Two

8K 717 55
                                    

Tomlinson's House

Suasana di ruang tamu ini masih tegang. Belum ada satupun yang membuka suara setelah mendengar penjelasan dari Zayn, dan itu membuat Zayn mati kutu sendiri.

"Kini aku tahu alasan kenapa Keisha lebih memilih pindah ke London." Mata Zayn terbelalak, London? Yang benar saja.

"Maafkan aku Mr. Tomlinson, aku ini memang benar-benar seorang brengsek. Lebih baik aku pergi ke London untuk menyusulnya lalu bertanggung jawab dengan apa yang telah kulakukan." Zayn menunduk sedih.

"Tak bisa secepat itu Zayn, dia pasti butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Belum lagi menikah itu bukanlah hal yang mudah diumur kalian yang masih muda ini." Ayah Zayn menepuk pundak anaknya setelah mendengar apa yang telah dituturkan oleh sahabat karibnya itu.

"Richard benar nak, kau juga pasti membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi kebutuhan kalian nanti. Lebih baik sekarang kau menggantikan posisiku di Malik Corp. Sebagai pemilik baru dari perusahaan keluarga kita." Ujar sang ayah.

"Tapi bagaimana jika Keisha diambil oleh orang lain Dad? Ini pasti akan sangat lama, dan kau tahu aku sangat mencintainya." Ayah Zayn dan Richard tertawa mencairkan suasana yang awalnya tegang.

"Tenanglah anak muda, itu urusannya gampang. Dan mulai sekarang kau bisa memanggilku Dad, serta istriku kau panggil Mom." Zayn menggaruk kepalanya salah tingkah, membuat semua orang yang ada disana tertawa kembali.

⚬⚬⚬⚬
Keisha's POV

Harry masih mencengkram tanganku erat seakan-akan aku adalah mangsanya, sungguh apa dia ingin memutuskan tanganku hah. Aku menatap Harry kesal karena dari tadi dia juga tak membuka suara.

"Lepaskan aku bodoh, kau ini senang sekali ya menyakiti wanita?" Ucapku geram.

"Siapa yang menyuruhmu berbicara, hm?" Suara seraknya membuat bulu kudukku seketika merinding. Harry mendekatkan tubuhnya, membuatku refleks mundur.

"Daddy, apa yang sedang kalian lakukan?" Suara Edward memecahkan ketegangan diantara kami. Harry mundur lalu berjalan menuju Edward dan membisiki sesuatu ke telinga kecil bocah itu, seketika mata Edward berbinar senang.

"Really, Dad? Really?" Harry mengangguk sambil tersenyum manis kearah Edward, sungguh pemandangan yang manis. Tanpa sadar aku ikut tersenyum melihat tingkah mereka. Namun, tiba-tiba saja Edward berlari kearahku dengan teriakannya yang membuatku seperti terkena serangan jantung.

"MOMMYYYYYYY"

***
Harry's POV

Kalian tahu bagaimana perasaanku saat ini? Berbunga-bunga. Itulah perasaan yang kiniku rasakan, katakan aku berlebihan atau apa tapi hey! Siapa yang tak senang jika melihat orang yang kau cinta tiba-tiba saja datang. Ditambah lagi dia datang membawa Edward yang membuat kepalaku pusing karena anak itu menghilang disaat aku menyuruhnya menungguku di depan Starbucks tadi siang. Ya, dia adalah Keisha Tomlinson. Anak baru pindahan dari Bradford yang menarik perhatianku dua bulan terakhir ini karena kecantikan, kebaikan, serta keramahannya kepada semua orang. Tapi aku bisa melihat tatapan kesedihan di matanya yang indah itu, dia semakin membuatku penasaran akan kehidupannya.

"Daddy, apa yang sedang kalian lakukan?" Tak ku hiraukan pertanyaan Edward tetapi aku mendekati bocah kecil itu.

"Edward, kau tak ingin memeluknya? Dia itu adalah Mom-mu." Maaf Kei, kurasa hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa dekat denganmu.

"Really, Dad? Really?"

Aku mengangguk pelan dan tersenyum manis padanya. Edward langsung berlari kearah Kei sambil memanggilnya Mommy lalu memeluknya, membuatku terkekeh sendiri. Keisha menatapku dengan pandangan intimidasi seakan-akan dia berkata apa-yang-telah-kau-katakan-padanya-Styles?! Namun aku mengacuhkan tatapannya yang lucu itu dan beranjak ke ruang TV untuk menonton. Sayup-sayup bisa kudengar Edward meminta Kei untuk memasakkan makan malam untuk kami, aku menggeleng pelan sambil tersenyum. Dasar anak kecil. HEY! Sejak kapan aku jadi sering tersenyum?

