Bab 34

7.6K 599 5
                                    

Setelah hari itu Arkan lebih gencar mendekati Vanya. Dia bahkan tanpa malu meminta bantuan Alvino dan Caka untuk membujuk Vanya supaya berbaikan. Akibatnya kedua bocah itu di diamkan oleh Vanya.

Makanya, kedua bocah itu mendekam di dalam kamar Alvino untuk merencanakan sesuatu. Alvino dengan tablet nya menggeser layar tersebut mencari kontak yang sudah lama tidak ia hubungi.

Alvino memencet tombol ikon berbentuk telepon hingga detik berikutnya gambar pada layar berubah menjadi beberapa ikon dengan ikon bergambar telepon berwarna merah berada ditengah bagian bawah.

Selang beberapa detik panggilan tersambung, lalu terdengar suara perempuan dengan suara khas cempreng nya.

"Assalamu'alaikum, hallo tampan! Ada apa gerangan telepon tante? " Katanya mewakili panggilan.

"Wa'alaikumsalam, tante Naura. " Jawab Alvino dan Caka berbarengan. Alvino melirik Caka sinis, didalam tatapannya seolah berkata

'kenapa harus berbarengan jawab salamnya, setelah aku kan bisa!.'

Seolah mengerti arti dari tatapannya, Caka pun membalas menatap Alvino dengan polos.

'Yo ndak tau to, kamu kan nggak ngasih tau kalo jawabnya harus setelah kamu. '

Tatapan Alvino berubah mendelik.

'Inisiatif dong! '

Yang dibalas oleh Caka dengan masih polosnya, namun dengan makna mengejek.

'Iya deh, tuan putri. '

Delikkan Alvino semakin bertambah, seolah yakin jika Caka sedang mengejeknya.

'Kamu mengejekku?! '

Namun, tatapan permusuhan mereka harus terputus akibat suara yang ada didalam tablet milik Alvino.

"Sayang kok diem? Nggak mati kok. Dedek Alvino, hallo? " Ucap Naura dengan bingung, dia bahkan mengecek layar handphone nya apakah masih tersambung atau tidak. Dan layarnya terpampang jelas jika panggilannya masih tersambung.

"Tante Naura" Kata Alvino yang akhirnya bersuara.

"Tante kira kamu ngerjain tante tau. " Ucap Naura agak sedikit marah, dia mengira jika Alvino mengerjai-nya, padahalkan dia kangen berat pada anak satu itu. Sayang sekali mereka tidak melakukan video call, ehh.. Bukankah itu ide bagus, kenapa nggak daritadi aja.

"Al, vcall. " Pinta Naura yang di iyakan oleh Alvino.

Alvino mengubah panggilan biasa menjadi videocall seperti yang Naura pinta. Setelah itu, Naura baru bisa melihat wajah Alvino dan juga Caka yang ternyata berada disamping anak itu meski terlihat separo.

"Aaa,,, Alvi I miss you so much.. Ohh Caka I juga miss you. Ngomong-ngomong, ada apa Alvi telepon tante? " Lanjutnya berteriak dengan antusias nan semangat.

"Tante, tolong. " Ujar Alvino dengan ekspresi sedih, Ia menurunkan bibirnya ke bawah dengan mata melas.

Naura yang melihat nya juga ikut sedih. "Ouh baby, kenapa hmm? Cerita sama tante, siapa yang sudah buat baby-nya tante ini sedih. " Ucap naura.

Dengan masih mempertahankan raut sedihnya, Alvino mengadu pada Naura tentang kemarahan Vanya yang menurutnya seperti singa jantan yang kelaparan, juga masalah bertengkarnya Vanya dengan Arkan.

Naura mendengarkan dengan baik juga serius, tapi dia tidak menyangka kalau sahabatnya bisa bertengkar begitu lamanya sampai berhari-hari. Yang ia tahu, Vanya tak pernah bertengkar lebih dari 2 hari lalu berbaikan meski dengan orang yang baru dikenalnya sekalipun.

ALVINOWhere stories live. Discover now