Final Destination

81 9 0
                                    

"Selamat siang, dengan Bapak Antonio Lenardo Kaysen?"

"Ya, saya sendiri."

"Anda kami tangkap atas tindak kriminal tabrak lari dua bulan lalu yang menyebabkan korban meninggal dunia. Selain itu, Anda juga kami tangkap atas tuduhan penggelapan pajak—"

"APA-APAAN INI?! TUDUHAN-TUDUHAN INI SAMA SEKALI TIDAK BERDASAR! SUAMI SAYA TIDAK BERSALAH APAPUN!" Metta naik pitam. Kedua obsidiannya membidik empat polisi di depannya tajam, sedangkan Antonio yang berdiri di sampingnya hanya diam. Namun, sorotnya tertuju pada Eros, Gemma, serta teman-temannya yang berada di belakang polisi, menatapnya dengan tatapan datar.

"Apakah Anda Ibu Metta Laderva?" tanya polisi lainnya.

"YA!"

"Kami juga membawa surat penangkapan untuk Anda atas tuduhan pencucian uang, pemerasan disertai pengancaman, pengalihan hak asuh anak, serta percobaan atas pengalihan hak waris. Mohon kerjasamanya untuk ikut kami ke kantor polisi."

Metta menggeram, kedua matanya yang memerah menahan tangis dan amarah menatap tajam Gemma yang berdiri di belakang empat polisi yang berusaha meringkus Metta dan Antonio di ruang kerja Antonio. "DASAR ANAK BIADAB! SINI LO, SIALAN!"

Gerakan Metta terhenti ketika seorang polisi berhasil meringkusnya, menahan wanita itu dengan memborgol kedua tangannya. "Tolong kendalikan emosi Anda, atau ancaman hukuman Anda akan semakin berat," ucap seorang polisi yang tengah berusaha memborgol Metta. "Mohon kerjasamanya, Ibu Metta."

"ANTONIO! BANTU GUE, SIALAN! JANGAN DIEM AJA! ANTONIO BRENGSEK!!"

"Segera bawa kita, Pak," ujar Antonio pada dua polisi yang menahan kedua lengannya, mengabaikan amukan Metta.

"APA?! ANTONIO TOLOL! LEPASIN GUE, SIALAN! GUE NGGAK SALAH!! LEPASIN GUE! BRENGSEK! GUE BILANG LEPASIN!!"

Antonio memilih abai. Mengikuti instruksi polisi, pria itu tetap berjalan dengan tatapan lurus ke depan, sedangkan Metta masih berusaha melepaskan diri meskipun sia-sia dan hanya membuang energi karena terus meracau. Seluruh karyawan pun saling berbisik di sepanjang jalan sejak keluar dari ruang kerja Antonio. Mulai dari desas-desus hubungan antara Antonio, Metta, Daniel dan Gemma, serta hubungan antara Gemma, Antonio, dan Eros sendiri.

"Mbak Gemma, maaf sebelumnya, tapi gimana sama nasib kami para karyawan di sini kalau Pak Antonio nggak ada?" tanya seorang karyawan setelah dua mobil polisi yang membawa Antonio dan Metta pergi dari area kantor. Gadis itu hanya diam. Sebenarnya, hal ini belum terpikirkan olehnya, lantas ia mengalihkan atensi pada Eros, Owen, Jordy dan Bobi dengan harap-harap cemas.

"Tenang aja, Mbak. Kenalin, Pak Bobi. Untuk sementara, beliau yang akan bantu perusahaan bangkit," ujar Jordy yang tiba-tiba mendorong Bobi ke depan, agar terlihat oleh seluruh karyawan seantero perusahaan. "Pak Bobi ini sudah berpengalaman dalam urusan peningkatan likuiditas perusahaan. Beliau adalah spesialis ngepet saham orang, nggak tanggung-tanggung, dirampas semua. Beda sama babi ngepet yang disisain sebagian. Saya jamin, dalam waktu dua minggu, banyak investor yang ngantri."

Bobi menatap Jordy nyalang, lantas beralih pada Gemma, bermaksud meminta bantuan. Namun, gadis itu memilih abai dan menertawakannya. Bahkan, teman-temannya yang lain ikut mengangguk mendukung Jordy, berusaha menyakinkan karyawan-karyawan di sana agar tidak meragukan Bobi, meskipun dari tampang tengilnya, sudah jelas Bobi sangat diragukan.

"Kalian bekerja seperti biasa saja. Percayakan semuanya pada Pak Bobi, keberhasilan beliau nanti, juga buah dari kerjasama kalian semua dalam memulihkan perusahaan bersama. Pak Bobi, silahkan masuk. Saya antar Anda ke ruangan Bapak," ujar Gemma, membuat gerombolan karyawan di sana sedikit yakin, lantas gadis itu mendorong Bobi untuk berjalan terlebih dahulu, diikuti oleh teman-teman Gemma, lalu disusul semua karyawan yang kembali ke meja masing-masing.

21+ [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora