02: Wash Away

4.5K 635 70
                                    

CHAPTER 2:
Wash Away

[playlist: GD ft. Jennie – BLACK]

***

"Dicuci besok saja!"

Perintah Lisa tak Rose hiraukan. Pukul dua dini hari, sehabis pulang dari acara perkumpulan tadi, Rose bergegas melaksanakan kewajibannya mencuci jaket jeans warna cokelat kayu. Perempuan itu duduk di tengah keremangan dan keheningan dorm yang semua penghuninya telah terlelap.

"Kenapa belum tidur, Chaeng?"

Pertanyaan datang dari Jennie yang muncul di balik pintu dapur dengan wajah setengah menahan kantuk. Rose tak bersuara, hanya sebatas tersenyum menunjuk mesin cuci yang tengah beroperasi.

"Apa yang kau cuci?"

"Jaket."

Jennie melenggang kembali ke dalam kamar setelah menuangkan air hangat ke dalam gelas dan setelah meracau tak jelas. "Jaket orang penting mana sebenarnya yang kau cuci tengah malam begini?"

Orang penting mana?

Satu sudut bibir Rose terangkat ketika benaknya begitu gegas menasbihkan satu nama laki-laki, begitu pun nalarnya yang cepat saja berotasi memberikan proyeksi momen beberapa saat silam. Saat itu, Rose tak berpikir apa-apa selain segera menghampiri Lisa yang meminta dipotret olehnya. Sial, kecerobohannya muncul di waktu dan tempat yang tidak tepat. Rose tak sengaja menyenggol cangkir kopinya.

Bunyi gemerantang cangkir yang jatuh malang ke lantai menimbulkan kehebohan. Sebagian besar isinya berceceran, sebagian lainnya tumpah mengotori jaket milik Jaehyun.

"Astaga. Ah, maaf. Aku sungguh-sungguh maaf."

Tangan Rose refleks menyambar beberapa helai tisu, membantu Jaehyun membersihkan jaketnya. Bergerak intuitif, perempuan itu segera membereskan pecahan cangkir, membersihkan meja dan lantai sebelum pelayan datang membantu.

Berikut, Rose beranjak ke meja pesanan, menghampiri pemuda yang berjaga di sana kemudian kembali ke sebelah Jaehyun dengan baskom berisi air es dan sehelai handuk kecil.

"Mungkin ini terdengar lancang, tapi bolehkah aku melihat tanganmu? Kopiku tadi masih panas, dan kurasa itu tumpah mengenai tanganmu."

Rose sudah coba merangkai kata sesopan yang ia bisa, tetapi mengapa Jaehyun hanya diam saja?

Cukup lama Rose menanti tanggapan positif laki-laki itu. Sampai sosoknya kemudian beranjak berdiri, menanggalkan jaket yang kotor akibat ulah Rose, lalu menghempaskan benda itu di punggung kursi. Kini tersisa kaos hitam polos yang amat kontras dengan kulit cerah Jaehyun.

Tangan kanan diulurkan. Rose di kursinya mendongak, memandang wajah tampan tanpa ekspresi Jaehyun sebelum berganti mengamati tangan laki-laki itu yang diselimuti rona kemerahan. Sontak Rose menutup mulut setengah terbuka dengan satu tangan. Jaehyun ditatapnya cemas.

Dugaan Rose benar. Cairan kopinya mengenai tangan Jaehyun.

"Ini harus segera dikompres. Jika diperbolehkan, aku ingin membantumu."

Lima detik saling bersipandang. Jaehyun akhirnya menggeser kursi untuk bisa duduk sedikit merapat pada Rose, pertanda bahwa laki-laki itu bersedia diberi bantuan. Dengan pergerakan teramat hati-hati, Rose letakkan handuk setengah basah yang baru saja ia peras di atas tangan Jaehyun.

"Kau yakin ini akan bekerja?"

"Aku tidak yakin sepenuhnya. Tapi, ibuku selalu melakukan ini untuk menangani luka bakar ringan."

BITTERSWEET [END]Where stories live. Discover now