"DADDYYY, AYO KITA MAKAN. MOM SUDAH MEMASAKKAN MAKAN MALAM YANG LEZAT UNTUK KITA."

Aku beranjak menuju meja makan yang kini sudah dipenuhi dengan beberapa makanan rumahan, sungguh sudah lama sekali aku tak makan makanan ini. Biasanya aku dan Edward akan makan di luat atau memesannya. Ku dudukkan badanku tepat di samping Kei.

"Urusan kita belum selesai Styles." Ucapnya kesal.

"Yeah, i know Tomlinson. But, not now."

"Ugh."

Kami makan diselingi cerita Edward yang mengatakan bahwa dia sangat menginginkan bertemu dengan ibunya-Kei (yang dia anggap ibunya). Aku jadi tak tega, apalagi setelah mendengar bahwa dia sering merasa iri dan sedih karena teman-temannya selalu diantar oleh ibu mereka. Tak terasa makanan kami sudah habis, Edward juga sudah mencuci piringnya sendiri di dapur. Aku yang mengajarkan kebiasaan itu agar dia menjadi anak yang mandiri dan lihat sekarang.

"Edward, masuklah ke kamarmu untuk tidur. Jangan lupa cuci muka dan sikat gigi." Dia mengangguk dan berjalan menujuku untuk memberi Night kiss, lalu dia kearah Kei untuk melakukan hal yang sama. Ugh, aku merasa menjadi keluarga bahagia disini, ditambah lagi kehadiran Kei yang membuat suasananya semakin pas. Setelah memberi Night kiss Edward beranjak menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

"Jadi, apa yang telah terjadi disini Styles?" Kei melipat kedua tangannya lalu duduk di sampingku.

"Aku ingin kau berpura-pura menjadi ibunya Edward. Sudah lama ia ingin bertemu dengan ibunya."

"Kenapa harus aku Harry?"

"Karena kau sudah mengetahui rahasiaku tentang Edward, jadi ya begitulah."

"Mengetahui kalau kau sudah memiliki anak huh?"

"Edward bukan anakku, Kei. Ada satu hal yang harus kau ketahui sebelum berbicara macam-macam."

Aku menceritakan semua tentang Edward kepada Keisha. Edward sebenarnya adalah keponakanku, yap! Dia adalah anak dari kakakku yang bernama Nathan Styles dan ibunya adalah Alona Smith. Sayangnya Nathan tewas karena kecelakaan saat di perjalanan menuju rumah sakit, kala itu Alone sedang berusaha melahirkan Edward. Namun sepertinya tuhan memang sudah memberi takdir pada mereka untuk menjadi pasangan sehidup-semati. Ya, Alona menghembuskan nafas terakhirnya beberapa menit setelah melahirkan Edward. Duka yang mendalam menyelimuti keluarga besar Styles dan Smith hari itu. Dan yang menjadi kesalahan disini mereka semua menyalahkan kelahiran Edward lah yang membuat duka tersebut, Edward dibenci oleh keluarga besar kami dan tak ada yang ingin merawatnya. Bahkan mereka sempat berpikiran untuk membuang Edward, namun aku menahannya dan membawa pulang Edward bersamaku.

"Lalu bagaimana dengan orangtuamu?" Aku terdiam sesaat, lalu menghela nafas kasar.

"Ayah dan ibuku bercerai saat aku kecil. Aku dan Nathan ikut ibu, sedangkan Gemma kakakku yang satu lagi dengan ayah. Mengenai ibuku, dia kini tengah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena psikis nya terganggu akibat meninggalnya Nathan dan Alona." Jawabku sedih. Kei menatapku iba namun aku tak memperdulikannya.

"Jadi apa kau bersedia untuk menjadi ibu Edward dihadapannya?" Tanyaku hati-hati. Kei tersenyum padaku lalu mengangguk setuju.

"Aku mau, Harry." Aku seketika bersorak senang dalam hati.

***
Oke lagi lagi gue sempet nyelesein ini di tengah tengah UN ini wkwk.

Hargain usaha gue yaaa, jangan jadi Sider aja(?) Vomments kalian berarti buat gue. So, sampe ketemu di Chapter Tiga!

Cleo, 5th May 2015

Baby Malik // z.m Where stories live. Discover now