2

153 15 0
                                    

"Mau kemana kamu Nicho? Dengan emosi kaya gini jangan bawa kendaraan sendiri, kalau ada apa-apa sama anak kita aku gak akan pernah maafin kamu!"

"Terus gua harus apa bangsat!!! What should I do bastard!!! Watch you and that bitch make love until climax?! Damn it!!"
.
.
.
*Ckiet!! Bruk!!!*
.
.
.
"Maaf, benturan yang menghantam perut anda sangat keras sehingga menimbulkan luka trauma yang cukup para di rahim anda, bayi anda tidak dapat kami selamatkan. Kemungkinan untuk memiliki anak lagi pun kecil dengan kondisi rahim anda yang sekarang."
.
.
.

"Kita cerai. Aku tidak mau satu rumah dengan pembunuh anak ku! Mulai sekarang jangan pernah temui aku lagi! I hate you Nichole!"
.
.
.
"Sakit!! Huksss aku mau hidup! Aku mau bertemu Otou-shan! Oka-shan why i kill Me!!!"

"why you kill me! Mama i want a life! Ma! I want life!!!"

"Mama If I can't live, then you can't live either! go die there!!!"

"Mama i hate you!!!"
.
.
.
.

"Hah.... Hah.... Hah." Pemuda itu tampak mengerjab dengan mata bercucuran air mata, nafasnya terengah engah.

"Ambil ini dek!" Seru seorang perempuan bersetelan rapi dengan name tage Psycolog menyodorkan tisyu pada pemuda yang masi terengah-engah di sofa malas yang ada di ruang konseling nya.

Nicholas Wang, atau Wang Yixiang. Pemudah manis berdara Taiwan itu langsung saja menyambar tisyu yang di berikan sang Psycolog untuk nya.

"Sejauh ini ku simpulkan semua karena masalalu mu itu kah dek?" Psycolog itu membuat catatan di note nya. Nicholas sudah masuk ke rana stress pasca trauma.

"Saya masih nyesel Kak sampai sekarang. Kalau saya bisa nahan emosi dan gak cerobo pas naik motor, bayi saya pasti masih hidup. Mungkin saya tetap akan bercerai dengan dia karena dia selingkuh, tapi saya tidak akan di benci satu keluarga besar mantan suami saya karena membunuh anak saya. Saya menyesal Kak... Dan anak saya pasti masi ada!" Nicholas menghapus air matanya berusaha menenangkan diri nya dari ingatan kelam masa lalu yang terus berputar.

Psycolog dengan name tag Lee Chaewoon itu mendekat. Menangkap pipi Nicholas menatap sang pasien dengan tatapan lembut.

"Semua itu adalah kecelakaan yang tidak di sengaja di masa lalu mu Nichole. Kamu bukan pembunuh, kamu tidak sepenuhnya salah. Di sini kamu juga adalah korban, kamu tak sepenuhnya salah. Jadi sekarang, berhenti menyalahkan diri kamu, berhenti beranggapan kamu pembunuh.

Kamu seorang ibu Nichole, seorang ibu yang kehilangan anaknya karena kecelakaan, kamu bukan pembunuh. Jangan salahkan dirimu sendiri okay?" Chaewoon mengelus bahu bergetar itu, kasian sekali, Nicholas terlalu muda untuk semua ini, dia bahkan baru genap 18 tahun.

"Tapi hampir setiap malam kak. Aku mimpi'in anak ku. Dia marah kak, dia mau hidup, tinggal sedikit lagi dia lihat dunia tapi dengan cerobo aku bunuh dia. Hiks... Dia selalu datang nangis, marah dan kadang berteriak dengan tubuh setengah hancur. Kadang juga dia neriakin aku pake bahasa ayah nya, dia kecewa ke Oka-shan nya. Kak.... Aku capek!!! apa bener aku kudu ikut anak ku?!" Hilang sudah bahasa formal yang tadi dia guanakan, Nicholas terisak dengan pilu.

Setiap malam tidur nya tidak nyenyak, bayang bayang masa lalu menghantui nya, mulai dari kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa janin nya, pertengkaran nya dengan sang suami, tatapan kecewa orang-orang padanya, Isak tangis ibunya saat mengetahui kondisinya paskah kecelakaan yang langsung di beri surat cerai oleh sang suami di saat mental nya sedang hancur karena kematian sang janin dan vonis dokter atas kondisi rahimnya.

Tweede Kans (Spin Off Our Story')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang