15 || Berkejar Waktu

56 9 0
                                    

Kondisi ibu Ghazi sudah mulai membaik semalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kondisi ibu Ghazi sudah mulai membaik semalam. Keduanya pun sudah bersepakat dan mengabari Nana bahwa mereka akan ke rumah untuk memenuhi undangan pembicaraan perihal tanggal pernikahan. Agenda lamaran secara resmi benar-benar ditiadakan meski ibu Nana masih sewot dengan keputusan ini.

Ghazi mulai membereskan barang-barangnya dan ibunya untuk bersiap keluar dari rumah sakit. Mereka juga sudah berencana untuk kembali ke rumah usai pertemuan di rumah Nana. Namun, tiba-tiba tangannya yang masih sibuk menata barang-barang berhenti karena mendengar suara napas ibunya yang menderu.

"Bunda! Bunda kenapa?"

Nuri memegangi dada kiri dan menekannya dengan kuat. Sepertinya ia ingin menjawab pertanyaan Ghazi, tetapi tak sanggup.

Ghazi langsung menekap tombol darurat yang ada di samping kasur dan mendekatkan kursi roda ibunya ke ranjang. Perlahan, ia pindahkan ibunya duduk di atas ranjang dan tak lama perawat jaga masuk ke kamar.

"Mbak, tolong, ibu saya ...."

Perawat memeriksa tanda vital ibu Ghazi. Lalu, memasangkan masker oksigen yang sudah tergantung rapi di samping tempat tidur karena sudah tidak dipakai dua hari terakhir ini. "Saya panggilkan dokter," ujar perawat sambil keluar kamar.

Jantung Ghazi berdetak dengan cepat dan keringat mulai menetes di pelipisnya. "Bun, tahan, ya, Bun. Bunda kuat."

Dalam kondisi seperti itu, Nuri masih bisa tersenyum tipis untuk menenangkan anaknya dan menularkan senyum penuh ketenangan itu meski dadanya terasa sangat sakit. Oksigen yang dihirupnya mulai melonggarkan dada yang tadi serasa terkunci tanpa bisa menarik napas dengan leluasa. "Nggak apa-apa, Zi," ujar Nuri dengan terbata-bata dan suara yang sangat lirih.

Tak lama, dokter beserta perawat datang kembali dan mulai memeriksa Nuri. Ghazi sedikit menjauh. Melihat ibunya sudah mulai sedikit stabil dan sudah mendapatkan penanganan dokter, ia pun membuka ponselnya dan mulai menelepon di pojok ruangan.

"Assalamualaikum, Rel. Maaf, kayaknya gue nggak jadi bisa ke sana. Ibu kambuh dan lagi ditangani dokter ini."

"Ya ampun, sekarang bagaimana ibu lo?"

"Sekarang udah mulai stabil, tapi nggak mungkin gue tinggal. Atau gini, gue ngikut tanggal berapa aja yang ditentuin, insyaallah gue bakal nyiapin diri." Ghazi sebenarnya tidak yakin mengatakan ini. Tangan kirinya memegang kepala yang mendadak terasa berat.

"Oke, oke. Lo butuh gantian jagain ibu lo nggak? Kata lo, siang ada shift ganti?"

"Ah, nanti ... kayaknya, gue titipin ke perawat aja." Mata Ghazi melirik ibunya dan melihat dokter sudah selesai menangani.

"Mas Ghazi, nanti ke ruangan saya sebentar, ya," ujar sang dokter saat akan keluar kamar.

Ghazi mengangguk dan melanjutkan teleponnya setelah dokter dan perawat berlalu. "Apa? Sorry, tadi dokternya ngomong ke gue."

CommuterLove ✔Where stories live. Discover now