan tak dipedulikan.

Tak apa. Begitu semuanya selesai, [Y/N] tak akan merasakan sakit lagi.

Begitu dingin dan kegelapan menelannya, [Y/N] bisa bebas dari dunia, menjadi hantu atau apapun itu.

"Nera, hati-hati meletakkan botolnya." Nobume mengangkat dagu [Y/N]. Wanita itu memandangi wajah lusuh [Y/N]. "Sayang sekali aku tak bisa memberitau Yuuei kalau kau sudah mati."

[Y/N] merasakan sesak. Matanya yang terasa panas meneteskan air mata.

Tahan. Jangan biarkan ingatan itu lepas atau Nobume bakal mencambuknya lagi. Jangan lepas kendali atau Nobume bakal mengurungnya di dalam sumur lagi.

"Benar juga! Aku bisa mengirim mayat mu saja! Coba bayangkan berita berjudul, 'mayat anak-anak ditemukan di paket Yuuei'."

'Hentikan.'

[Y/N] gemetar. Kalau wanita itu mengirim mayatnya, ada berapa banyak orang menatapnya jijik? Ada berapa banyak orang yang terlihat senang?

Bocah itu tak ingin melihatnya lagi.

Akan lebih baik kalau mayatnya hancur lebur hingga tak bisa dikenali lagi. Akan lebih baik kalau mayatnya diberikan ke hiu atau anjing liar agar dimakan sampai habis.

"Maa, sepertinya itu ide yang bagus. Coba bayangkan wajah mereka." Nobume berbisik di telinga [Y/N]. "Mereka bakal berpesta besar karena parasitnya sudah mati."

'HENTIKAN!!'

[Y/N] ingin meronta. Ia sangat ingin pergi dari sini.

BRUUK!!

[Y/N] terjatuh ke samping.

"Tak apa. Kau kan memang pantas mendapatkannya. Kau kan memang mengganggu, buruk rupa, dan jahat. Wajar kalau orang-orang senang kau mati."

Seketika, niat memberontak [Y/N] padam.

Dipikir-pikir lagi, kalau dengan kematiannya, mereka senang maka tak apa. Si bocah telah merepotkan mereka dan ia belum membalas budi sedikitpun.

Toh, dirinya mungkin merasa lega ketika melihat Yuuei yang telah baik padanya berpesta ria di atas mayatnya.

[Y/N] sepenuhnya menyerah.

Ingatan yang memberontak itu bahkan sudah tak ada. Perlahan tapi pasti, bocah itu menghapus kenangannya. Dari awal ia melihat, mendengar, bicara sampai semua wajah yang ia sayangi. Hingga yang tersisa hanya air mata yang mengalir tanpa sebab.

"Well, akan kupastikan mereka dapat pake—"

CRAAASHH!!

Suara kaca pecah terdengar. Disusul dengan teriakan panik.

"Ini pengepungan!! Menyerahlah villain!!"

[Y/N] menolehkan wajahnya. Meskipun samar-samar dan buram, ia melihat hero dan polisi yang berbaris, menghajar orang-orang. Mereka disini untuk menghajar villain.

Kemudian, terdengarlah seseorang memanggil namanya.

"[Y/N]!!"

Badan [Y/N] didekap lembut. Sangat lembut sampai [Y/N] tak merasa sakit ataupun canggung.

Ah, [Y/N] sepertinya pernah mengalami ini sebelumnya.

"Ia a?"

"Tak apa. Kau sudah aman," katanya.

Ah, hangatnya. Mata [Y/N] jadi berat. Jadilah ia menyerah dan membiarkan kegelapan membawanya.

My Hero: Daddy Issue [Aizawa Shouta]Where stories live. Discover now