Hari Pertama

62 10 2
                                    

"Apa dia sudah menghubungimu?" Tanya Joy penasaran begitu ketiga perempuan itu masuk ke ruangan akunting untuk menghitung pendapatan mereka di bazaar hari terakhir.

Hayoung menggeleng seraya menatap layar ponselnya.

"Mungkin dia masih di luar. Soonyoung juga belum bergabung dengan kita," tambah Yerin sambil merujuk pada anggota terakhir tim kasir mereka.

Ketika nama itu disebut, Hayoung refleks menggeser tatapannya ke arah pintu masuk ruangan 2x3 meter itu dan mendapati masih tertutup.

Menyadari raut wajah sahabatnya sedikit berubah, Yerin menepuk pundaknya sehingga Hayoung mau tak mau melirik kawannya.

"Apa kau yakin menyukai anak Sastra Inggris itu? Siapa tadi namanya?"

"Jeon Wonwoo," Joy mengingatkan Yerin.

"Ah iya, Jeon Wonwoo- maksudku, kau selama setahun ini menyukai Kwon Soonyoung dan kau menyimpannya begitu rapi," lanjut Yerin.

"Tentu saja dia menyukainya. Kau tidak lihat sejak berkenalan dengan pemuda itu Hayoungie tidak bisa berhenti tersenyum?" Sambar Joy.

"Aku tidak bertanya padamu," Yerin mendelik sesaat pada gadis bersurai hitam panjang itu, sebelum kembali menatap Hayoung yang belum bersuara. "Aku paham kalau Jeon Wonwoo begitu menarik, selain kau bilang dia mirip dengan Kak Sehun- mantan pacarmu itu. Tapi, apa kau tak sebaiknya memastikan perasaan Soonyoung dulu sebelum memutuskan mendekati Jeon Wonwoo?"

"Aku tidak mungkin menyatakan perasaanku lebih dulu ke Soonyoung, Rin. Kau tau bagaimana perjuanganku sampai akhirnya bisa berteman cukup dekat dengannya sampai sekarang. Dan kau juga tahu, dia tidak pernah memberi kode apapun padaku selama ini. Aku tentu saja tidak pernah berani berharap lebih," Hayoung akhirnya angkat bicara, walaupun dengan suara agak berbisik.

"Hayoung benar. Belum lagi kita tahu bahwa Chung Ha mengejar-ngejarnya. Dan kesempatan perempuan itu lebih besar karena Soonyoung tampak tak pernah keberatan dia mendekatinya," Joy melipat kedua tangan di dada sebelum menyenderkan punggungnya di sandaran sofa.

Yerin menarik nafas sebelum menghelanya panjang. "Jadi, keputusanmu adalah melupakan Soonyoung dan memberi kesempatan pada Jeon Wonwoo?"

Hayoung menatap iris kecokelatan Yerin. Ia nampak ragu untuk sesaat sebelum menganggukkan kepalanya pelan. "Aku rasa begitu..."

"Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, aku akan mendukungmu Young," Yerin pun menepuk pundak sahabatnya sekali lagi sembari membingkai senyum yang dibalas senyuman serupa oleh Hayoung dan Joy.

Saat mereka sudah sepakat untuk berkonsentrasi mengerjakan laporan keuangan, satu-satunya pintu penghubung dengan dunia luar terbuka.

Ketiga pasang mata yang lebih dulu berada di dalam ruangan itu, serentak memandang ke arah sosok yang muncul dari balik daun pintu.

"Hai, maaf aku terlambat. Teman-temanku baru saja pulang," pemuda bermata sipit dan berkulit pucat itu tersenyum canggung.

"Ah Soonyoung-ah, tidak apa-apa, kami juga baru mulai. Ayo cepat kemari," Joy menepuk spot kosong yang ada di sampingnya, memberi kode sang pemuda untuk duduk disana.

Soonyoung pun langsung menuruti dan bergabung dengan tim-nya. Ia menyadari kalau salah satu gadis itu ada yang tengah memperhatikannya.

"Wonwoo tadi menitipkan pesan, katanya akan segera menghubungimu sesampainya dia dirumah," ujarnya pada gadis tersebut, yang tak lain adalah Oh Hayoung.

"Benarkah?"

Seketika Soonyoung bisa melihat rona merah muda menghiasi sepasang pipi sang gadis.

Warna kemerahan semakin jelas terlihat terlebih saat kedua teman perempuannya menggoda Hayoung.

Glimpse of Us [Hayoung x Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang